Tuesday, February 28, 2012

Indonesia's middle class: Missing BRIC in the wall

http://www.economist.com/node/18989153


A consumer boom masks familiar problems in South-East Asia’s biggest economy

Thursday, February 09, 2012

STOP Minum Air Mineral Dalam Kemasan!

http://partogi.blogdetik.com/2012/02/07/stop-minum-air-mineral-dalam-kemasan/



Jika kita berjalan-jalan ke luar negeri, seringkali kita ditanya, “Where do you come from?” Ironisnya banyak sekali orang asing yang tidak tahu di mana letak negara kita tercinta, Indonesia. Namun ketika kita sebutkan salah satu pulau kecil di Indonesia, Bali, mereka pasti akan langsung tahu di mana letaknya. Selama puluhan tahun memang Pulau Bali sudah terkenal ke seluruh dunia akan keindahan alam dan pantainya bahkan dijuluki oleh wisatawan mancanegara sebagai Pulau Dewata. Begitu pula pengalaman yang saya dapatkan ketika saya bertemu rekan-rekan ASEAN Blogger dari 8 negara ASEAN yang lain. Mereka jauh lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia maupun kota Jakarta. Bali memang indah komentar mereka. Namun apakah benar sekarang Bali masih indah seperti dulu?
Bersama Blogger Filipina, Thailand, Kamboja, Malaysia, Singapura, Myanmar, Brunei Darussalam dan Indonesia
Berfoto bersama rekan-rekan ASEAN Blogger (ki-ka) dari Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Filipina dan Laos
Bali yang Sudah Tidak Terawat Lagi
Beberapa hari yang lalu saya terkejut melihat foto Pantai Kuta di salah satu koran nasional terbesar di Indonesia, Harian Kompas. Di foto tersebut terlihat jelas Pantai Kuta penuh sesak dengan berbagai macam sampah dan kotoran, jorok sekali. Terlihat jelas memang sampah yang mendominasi adalah sampah plastik dan botol terutama kemasan air mineral. Alangkah sedihnya saya melihat pantai yang dulu terkenal indah itu kini menjadi berantakan dan sangat tidak layak lagi sebagai tempat tujuan wisata kelas dunia. Luar biasa, sampah mulai dari botol minum air mineral hingga bungkus plastik deterjen bisa kita jumpai di sana. Anehnya, intansi terkait maupun warga Bali sekali pun tidak tanggap bergerak. Mau di bawa kemana Wisata Bali kita? Apakah akan kita biarkan ikon pariwisata Indonesia ini hancur lebur hanya karena ketidaktanggapan instansi pemerintah? Mengapa para turis lokal maupun asing membuang sampah seenaknya di Pantai Kuta? Apakah memang tidak ada larangan serta hukuman yang tegas bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab tersebut? Bahkan kondisi yang terus memburuk ini terus dibiarkan bertahun-tahun oleh pemerintah pusat serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kita. Mau dibawa ke mana Pulau Bali?
Mari Hentikan Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan!
Smapah Botol Plastik
Setelah membaca artikel VOA Indonesia pada tanggal 2 Februari 2012 kemarin, tentunya kita bisa mendapatkan beberapa “pencerahan”. Berikut artikel yang saya kutip dari website VOA:
Direktur Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ecoton, Prigi Arisandi mengutarakan, pemerintah harus berani melarang penggunaan botol plastik untuk air minum kemasan, karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Selain itu pemerintah harus menyediakan air bersih yang berkualitas bagi warga negaranya, sebagai wujud perlindungan negara terhadap rakyatnya.
“Di hampir semua negara bagian Amerika, di Kanada, di Uni Eropa, di sebagian Australia itu melarang memang, melarang pemakaian air minum dalam kemasan plastik, bahkan pemerintah kota mereka melarang pejabat-pejabat mereka menggunakan air minum dalam kemasan, karena melihat suatu bahaya tadi, bahaya bagi kesehatan manusia. Ada cartinogen dalam plastik itu yang kalau kita konsumsi itu mengancam kita. Kemudian yang kedua kita melihat dari kelalaian pemerintah gitu ya, ini kan sebenarnya air itu kan dikuasai oleh negara dan sebanyak-banyaknya digunakan untuk kemakmuran rakyat, nah ini kan tidak ada gitu, malah pihak ketiga, perusahaan-perusahaan multinasional yang menyediakan air bersih,” kata Prigi Arisandi.
Tampaknya Indonesia perlu belajar lebih banyak dari negara-negara di atas yang sudah terbukti berhasil mengurangi limbah botol plastik yang jumlahnya sudah mencapai angka yang sangat mengkhawtirkan, 500.000 ton per tahun! Tentunya dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, 240 juta jiwa, bisnis Air Minum Dalam Kemasan merupakan salah satu bisnis yang menguntungkan. Bayangkan saja, kini harga air mineral botol ukuran 1 liter harganya sudah mencapai Rp. 6.000! Harga ini tentu jauh lebih mahal dari bensin Premium yang masih Rp. 4.500. Fantastis! Namun sayangnya, kemasan botol plastik hanyalah botol sekali pakai! Berikut saya cantumkan detail konsumsi air mineral nasional kita dari artikel VOA yang tentunya akan sangat membelalakkan mata kita semua:
Nah salah satu yang berbahaya justru air kemasan, produksi air kemasan, konsumsi air kemasan dari tahun lalu terus meningkat. tahun 2011 itu produk konsumsi air kemasan bisa mencapai 17 milyar liter. Itu akan membutuhkan botol plastik sampai 500.000 ton per tahun. Nah tahun 2012 ini asosiasi produsen air kemasan itu produksinya mereka akan mencapai 19 milyar liter, padahal kita tahu botol plastik air kemasan itu kan botol yang sekali pakai.”

