Friday, December 18, 2015

Prof.DR.Ir.H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr. 🎓 BUPATI BANTAENG DENGAN PRESTASI MENTERENG

https://www.facebook.com/BeritaSeputarBontang/photos/a.930505233708652.1073741828.930488337043675/946785712080604/?type=3&fref=nf


Bupati Pertama Bergelar Profesor, Peraih 50 Award, Sukses Mengubah dari Daerah Transit Menjadi Daerah Destinasi, Tanpa Pencitraan !

🌿 Sejak lepas shalat subuh, warga dapat dgn mudah bertemu Bupatinya tanpa protokoler yg rumit. Bahkan dgn bebasnya masyarakat dapat mencurahkan segala keluh kesah mengenai berbagai permasalahan. Di rumah dinas dan rumah pribadi Nurdin, siapa pun bebas masuk tanpa ada hambatan, baik untuk mengadu atau sekadar mengusulkan program. Saat menerima pengaduan warganya, bupati bergelar profesor Ilmu Kehutanan Universitas Hasanudin ini sesegera mungkin menyelesaikannya dgn melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

"Selama 6 tahun ini, sudah banyak pejabat yg saya copot, seperti Kepala Badan Kepegawaian Daerah sudah berganti 4 kali, wakil bupati saya itu beberapa kali ikut lelang jabatan”.

🌿 Ketika pertama kali memenangi Pemilukada Bantaeng 2008 lalu, mantan CEO sejumlah perusahaan di Jepang ini bergerak cepat. Ia blusukan hingga ke kampung2 menemui warga. Tak mengherankan bila mulai dari anak2 sampai orang tua sangat dekat dan bersahabat dgn pemimpin daerahnya itu. Ia senantiasa ingin mencari tahu akar masalah langsung ke sumbernya. Jika sudah tahu penyebabnya, dgn cepat ia mengambil tindakan. Bekerja dgn fokus, itulah kunci keberhasilannya.

Seluruh kepala dinas dilarang memakai sepatu mahal karena beliau tidak ingin pejabatnya tampil mewah sekaligus sayang jika sepatunya kena lumpur karena mahal. Jadi jangan harap anda melihat pejabat di Bantaeng memakai sepatu pantofel yg mengkilat. Mobil dinas yg dipakai Kadis hanya Toyota Avanza, sementara beliau sendiri menggunakan Toyota Innova. Untuk keperluan di luar dinas, Beliau menggunakan mobil pribadinya Crown th 2000.

🌿 Bupati yg menjunjung tinggi filosofi Jepang pantang berbohong, disiplin, sesuai kata dan perbuatan ini juga berhasil membenahi sistem pelayanan kesehatan warganya. Warga Bantaeng paling dimanjakan untuk pelayanan kesehatan. Jika ada warga yg sakit, cukup menelpon Brigade Siaga Bencana (BSB ) di 113 atau 0413-22724 / 0413-21408 maka dalam waktu kurang dari 20 menit dokter serta perawat bersama ambulans gratis akan segera menjemput pasien di rumahnya. Pasukan ini mampu menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi NOL dari sebelumnya 12/100.000 kematian per tahun. BSB siaga 24 jam dgn 20 dokter, 16 perawat dan 8 unit mobil ambulans berfasilitas emergency. Selain itu, BSB Bantaeng juga menyiagakan 11 unit mobil pemadam kebakaran berstandar Internasional, yg kemampuannya melebihi armada yg dimiliki Dinas Damkar Makassar. Bahkan, mobil ambulans milik Pemkab Bantaeng kerap dipinjamkan di kabupaten tetangga bilamana ada pasien yg akan dirujuk ke Makassar. Selain itu pula, Nurdin yg menguasai 3 bahasa asing, Inggris, Jepang dan Cina ini berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk menggelontorkan dana sekitar Rp 120 miliar untuk membangun gedung rumah sakit 8 lantai berstandar internasional.