Sampah Bali Disorot Berbagai Media Massa Dunia
Secara lugas Majalah Time edisi 1 April 2011 dalam judul artikel Holiday in Hell menyebutkan berliburan ke Bali sama dengan berlibur ke neraka! Apakah memang sudah separah itukah Pulau Bali? Memang sudah! Artikel yang ditulis oleh jurnalis Andrew Marshall bahkan tidak diprotes sama sekali oleh Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Beliau justru dengan berbesar hati mengamini isi artikel tersebut dengan mengatakan, “Ya harus diakui kita kotor. Coba bandingkan wisata tujuan negara lain, yah kita jauh lah”. Dalam artikel tersebut ditulis bahwa selain Bali dipenuhi dengan sampah dimana-mana, Bali juga memiliki tingkat kemacetan yang sudah sangat parah. Bali sudah tidak nyaman lagi menjadi tujuan wisata. Tentunya artikel yang ditulis di sebuah majalah berskala internasional ini sangat memukul industri pariwisata kita. Bagaimana tidak? Majalah Time dibaca oleh jutaan pasang mata di seluruh belahan dunia. Tentunya publikasi yang buruk mengenai Bali akan berdampak langsung pada antusiasme turis asing untuk berlibur ke Bali. Bagaimana caranya Bali berbenah diri? Mengapa sudah 7 bulan berlalu namun tidak ada perubahan sama sekali terhadap kebersihan Pantai Kuta dan Pulau Bali? Apakah memang tidak ada anggaran yang tersedia untuk membersihkan sampah yang sudah menggunung tersebut?
Bali Harus Bangkit!
Dengan terpuruknya kebersihan Pulau Bali secara perlahan-lahan tapi pasti maka akan menurunkan minat para wisatawan asing maupun lokal untuk mengunjungi Pulau Dewata tersebut. Bagaimana caranya mengembalilan kebersihan Pulau Bali? Mau tidak mau tentu dengan mengganti Gubernur Bali! Menyedihkan sekali, sudah 10 bulan sejak pencanangan Program Bali Clean and Green oleh Gubernur Bali, I Made Mangu Pastika, namun tetap saja tidak ada perubahan sama sekali terhadap pembenahan sampah di Bali. Apakah Bali kita biarkan untuk terus terpuruk? Apakah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu akan diam saja melihat ikon wisata Indonesia hancur lebur di mata dunia? Tentu tidak! Bali harus bangkit! Bali harus dibenahi! Kita semua sebagai bangsa Indonesia harus bersatu untuk membenahi Bali. Jika para penduduk lokal sendiri sudah tidak peduli dengan kebersihan Pantai Kuta, maka terpaksa kita semua yang bukan penduduk Bali lah yang harus mulai bergerak. Everybody can be a changemaker! Mulailah dari hal yang kecil. Bagaimana caranya? Simak 4 langkah praktis dan mudah berikut:
1. Buanglah Sampah pada Tempatnya
Saat kita berkunjung ke Pulau Bali belajarlah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tentunya kekotoran Pulau Bali yang ada sekarang sebagian besar adalah karena ulah wisatawan domestik yang tidak memiliki sense of belonging terhadap Pulau Bali. Jarang sekali kita melihat para wisatawan asing membuang sampah sembarangan di Pulau Bali namun sebaliknya justru wisatawan dalam negeri lah yang terlihat paling banyak mengotori Bali! Sungguh ironis! Sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya, marilah kita bersama-sama untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di pantai dengan pasir putih yang indah. Tentunya pendidikan mengenai disiplin membuang sampah di tempat sampah sudah kita dapatkan sejak bangku SD namun mengapa seringkali tindakan ini tidak pernah kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Mulailah dari hal kecil, mulailah sekarang juga!
2. Pungutlah Sampah yang Kita Lalui
Milikilah Bali. Bali adalah milik kita semua. Bali adalah kebanggaan Indonesia. Bali jauh lebih terkenal dari Indonesia. Jadi apabila Bali sudah terkenal sebagai Tempat Berlibur Neraka tentu nantinya Indonesia akan dicap lebih buruk dari itu oleh orang-orang di luar sana. Marilah kita mulai mempraktekkan langkah yang kedua: pungutlah sampah yang kita lalui. Milikilah rasa kepedulian terhadap kebersihan Pulau Bali dengan memungut sampah yang kita lalui. Hal ini sebenarnya sangat sederhana, hanya makan waktu 1-2 detik dalam hidup kita namun jika setiap wisatawan domestik melakukan hal yang demikian tentu efeknya akan sangat masif! Mulailah dengan hal-hal yang bisa kita lakukan. Janganlah menunggu orang lain yang memungut sampah atau membersihkan sampah. Jadilah bagian dari solusi Bali Bersih!
3. Hentikan Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Sekarang Juga!
Air MineralSalah satu penyebab larisnya penjualan air minum dalam kemasan di Indonesia adalah karena tidak adanya air minum semprot atau yang biasa disebut water fountain atau tap water di luar negeri. Air minum tersebut biasanya disediakan gratis di luar negeri sehingga para penduduk lokal maupun wisatawan bisa langsung memuaskan dahaganya ketika berjalan-jalan di taman maupun area publik lainnya. Tentu Indonesia sebagai “negara miskin” tampaknya belum menjadikan fasilitas publik ini sebagai salah satu prioritasnya. Pemerintah kita lebih suka menghamburkan uang negara untuk membeli kursi impor dari Jerman yang harganya mencapai 24 juta rupiah per unitnya. Namun tak ada gunanya mengharapkan pemerintah untuk membangun fasilitas water fountain tersebut. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk membawa air minum sendiri dari rumah. Ibu saya selalu mengingatkan saya untuk membawa air minum sendiri dari rumah setiap kali kami berbelanja ke mall atau bepergian ke luar rumah. Tentunya kebiasaan baik ini sangat efektif untuk mengurangi limbah plastik jika kita lakukan secara bersama-sama dan konsisten. Mari mulai dari diri kita sendiri, mulialah sekarang juga!
4. Bergabunglah dengan Komunitas Internasional I Love Bali
Komunitas I Love Bali yang digagas oleh para pencinta lingkungan ini tentunya ingin mengirimkan pesan tajam bahwa kita semua cinta Bali. Tidak hanya orang Indonesia namun ternyata banyak sekali orang asing yang cinta Bali dan secara sukarela bergabung dengan komunitas positif ini. Bergabunglah dengan bagian yang lebih besar untuk menyelamatkan Pulau Bali. Bali harus bangkit! Bali harus kembali bersih! Jangan biarkan Bali berubah menjadi Neraka Liburan! Bali harus kembali sebagai Surga Liburan, tempat kita melepaskan diri dari penatnya bekerja di kota besar.
Bali Nusa Dua Convention Center, Terbesar di Bali
Bali Sangat Menarik Bagi Investor Asing
Dengan tidak adanya regulasi yang jelas, Bali di sisi lain telah menjadi surga bagi para pebisnis. Jutaan dollar dikucurkan oleh para investor asing untuk membangun hotel dan resort mewah. Tidak sedikit hotel elite di Bali yang berani membandrol $20.000 untuk biaya menginap satu malam di kamar hotel mewah mereka. Bali sudah menjadi surga bagi para pebisnis hotel. Bahkan tidak sedikit pula pengusaha lokal kita yang mengucurkan investasi besar-besaran di Bali. Bali masih memiliki harapan di masa depan. Jangan biarkan harapan itu pupus. Dengan dibangunnya gedung konferensi terbesar di Bali, Bali Nusa Dua Convention Center, tentunya Bali sudah sangat siap untuk menggelar berbagai konferensi tingkat internasional. Tidak tanggung-tanggung, dengan kapasitas 5.000 orang, gedung pertemuan tersebut sudah dipakai untuk menggelar Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN & East Asia Summit pada November 2011 lalu. Konferensi prestisius ini juga dihadiri langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Sungguh kita harus bangga pada Bali! Bali adalah aset bangsa Indonesia! Mari selamatkan Pulau Bali! I LOVE BALI…
Bali Nusa Dua Convention Center, Venue ASEAN & East Asia Summit 2011
Berlibur bersama Garuda
Jangan lupa jika ingin berlibur ke Pulau Bali, pesanlah tiket pesawat dari jauh-jauh hari agar lebih murah. Untuk maskapai penerbangan nasional, saya mempercayakan Garuda Indonesia. Berkat melakukan quantum leap, pada tahun 2011 lalu, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba yang sangat fantastis sebesar Rp. 725 milyar! Tentunya dengan semakin baiknya pelayanan maskapai nasional kita maka industri pariwisata kita juga akan semakin bertumbuh.

Monday, February 06, 2012

Riset DNA: Asal Ayam dan Kambing dari Indonesia

http://www.politikindonesia.com/m/index.php?ctn=1&k=politik&i=31101#.TzDTlTUxbC0.facebook




Politikindonesia - Ayam dan kambing adalah hewan ternak yang lumrah dipelihara oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu, dari mana asal mula hewan tersebut diternakkan. Penelitian DNA menunjukkan bahwa asal mula hewan ternak tersebut adalah dari Indonesia.

Fakta penelitian yang cukup mengejutkan itu, terungkap dalam diskusi bertajuk “Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional' di Gedung Krida Bakti, Jl Veteran, Jakarta, Selasa (07/02).

Adalah Profesor Stephen Oppenheimer, ahli genetika dan anatomi DNA manusia yang menemukan fakta tentang itu. Hasil riset Profesor asal Oxford University Inggris itu menyimpulkan binatang ternak ayam, babi dan kambing berasal dari Indonesia dan menyebar ke berbagai wilayah di Asia dan Pasifik sejak lebih dari 10 ribu tahun lalu.

Riset Oppenheimer itu disampaikan arkeolog LIPI yang juga peneliti Tim Bencana Katastropik Purba, Danny Hilman, dalam diskusi tersebut. “Dari riset Oppenheimer, binatang ternak ayam, babi dan kambing berasal dari Indonesia dan menyebar ke berbagai wilayah di Asia dan Pasifik sejak lebih dari 10 ribu tahun lalu," ujar Danny.

Oppenheimer meriset berdasar DNA. Dari penelitian diketahui pula manusia Indonesia yang hidup sekarang punya nenek moyang yang sudah mendiami nusantara sejak 60 ribu tahun lalu.