🌿 Networking-nya yg terjaga baik, terutama dgn Jepang, membuat berbagai bantuan dgn mudah didapatnya. Ambulans dan mobil pemadam kebakaran adalah di antaranya. 8 unit ambulans dan Damkar, semuanya diperoleh dari Jepang. Sistem pelayanan di BSB, diadopsinya dari Jepang meski tidak seluruhnya. Berkat mapannya pelayanan kesehatan di daerah berjuluk Butta Toa atau Tanah Tua ini, BSB Bantaeng masuk nominator United Nations Public Service Award, yg dibawahi PBB. BSB Bantaeng sengaja ditunjuk Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara mewakili Indonesia. Penataan Kota Bantaeng yg dulu terkenal dgn semak belukar kini menjadi kabupaten dgn "sejuta" tempat wisata indah. Bahkan Belia bercita-cita menjadikan Bantaeng "Singapura" di Indonesia. Karena itu sebagian besar pusat pemerintahan dan fasilitas pelayanan publik dipindahkan di daerah pantai.

🌿 Dahulu, Bantaeng hanya dipandang sebelah mata dibanding 23 kabupaten di Sulsel. Orang2 yg akan menuju 6 kabupaten di sisi selatan Sulsel ini hanya mampir sejenak atau bahkan melintas begitu saja. Sepertinya tak ada hal menarik untuk disinggahi. Namun, sejak 2009, Bantaeng menjadi daerah yg cukup menonjol. Bantaeng menjadi destinasi, bukan lagi tempat transit. Investor kelas dunia berdatangan ke kabupaten yg jaraknya 120 kilometer dari Makassar ini.

Penyebabnya, kini Bantaeng memiliki sejumlah ikon yg membuatnya menonjol dibanding daerah2 lain di Sulsel. Contohnya, tak banyak yg menyangka jika berbagai tumbuhan seperti stroberi, apel, durian bisa tumbuh subur di pegunungan Bantaeng. Juga tak pernah terbayangkan jika di daerah ini bisa menjadi penghasil benih unggul yg menaikkan tingkat ekonomi masyarakatnya terutama petani.

🌿 Daerah ini pun tumbuh dgn berbagai industri pengolahan. Di bidang industri pengolahan hasil pertanian, Bantaeng sukses merintis pengolahan hasil pangan sekaligus pengepakannya. Hasil-hasilnya pun kini sudah diekspor ke berbagai negara, khususnya Jepang dan Cina. Selain itu, industri pengalengan hasil laut pun berkembang di daerah ini.

Bangkitnya industri di daerah ini cukup mengagumkan karena Bantaeng bukan daerah tambang yg bisa dgn cepat mengundang investor. Bantaeng adalah daerah pertanian sehingga butuh waktu cukup lama untuk bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Namun, hal itu tak menjadi masalah bagi Bupati Nurdin Abdullah. Ia berhasil mendatangkan investor asing, tercatat dari Jepang, Cina, dan Korea.

🌿 Dengan perubahan dan pembangunan yg terus bergerak itu, tak mengherankan jika banyak daerah yg berkaca pada daerah ini. Banteng menjadi “laboratorium” pilihan 104 kabupaten kota di Indonesia yg melakukan studi banding di daerah itu selama 2014.

Meski tak menutup peluang masuknya investor asing, di tangan Nurdin, pembangunan di Bantaeng senantiasa mengutamakan kearifan lokal. Guru Besar Universitas Hasanuddin ini belum berpikir untuk membangun mal di Bantaeng. "Biarkan perekonomian masyarakat dulu yg tumbuh, baru kita bangun yg lain," ujar alumni Universitas Kyushu, Jepang, ini.

🌿 Sebagai orang berlatar belakang pertanian, tekadnya bulat ingin meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, jika dulu petani jagung menanam jagung dan menjual jagung, sekarang petani jagung tak hanya menjual jagung, tapi juga benihnya. Penjualan benih itu mendongkrak penghasilan petani menjadi berlipat-lipat. Ia mencontohkan, jika sekilo jagung dijual dengan harga Rp 2.000, dgn menjual benih, penghasilan yg diperoleh bisa Rp 50 ribu per kilo.