Kesimpulan riset Oppenheimer diketahui bahwa teknologi bercocok tanam seperti padi dan sebagainya berasal dari Indonesia. Demikian pula teknologi pelayaran, bumi nusantara telah mengenalnya sejak sebelum 10 ribu tahun lalu. “Teknologi pelayaran ini didorong peristiwa banjir besar pada periode 15 ribu - 8 ribu tahun lalu," imbuh Danny.

Riset DNA Oppenheimer juga menunjukkan adanya human dispersion pada 3 masa. “Zaman sebelum 10 ribu tahun (late pre historic) dimana Nusantara adalah pusat peradaban pertanian, peternakan dan pelayaran di wilayah Asia Pasific," tandas dia.
(kap/rin/nis)

Jawa Timur Menutup Tempat Pelacuran

http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2012/01/20/243/Jawa-Timur-Menutup-Tempat-Pelacuran

Kartono Mohamad

Jumat, 20 Januari 2012 22:24 WIB
The headlong stream is termed violent
But the river bed hemming it in is
Termed violent by no one


Bertolt Brecht, “On Violence”


Diberitakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur berniat menutup seluruh tempat pelacuran di wilayahnya. Alasannya tentu klise, untuk menghilangkan penyakit masyarakat. Pelacuran, atau transaksi hubungan seks dengan imbalan pembayaran, merupakan fenomena yang ada sejak ribuan tahun lalu dan nampaknya akan ada sampai kapan pun juga selama di dunia ini masih ada laki-laki. Para pelacur, atau Pekerja Seks Komersial,yang pada umumnya perempuan, dituduh sebagai yang bersalah. Sering pula mereka dianggap sebagai sampah masyarakat. Mereka dikutuk, dimarjinalkan, diperlakukan sebagai bukan warga negara yang sah.

Dalam dunia yang didominasi pendapat bahwa laki-lakilah yang menentukan segalanya, tumbuhnya pelacuran selalu dituduhkan bahwa perempuanlah penyebabnya. Bukankah kaum pekerja seks komersial itu yang memajang dirinya di etalase tempat pelacuran, merayu kaum laki-laki agar mau membeli layanan jasa seks? Tidak pernah ditanyakan, bukankah kaum laki-laki yang secara sengaja mencari layanan seks komersial?

Terkadang memerlukan untuk mengunjungi tempat pekerja seks itu berjualan, lalu memilih siapa yang akan dikencaninya. Terkadang dilakukannya secara sembunyi-sembunyi, terutama mereka yang “mau menjaga nama baik”, memesannya dari hotel-hotel tempat mereka menginap. Kaum laki-lakilah yang secara aktif mencari layanan seks. Terjadilah prinsip ekonomi, supply and demand, ada permintaan maka ada penjual.

Bahkan tidak jarang terjadi bahwa seorang perempuan menjadi pekerja seks komersial akibat perbuatan laki-laki. Pertama, perempuan dianggap tidak perlu mendapat pendidikan yang cukup. Kalau keluarga ada uang, maka anak laki-laki yang diutamakan untuk sekolah. Akibatnya, ketika perempuan harus mencari nafkah, ia tidak mempunyai modal lain kecuali tenaga atau tubuhnya. Dia akan menjadi pembantu rumah tangga atau pekerja seks komersial. Tidak dapat mencari pekerjaan yang lebih tinggi karena tidak mempunyai pendidikan yang memadai. Kedua, tidak jarang laki-laki secara sengaja menyuruh isterinya untuk mencari uang dengan menjadi pekerja seks komersial.

Tetapi toh ketika mereka menjadi pekerja seks komersial, mereka dituduh sebagai penyakit masyarakat yang tidak dianggap sebagai manusia. Kalau menjadi korban kekerasan, keluhannya tidak akan dilayani secara serius karena dianggap sebagai risiko akibat dia mau menjadi “wanita tuna susila”. Perempuan tidak bermoral. Bahkan kaumnya sendiri ikut memusuhi mereka, terutama karena mereka dianggap sebagai pencuri cinta suaminya. Para pekerja seks komersial tidak akan dibela kalau dia diperkosa oleh laki-laki.

Mereka dianggap sebagai penyebar penyakit menular seksual, termasuk HIV, meskipun mereka terkena penyakit itu dari laki-laki pelanggannya. Laki-laki pelanggannya pun tidak akan menganggap pekerja seks komersial sebagai manusia yang mempunyai hak, dan akan menolak kalau mereka harus memakai kondom. Kecuali kalau laki-laki itu yang takut terkena penyakit menular seksual. Kalau dia sudah mengidap penyakit sebelum mengencani pekerja seks komersial, dia tidak akan perduli apakah teman kencannya itu akan tertulari atau tidak.Maka ketika jumlah pengidap HIV di suatu daerah meningkat, yang pertama-tama disalahkan adalah pekerja seks komersial. Bukannya kemudian mereka diberikan layanan kesehatan, tetapi justru diusir dan digusur. 

Dinas Kesehatan pun tidak melihat bahwa menjaga kesehatan pekerja seks komersial adalah juga bagian dari tugasnya. Dinas Kesehatan tidak akan menyusun program dan anggaran untuk melayani lokalisasi PSK karena takut dianggap mengesahkan kehadiran PSK. Secara resmi negara menganggap mereka tidak ada, dan kalau ada tidak berhak untuk memperoleh layanan kesehatan secara menyeluruh dan terprogram.