Saat ini, produksi benih yg dikembangkan masyarakat Bantaeng ada berbagai jenis. Jumlahnya mencapai lima ton per tahun. "Dan semuanya adalah benih unggulan yg sudah melalui uji coba dan penelitian terpadu," ujarnya.

🌿 Penanganan banjir di Bantaeng adalah salah satu masalah yg sukses dipecahkannya. Di masa putaran akhir kampanye sebelum ia terpilih sebagai bupati, Nurdin mendapati rumah jabatan bupati terendam banjir. Setelah terpilih, ia menargetkan, banjir yg menghantui warga Bantaeng setiap tahun harus ia selesaikan dalam waktu dua tahun. Untuk melihat langsung permasalahan tsb, Nurdin Abdullah turun langsung mencari titik air penyebab banjir di saat hujan deras menyusuri anak sungai sampai sekitar 6 jam. Survei dan kajian yg melibatkan pakar dari berbagai kampus melahirkan solusi berupa pembangunan cek dam seluas 5 Ha. Pembangunan cek dam itu dipantaunya langsung. Maka, ketika hujan turun, Nurdin pasti tak berada di rumah. Ia memilih memantau kondisi di lapangan tanpa peduli meski tengah malam sekalipun. Kehadiran cek dam memang berhasil mengatasi banjir di wilayah itu sampai saat ini. Bahkan, Cek dam ini juga menjadi sumber air baku PDAM Bantaeng dan sekaligus irigasi untuk pertanian dan perkebunan warga yg sebelumnya hanya lahan tadah hujan.

🌿 Pria kelahiran Pare-Pare, 7 Feb 1963, ini selalu menunjukkan kesungguhannya jika menghadapi suatu masalah. Ia berharap, camat, dan lurah yg menjadi mitranya melayani masyarakat bisa mencontoh hal itu. "Saya selalu sampaikan, ini masalah keteladanan. Sebagai pemimpin, selalulah memberikan contoh terbaik," ujarnya.

🌿 Yang penting baginya, sistem harus diciptakan dan tertata bagus. Sebab, jika sistem sudah bagus, siapa pun yg akan memimpin Bantaeng kelak tinggal meneruskannya. Hal itulah yg dirintisnya sejak awal hingga tahun kedua memimpin Bantaeng. "Setahun dua tahun boleh bergantung pada bupati, tapi tahun ketiga kita harus bergantung pada sistem yg kuat," katanya.
"Kami normalisasi sungai dan drainase lalu membangun cek dam, membangkitkan petani dgn ketersediaan pupuk, benih unggulan dan irigasi pertanian di daerah-daerah terisolir dan menggeliatkan perekonomian Bantaeng dgn membuka pintu masuk bagi para investor," ujar Nurdin

🌿 Mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia ini membuka kesempatan bagi para investor kelas dunia untuk berbisnis di Bantaeng. Nurdin menyiapkan lahan sekitar 1.000 hektar di daerah Pajjukukkang yg tuntas di th 2015 untuk pabrik smelter yg dibangun investor Jepang, Cina dan India. 2.000 hektar untuk relokasi industri dari Jepang. Bahkan rencananya akan dibangun sekolah mekanik Asia Pasifik kerjasama dgn Toyota serta BLK dgn standar internasional.

"Triliunan uang investor masuk ke Bantaeng tanpa ada pungutan sepeser pun. Kita menerapkan pelayanan one day service. Proses perizinan selesai dalam sehari tanpa pungutan. Investor kita jemput di bandara lalu kita antar sampai ke Bantaeng. Kta mengelola keuangan daerah secara terbuka dan transparan, buktinya tidak ada pejabat saya yg korupsi."

🌿 Di tahun pertama kepemimpinannya, bupati berusia 50 tahun ini melakukan pembenahan dan peningkatan kapasitas aparat-aparatnya dgn menerapkan pola assesment dgn melibatkan Universitas Indonesia dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jatinangor. Sistem lelang jabatan di kepemimpinan Nurdin sudah dilakukan sejak 2009, jauh lebih awal dibandingkan yg dilakukan Jokowi sebagai Gubernur DKI.

🌿 Di periode pertama, Nurdin berhasil duduk sebagai bupati dgn raihan suara 46 persen, meskipun tanpa kampanye yg meriah. Nurdin yg 'pulang-kampung' demi amanah almarhum ayahnya, berhasil mengungguli para kandidat yg sudah lama berkiprah di Bantaeng. Di periode kedua, tanpa kampanye dan atribut, Nurdin melenggang dgn meraih suara 84 persen dalam Pilkada 2013 silam.

🌿 Di kepemimpinan alumni fakultas pertanian Universitas Kyushu di Jepang ini, perekonomian Bantaeng tumbuh dari 5,3 persen menjadi 8,9 persen pertahun serta berhasil meningkatkan indeks pendapatan perkapita warga Bantaeng dari Rp 5 juta menjadi Rp 14,7 juta.

Nurdin berhasil memajukan kembali varietas sayuran, buah dan hasil2 perikanan, dgn konsep Agri-Marine Economy. Berkat kemajuan perekonomian di Bantaeng, terjadi arus balik warga Bantaeng yg merantau di luar, serta bertambahnya penduduk yg bermigrasi ke Bantaeng.

🌿 Selama 6 tahun kepemimpinannya, Bantaeng menyabet lebih dari 50 penghargaan tingkat nasional, termasuk 4 kali berturut-turut piala adipura yag sebelumnya tidak pernah didapatkan, 3 tahun berturut-turut meraih Otonomi Award dan berhasil memenangkan Innovative Government Award (IGA) th 2013 yg diadakan Kementerian Dalam Negeri.

Bagi Nurdin, ia tidak mau berorientasi pada piagam penghargaan semata, tanpa dibarengi karya nyata yg dirasakan warganya. Menurut Nurdin, berkat caranya memimpin Bantaeng dgn menggunakan hati, Bantaeng kemudian jadi terkenal dan jadi sering kedatangan tamu dari pemda di Indonesia untuk melakukan studi banding, termasuk pula sering diundang pemerintah Jepang dan China untuk melakukan benchmarking.

🌿 Berkat kepiawaiannya memimpin, nama Nurdin termasuk 19 tokoh alternatif oleh Komunike Bangsa Peduli Indonesia (KBPI) yg digagas pengusaha senior Sofjan Wanandi. Nama Nurdin dijadikan figur capres alternatif, sejajar dgn nama tokoh bereputasi seperti Jusuf Kalla, Khofifah Indar Parawansa, Chairul Tanjung, Walikota Bandung Ridwan Kamil, dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

"Saya terkejut sekaligus senang dijadikan figur capres alternatif. Sebagai anak bangsa, saya siap untuk menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan bangsa. Namun saat ini saya masih fokus untuk memimpin Bantaeng. Tunggu mapan dulu daerah saya baru lompat ke pusat, saat ini masih dalam proses, bila masanya nanti akan tiba saya akan siap bila dibutuhkan," tutup suami dari Listiaty Fachruddin ini. 


(Sumber : Kompasiana, Tribunnews, Detiknews) 

Tuesday, December 08, 2015

Catur Empat Langkah Jokowi Matikan Kawan Dan Lawan

http://www.fiskal.co.id/berita/fiskal-4/6611/catur-empat-langkah-jokowi-matikan-kawan-dan-lawan#.VmeJErh97IX

Catur Empat Langkah Jokowi Matikan Kawan Dan Lawan | Fiskal.co.id
Sumber Foto: Fiskal.co.id


Presiden Jokowi mengerti, walau dirinya barangkali belum pernah membaca senarai ungkapan dari Albert Camus yang menyatakan, "Saya selalu loyal, terutama pada orang yang saya sukai, tapi saya tidak percaya bahwa saya tidak akan pernah mengkhianatinya."  Yang berarti pengkhianatan di dunia politik adalah permanen rutin. Baik kawan, dan lawan semua calon pengkhianat. Penulis pun tidak yakin darimana Jokowi mampu menyerap rasa percaya dan tidak percaya dalam dunia politik, yang selalu berakhir dalam tragedi Shakespeareian, "Et tu Brute?" Kau juga Brutus? Saat Julius Caesar tidak percaya dirinya digulingkan oleh anak angkatnya sendiri yang terkenal loyal, Brutus. 