Pemda Jawa Timur mempunyai Peraturan Daerah tentang pengendalian HIV yang di dalamnya memprogramkan untuk melakukan kondomisasi sampai 100 persen di tempat-tempat pelacuran. Tetapi dengan tempat-tempat pelacuran itu digusuri, bagaimana target kondomisasi 100 persen tercapai? Ke mana kondom akan disosialisasikan dan dibagikan agar penularan penyakit infeksi seksual dan HIV tidak menjalar lebih jauh?

Mungkin perda tentang HIV itu biarlah sebatas pajangan atau dokumen sejarah bahwa Pemda Jawa Timur mempunyai niat untuk mengendalikan HIV. Tetapi wajah "bermoral” harus dijaga dengan meniadakan semua tempat pelacuran. Bahwa kemudian mereka akan berkeliaran dan menyebar tanpa kontrol, bukan masalah. Toh tidak kelihatan.
 

Kartono Mohamad
Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Friday, February 03, 2012

Moderasi Islam ala Al-Azhar

http://budisansblog.blogspot.com/2012/02/moderasi-islam-ala-al-azhar.html

Zuhairi Misrawi, ANALIS POLITIK DAN PEMIKIRAN TIMUR TENGAH;
PENULIS BUKU AL-AZHAR: MENARA ILMU, REFORMASI, DAN KIBLAT KEULAMAAN
Sumber : KOMPAS, 2 Februari 2012

Pelan tapi pasti, Mesir memasuki gerbang demokrasi pasca-jatuhnya Hosni Mubarak. Setelah 74 tahun berada di bawah represi rezim yang berkuasa, Ikhwanul Muslimin menduduki pucuk pimpinan di parlemen dengan 47 persen suara. Muhammad Saad el-Katatny, Sekretaris Jenderal Partai Kebebasan dan Keadilan yang menjadi sayap politik Ikhwanul Muslimin, terpilih sebagai ketua parlemen pascarevolusi.

Meskipun demikian, realitas sosial-politik di luar parlemen masih menyisakan setumpuk persoalan. Masih ada perbedaan antara demokrasi secara prosedural di parlemen dan demokrasi secara substansial dalam realitas sosial masyarakat.

Apakah dinamika politik di parlemen akan mencerminkan realitas sosial-politik dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan hak-hak sipil, baik pada kelompok mayoritas maupun minoritas?

Mayoritas vs Minoritas

Kubu islamis, baik Ikhwanul Muslimin maupun Salafi, merupakan suara mayoritas di parlemen. Jika dikumpulkan, jumlah suara kubu islamis di parlemen mencapai 72 persen. Sementara kubu liberal, kiri, dan moderat hanya 28 persen suara. Muncul kekhawatiran, kepentingan kaum islamis akan mendominasi kebijakan publik.

Fenomena itu tampak dalam rapat paripurna pertama anggota parlemen terpilih, tatkala kubu Salafi meminta pimpinan sidang sementara, Muhammad el-Saqa, untuk memasukkan klausul ”bersumpah berdasarkan syariat Allah” dalam materi sumpah jabatan setiap anggota parlemen.

Sebelumnya, dalam naskah sumpah jabatan tidak ada kalimat yang mengharuskan seorang anggota parlemen terpilih mengucapkan klausul tersebut, apalagi tidak semua anggota parlemen beragama Islam.

Kondisi itu adalah gambaran perdebatan yang lebih serius di parlemen, terutama dalam upaya menegakkan prinsip kesetaraan dalam paradigma kewarganegaraan. Kubu Salafi yang memperoleh 25 persen suara bisa menjadi ganjalan serius membangun nasionalisme.

Jika tidak hati-hati, parlemen Mesir akan menjadi forum diskusi isu-isu keagamaan daripada isu-isu kerakyatan.

Dalam konstitusi Mesir disebutkan bahwa Islam adalah agama resmi negara, bahasa Arab adalah bahasa resmi negara, dan syariat Islam sebagai sumber utama perundang-undangan.

Namun, pasal lain menyebutkan bahwa seluruh warga negara Mesir berkedudukan setara di depan hukum dan mereka harus diperlakukan secara adil tanpa diskriminasi. Islam dan syariat Islam menjadi identitas penting konstitusi, tetapi negara harus menjamin kesetaraan dan keadilan bagi setiap warga negara.

Kedua pasal itu akan menjadi sumber perdebatan serius dalam merespons isu-isu lintas agama karena Islam bukanlah satu-satunya agama warga Mesir. Selain Islam, sebagian menganut Kristen Koptik, Kristen Injili, Katolik, Bahai, dan Yahudi.

Sikap anggota parlemen dari kubu Salafi dapat menimbulkan kekhawatiran pada kelompok minoritas. Apalagi, setelah revolusi, kondisi kelompok minoritas tidak lebih baik dibandingkan sebelum revolusi. Tragedi Maspero dan penutupan sejumlah gereja di beberapa daerah akan menjadi isu politik yang sangat sensitif.

Piagam Al-Azhar

Al-Azhar sebagai institusi pendidikan keagamaan di Mesir tidak larut dalam perdebatan politis kaum islamis. Lembaga ini berdiri di tengah menjaga solidaritas kebangsaan. Sebagai kekuatan masyarakat sipil, Al-Azhar justru menggalang persaudaraan di antara berbagai kelompok lintas agama dan aliran politik.

Syaikh Ahmad Thayyeb, Grand Syaikh Al-Azhar, mendeklarasikan ”Piagam Kebebasan Publik” (watsiqat al-hurriyyat al-’ammah).