Politik selalu demi rakyat, bukan politisi, namun politik juga selalu melewati perut politisi terlebih dahulu baru rakyat sisanya. Lalu, di tengah orang orang seperti demikian apa yang kau lakukan? Apa yang seorang pemimpin besar lakukan? Apa yang presiden Indonesia lakukan?

Menari sendiri dengan genderang yang ditabuh sendiri, walau musik tidak dimengerti kawan dan lawannya, seperti Soekarno? Atau mengajak kawan lawan menari, dengan genderang yang ditabuh orang lain seperti Soeharto? Mengajak menari dengan genderang yang ditabuh sendiri, tapi tidak dimengerti kawan lawan seperti Gusdur? Tidak menari, tidak menabuh lalu lawan dan kawan yang menari sendiri bagai Susilo Bambang Yudhoyono?

Atau seperti Joko "Jokowi" Widodo, tidak ikut menari, hanya menabuh musiknya, lalu kawan dan lawannya menari. Memperlihatkan lekuk keseksian dan sekaligus aib aib mereka hingga ke titik aral.  Menjadikan mereka payah di mata semua orang, payah dan tidak bisa lagi dipercaya.

Sialnya, bagi Jokowi tidak ada waktu dikhianati, tidak ada ruang ditusuk dari belakang, dirinya selalu bersandar di sudut mati di mana langkah langkah lawan tengah di prediksi olehnya, sementara lawan tidak mengerti dirinya, tidak mampu menebak arti senyumnya, tidak bisa menakar apa yang dia pikirkan, karena satu hal yang dinamakan langkah falsafah.

Langkah Catur Pertama : Bonekakan Diri
Perbedaan langkah falsafah seseorang, bagai dirinya mengarungi papan catur, setiap langkah begitu berharga melahirkan pengorbanan dan keuntungan. Korbankan yang kecil, ambil untung yang besar. Korbankan yang besar, dan menangkan pertarungan.. begitulah Jokowi mengerti langkah langkah berfalsafah tersebut. Dia mengerti lawannya termasuk yang menyaru sebagai kawan, menunggu lengah, menunggu waktu mencekik dari belakang, bahkan Jokowi membonekakan dirinya, agar lawan lawannya merasa sedang mengendalikan dirinya..

Membonekakan diri, adalah satu langkah klasik dalam catur. Membuat lawan Anda berpikir dirinya mengendalikan permainan pada dua langkah ke depan, lalu dengan rakus menyerobot keuntungan di papan. Faktanya, justru sang lawan bermain dalam kendali tali tali tidak terlihat. Boneka jejadian itu akhirnya bergerak pada langkah aneh yang absurd.. siapa sangka jika pikiran sang pengendali boneka berharap Budi Gunawan menjadi Kapolri, tapi justru sosok tak dikenal bernama Badrodin Haiti yang memenangkannya. Ini bahkan di luar impian liar Badrodin sendiri..

Siapa yang menyangka di luar arena, dalam bilik tertutup nyaman di rumah pensiunan ada yang merasa memegang kartu KPK, tapi mendadak satu sapuan bersih pimpinan KPK berganti wajah, dan dirinya kehilangan kartu kartu penting untuk bermain.

Siapa yang menyangka ada yang merasa mengendalikan melalui bantuan uang dan dana kampanye, dan dalam satu sapuan berakhir sumber dana "bocor" di wilayah energi dengan pembubaran Petral.