Piagam tersebut berisi komitmen untuk mengawal kebebasan beribadah, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan mengeksplorasi ilmu pengetahuan, dan kebebasan mengekspresikan seni.

Sikap Al-Azhar hendak menegaskan tiga hal penting. Pertama, kepentingan negara-bangsa harus diutamakan daripada kepentingan golongan. Demokrasi bukan otomatis turun dari langit, melainkan proses yang kerap menimbulkan friksi, bahkan benturan antararus politik. Karena itu, diperlukan sebuah platform yang diusung kekuatan masyarakat sipil untuk menjaga kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara. Maka, Al-Azhar sebagai menara moderasi Islam menggandeng non-Muslim untuk mempererat solidaritas kebangsaan.

Kedua, kebinekaan merupakan fakta sosial-politik yang harus dijadikan pijakan bersama. Sejak pemilu bergulir, muncul proliferasi pemahaman keagamaan yang menafikan eksistensi kalangan non-Muslim. Mereka mengisyaratkan penolakan terhadap kebinekaan. Karena itu, Al-Azhar berada di garda terdepan mengawal kebinekaan.

Siapa pun yang menafikan realitas kebinekaan sebenarnya sedang menafikan titah Tuhan yang telah menciptakan Mesir sebagai tanah subur bagi kebinekaan agama dan keyakinan.

Ketiga, kebebasan merupakan filosofi yang harus dijunjung tinggi di tengah kebinekaan agama dan keyakinan. Menurut Al-Azhar, kebebasan berkeyakinan yang dibangun di atas kesetaraan, baik dalam hak maupun kewajiban, merupakan pilar penting membangun masyarakat kontemporer. Kebebasan berkeyakinan dijamin dalam Islam yang menegaskan prinsip ”tidak ada paksaan dalam beragama” (la ikraha fi al-din).

Piagam yang dicetuskan Al-Azhar, menurut Mustafa al-Fuqi dalam Al-Tsawrah wa al-Muassasah al-Diniyyah: ”Al-Azhar Namudzajan telah memainkan peran sentral memperkokoh solidaritas kebangsaan, bahkan mengusung moderasi dunia Islam. Langkah ini sangat penting dan diharapkan menginspirasi persaudaraan antara Sunni dan Syiah.”

Belajar

Dalam konteks keindonesiaan, pengalaman Al-Azhar patut dicontoh. Inisiatif memperkokoh solidaritas kebangsaan harus muncul dari kekuatan masyarakat sipil. Saat negara absen, bahkan membiarkan hilangnya hak kebebasan beribadah dan berkeyakinan, kantong-kantong moderasi Islam harus berperan riil melindungi kelompok minoritas. Kelompok-kelompok moderat tidak boleh jadi agen pasif, apalagi abai terhadap tindakan diskriminatif kelompok ekstrem.

Dalam beberapa tahun terakhir, yang absen tidak hanya negara, tetapi juga peran publik kelompok Muslim moderat. Bahkan, kelompok ekstrem yang jumlahnya kecil justru menguasai ruang publik dan mendikte negara dengan sejumlah agenda yang bertentangan dengan prinsip kewarganegaraan. Pengalaman Al-Azhar harus menjadi model memperkuat pilar-pilar kebangsaan. Jika kelompok moderat aktif, kalangan ekstremis akan tenggelam.

Sudah saatnya kelompok Muslim moderat bangkit merangkul kelompok minoritas serta memastikan bahwa mereka akan senantiasa dilindungi negara dari berbagai macam intimidasi dan diskriminasi. Kelompok Muslim moderat harus aktif melakukan peran-peran kultural untuk tegaknya kesetaraan, keadilan, dan kedamaian.


PAKAR EKONOMI DAN POLITIK AS, LEX RIEFFEL "Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

http://analisis.vivanews.com/news/read/284025-indonesia-bisa-jadi-masalah-baru-bagi-asia




VIVAnews - Berbagai pemimpin dunia dan tokoh ekonomi berdatangan memuji keberhasilan Asia dalam berbagai bidang, terutama ekonomi. Berbagai negara juga berlomba-lomba memperkuat pengaruh mereka di Asia, tidak terkecuali Amerika Serikat.

Tapi kemajuan di Asia bukannya tanpa cela. Beberapa negara seperti China dan India, dua negara termaju di Asia, terancam terganggu perkembangannya jika tidak dapat memenuhi harapan masyarakat.

Selain itu, peluang konflik terbuka antar negara di Asia adalah yang terbesar di dunia. Itulah sebabnya seorang pakar politik dan ekonomi Amerika Serikat, Lex Reiffer, mengatakan bahwa Asia adalah ancaman terbesar terhadap perdamaian dunia.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang--seperti yang digembar-gemborkan pemerintah--tidak mengesankan Lex. Data kemajuan hanyalah data semu, keadaan sebenarnya, Indonesia jadi miskin sumber daya.
Dia mengatakan Indonesia akan menjadi masalah baru bagi Asia, jika negara ini tidak dapat mengatasi masalah perekonomiannya dan mulai memperhatikan upaya melestarikan sumber daya alam.

Berikut wawancara lengkap VIVAnews dengan Lex Reiffer:

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pengurangan anggaraN militer hingga US$487 miliar dalam 10 tahun ke depan. Apakah ini salah satu bukti krisis ekonomi yang ada di AS?
AS memiliki masalah anggaran yang serius, perlu bagi AS untuk mengurangi pengeluaran. Namun, pengendalian anggaran dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi. Salah satunya yang mengalami hal ini adalah Yunani, di mana pengurangan defisit berarti kenaikan pajak.

Anggaran pertahanan porsinya sangat besar, saya kira mustahil mencapai keseimbangan anggaran tanpa memotong dana di bidang ini. Tapi perlu diingat, militer AS akan tetap menjadi yang terkuat di seluruh dunia. Setelah pemotongan anggaran, kami akan tetap dapat mempertahankan kepentingan nasional di seluruh dunia.
Apa yang kami lakukan adalah tidak lagi melakukan dua perang sekaligus. Apa gunanya berperang di dua tempat? Saya kira itu tidak cerdas dan rakyat Amerika tidak ingin lagi terlibat perang. Pengurangan anggaran militer kali ini mencerminkan upaya pemerintah dalam mencapai kemiliteran yang berkesinambungan.

Apa yang berubah dari kebijakan militer Presiden Barack Obama kali ini? Dimana posisi Asia?

Paling utama dari perubahan tersebut adalah mengubah fokus perhatian AS ke Asia. Tapi fokus di Asia bukan hanya soal militer, tapi di segala bidang. Jika kita melihatnya dalam konteks sejarah, beberapa dekade setelah Perang Dunia II, kebijakan luar negeri AS awalnya fokus pada Eeropa, lalu beralih pada Perang Dingin dengan Rusia, kemudian Timur Tengah Pasca 9/11, lalu Obama dan Hillary Clinton mengatakan sekarang fokus kita ke Asia, dan saya kira alasannya jelas.

Setengah dari populasi dunia berada di Asia. Wilayah ini juga negara dengan perkembangan tercepat di seluruh dunia. Selain itu menurut saya, ancaman terbesar terhadap perdamaian dunia ada di Asia.
Karena kawasan ini tidak memiliki koeksistensi damai. Eropa yang memiliki koeksistensi damai pun, bisa pecaH Perang Dunia hingga dua kali. Ada ketegangan yang intens di Asia. Sebut saja Korea utara, Taiwan, masalah Laut China Selatan dan masalah dalam negeri di India. Potensi kekerasan antara negara di Asia saya yakin lebih tinggi dari pada kawasan lain. Inilah yang menjadi kepentingan AS: menyumbang pada evolusi perdamaian di Asia.

Banyak yang mengatakan bahwa fokus AS di Asia adalah untuk menandingi pengaruh China. Apakah Anda melihat akan ada perang dingin antara AS dan China?
Tidak. Karena menurut saya kepentingan kedua negara saat ini adalah menghindari perlombaan senjata. Kita lihat sejarah, perlombaan senjata hanya merugikan secara sosial. Namun tidak bisa dipungkiri adanya sifat manusia yang kompetitif.

Selain itu, nasionalisme juga menyumbang kesengsaraan dan kerusakan selama ratusan tahun. Nasionalisme memang memiliki keuntungan, tapi sejujurnya, nasionalisme merusak masyarakat. Akan lebih baik bagi dunia jika sentimen nasionalisme dikurangi. Karena sentimen ini adalah salah satu
pemicu konflik kepentingan antar negara. Ujungnya, mereka akan saling serang.

Banyak pemimpin negara yang berlomba-lomba memuji kemajuan di Asia. Anda setuju?
Hal ini sudah diprediksi. Beberapa tahun lalu banyak yang mengatakan bahwa abad 21 akan menjadi abadnya Asia. Saya kira ini benar. Tapi ada resiko besar di Asia, yang pertama adalah China.
Negara ini berkembang dengan sangat pesat dan stabil dalam 30 tahun. Tapi kita harus bersiap akan adanya gangguan pada kemajuan ekonomi China. Karena menurut sejarah, tidak ada kemajuan yang tanpa gangguan. Masalah akan timbul di China, ekonomi akan menurun dan stabilitas politik akan terguncang.

Kekhawatiran juga timbul dari India yang tengah berkembang. Kedua negara ini (India dan China) memiliki populasi yang tinggi. Mereka memiliki tantangan dalam menghasilkan  pekerja yang produktif di tengah harapan masyarakat yang semakin tinggi.

Harapan yang tinggi ini timbul akibat perkembangan ekonomi dan perubahan tingkat masyarakat dari miskin ke kelas menengah dengan pendidikan yang tinggi dan melek informasi. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka stabilitas ekonomi dan sosial akan terganggu. Masalah lainnya, dunia saat ini berbeda dengan dulu. Dunia saat ini penuh, hampir tidak ada ruang kosong. Populasi meningkat dari 7 miliar menjadi 8-9 miliar, ditambah masalah perubahan iklim dan yang lainnya.
Saya kira abad ini adalah abad yang kacau dengan berbagai negara yang berusaha bertahan. Setiap negara pada akhirnya akan mementingkan kepentingannya sendiri dan kehidupan akan semakin sulit bagi semua orang.

Populasi di Asia sendiri tidak berkembang dengan cepat. Angka kesuburan di China telah berkurang di bawah tingkat penggantian (replacement level). Tingkat kesuburan ini dihitung berdasarkan angka kelahiran dibandingkan dengan jumlah rata-rata wanita. Tingkat penggantian idealnya adalah 2,1.  Jika setiap wanita memiliki 2,1 anak, maka populasinya stabil.
Ada perdebatan di China yang mengatakan one child policy harus dihentikan karena hanya menciptakan populasi tua yang meningkat dan kekurangan masyarakat usia muda. Sebaliknya, India mengatakan memiliki populasi muda yang akan membuat negara itu maju, lebih baik dari China.

Padahal dua negara ini salah. India tidak memiliki kemerataan jumlah penduduk, ini adalah bom waktu bagi negara tersebut. Sementara China tidak ada masalah peningkatan populasi tua. Mereka tidak perlu lagi tambahan penduduk yang saat ini mencapai 1,3 miliar. Ini jumlah ideal, China akan lebih kuat di segala bidang dengan jumlah ini. Bagaimana mempertahankan jumlah ini, yaitu dengan tetap memberlakukan one child policy.

Indonesia pernah punya program keluarga berencana yang baik, tapi saya kecewa program ini tidak lagi dilanjutkan. Jika saja dilanjutkan, maka efeknya akan seperti 20 tahun lalu, populasi Indonesia saat ini akan lebih sedikit 25 juta orang. Jika demikian, maka pendapatan per kapita Indonesia akan 10 persen lebih tinggi. Akan lebih sedikit pengangguran, dan lebih sedikit yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Apakah Indonesia akan  menjadi resiko juga di Asia, seperti China dan India?
Saya kira Indonesia lebih parah. Karena Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mengalami resource curse (Tidak adanya kemajuan di tengah melimpahnya sumber daya alam). Indonesia tidak menangani sumber daya alamnya dengan efektif, negara ini justru menghancurkan alam dengan over-eksploitasi, dan tidak menangani sumber daya alam untuk kepentingan rakyat keseluruhan.
Indonesia saat ini, menurut saya, tidak dapat menyelaraskan diri ke dunia yang lebih rumit. Karena penyelerasan berarti perlu adanya perubahan demi kepentingan orang banyak. Jika tidak, maka bersiaplah menjadi the big loser di abad ini.

Indonesia akan menjadi masalah baru bagi Asia. Lihatlah masalah pekerja di negara ini. Jumlah sarjana di Indonesia, menurut status Bank Dunia, lebih banyak dari pada jumlah pekerjaan yang diciptakan. Bagaimana Indonesia mau maju. Tapi saya kira ini adalah masalah yang menjadi tantangan bagi seluruh negara di dunia. Kita memiliki masalah global mengatasi pengangguran muda di perkotaan.

Tapi data-data menunjukkan kemajuan PDB Indonesia mencapai 6 persen tahun lalu?
Adakah pengaruhnya terhadap harga komoditas? Indonesia memiliki masalah yang serius, yang paling jelas adalah masalah infrastruktur. Dibandingkan dengan Vietnam, Indonesia mulai tertinggal. Vietnam mulai melaju ke pasar ekonomi pada akhir 1980 saat mereka ditinggalkan oleh Rusia. Saat itu, mereka ketinggalan 20 tahun dari Indonesia.

Tapi melihat perkembangan ekonomi sekarang, saya kira ekonomi per kapita Vietnam lebih kuat dari pada Indonesia dalam 10 tahun. Vietman juga tidak terlepas dari resource curse. Tapi apa yang dilakukan Vietnam kemudian? mereka mengembangkan masyarakatnya.

Tujuan Indonesia terlalu berorientasi pada peningkatan PDB. Padahal ada masalah statistik yang serius dalam PDB. Contohnya, ketika Indonesia menjual miliaran dolar gas alam, memang akan menyumbang banyak untuk PDB. Namun, di saat yang sama, kekayaan alam Indonesia akan hilang selamanya. Nyatanya, PDB memang bertambah, tapi negara semakin miskin.

PDB tidak bisa meningkatkan kualitas hidup, ini masalah mendasar. Ada banyak bukti empiris dan studi yang menunjukkan bahwa kualitas hidup dan kebahagiaan rakyat tidak ada hubungannya dengan PDB dan kekayaan negara.

Mengapa Anda
 sangat pesimistis dengan Indonesia, padahal berbagai lembaga pemeringkatan utang telah menaikkan tingkat Indonesia?
Anda percaya hal itu, setelah kesalahan yang mereka (S&P, Moody’s dan Finch Rating) lakukan terhadap Eropa? Tidak, lembaga pemeringkatan adalah bagian dari sistem yang besar.
Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia?
Di atas segalanya adalah melindungi sumber daya alam. Sumber hutan dan perikanan Indonesia telah rusak, ini sangat tragis. Salah satu yang terparah adalah perkebunan kelapa sawit. Jika idenya adalah menggunduli hutan demi minyak sawit, maka ini adalah tragedi. Bukan hanya tragedi bagi Indonesia, tapi tragedi kemanusiaan.

Indonesia tidak melindungi sumber kekayaan laut mereka. Habitat ikan dan karang dirusak oleh penangkapan ikan dalam jumlah banyak. Saya kira tidak masuk akal pemerintah Indonesia menghabiskan jutaan dolar untuk membeli senjata, lebih baik beli perahu boatuntuk menghentikan penangkapan ikan ilegal dan pembalakan liar di Indonesia.
(eh)
Lex Rieffel adalah ahli masalah Asia Tenggara, restrukturisasi utang luar negeri dan institusi keuangan internasional. Dia adalah pengamat ekonomi badan keuangan AS dan anggota senior di Institute of International Finance.
• VIVAnews