Inilah pelajaran politik penting kepada para pengendali, jangan Bonekakan orang yang rela jadi boneka karena dibaliknya orang yang rela itu punya rencana.

Langkah Catur Kedua : Hinakan Diri
Seorang pemain catur handal selalu membuat langkah dewa mabuk, yang cendrung pada penghinaan lawan.. misalkan lawan "dipersilahkan" masuk ke ruang kerajaannya, mengobrak abrik dan menyudutkan bidak Raja, bidak Raja terpaksa minggir langkah demi langkah menjauh dari intimidasi lawan, bahkan terpaksa merelakan beberapa pion penting, namun itu hanya perangkap momentum.

Bahan bahan agar diri terlihat hina untuk sosok dengan perawakan Jokowi yang kurus, kurang highlite, tidak ada kesan modern dan wibawa perwira, sudah tampak natural. Jokowi makanan empuk untuk para perajin meme internet, bahkan lawan politik dari "partai dakwah" yang berisikan anak muda pencemooh sanggup membuat ratusan gambar gambar meme yang menghinakan Jokowi dan kebijakannya. Dalam pikiran mereka sosok yang hilang wibawa tidak akan terpilih kembali menjadi presiden. Dan citra citra positif Jokowi, bagaimanapun harus terpangkas habis.

Dalam realm high politic langkah menghina Jokowi ikut dipraktikkan. Para lawan politik menyebut Jokowi kelas kampung, ndeso, minim wawasan, bahkan Wakil Ketua DPR dari PKS, Fahri Hamzah pernah secara gamblang menyebut Jokowi tidak punya tampang presiden (baca Ngga Ada Tampang)

Apakah semua penghinaan fisik dan mental itu dijawab oleh Jokowi? Tidak satupun. Bahkan dalam pernyataan terakhirnya Jokowi mempersilahkan para lawan menyebutnya dengan name calling atau julukan yang buruk, asalkan..

"Saya enggak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig. Enggak apa-apa. Tapi, tapi tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan"

Ungkapan, "Tapi, tapi tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan" itulah pesan langkah counter dari Jokowi. Pesan itulah virtuoso permainan politiknya.  Sehingga secara politik moral Jokowi berada di kondisi puncak lebih dari lawan lawannya. Karena baik lawan dan kawan akan mengakui jika Jokowi berada dalam posisi yang benar.

Ini seolah seorang pahlawan bicara di podium.. "Sampeyan boleh hina saya, tapi jangan hina Negara saya... sampeyan boleh rendahkan fisik dan jiwa saya, tapi jagan rendahkan bangsa saya!!"

Alih alih citra Jokowi surut oleh serangan hinaan itu, citranya malah terlihat gagah absolut.

Langkah Catur Ketiga : Bukan Siapa Yang Kamu Punya, Tapi Apa Tujuanmu

Pemain catur handal tidak akan mempertaruhkan permainannya pada bidak bidak tertentu, baik dengan alasan taktik atau style. Dia tidak merasa kehilangan patih, benteng, atau sang kuncung, apabila itu hal pantas diserahkan. Fokusnya satu, adalah tujuan permainan itu sendiri, bersenang senang dari kesulitan lawan menebak langkah, sehingga dalam kondisi psikologis lawan yang lengah, dirinya bisa memenangkan segalanya.

Orang orang di sekeliling Jokowi bisa kita sebut sebagai para kontraktor. Bagi Jokowi mereka dikontrak untuk suatu tujuan tim dan kebersamaan dalam membangun Indonesia sesuai dengan idealitas kampanye dirinya sebagai politisi. Sebegitu mudah Jokowi meninggalkan sahabat dekatnya Marurarar Sirait dalam pesat pembagian kursi kabinet, menegaskan posisi Jokowi memandang bidak bidak catur di sekelilingnya.

Bagaimana Luhut, Trimedya masuk ke lingkaran dalam dan menyingkirkan Andi Widjajanto, Tedjo Eddhy memperlihatkan hubungan kontrak semata. Ada pelanggaran kontrak, cabut. Namun lawan politik tetap mengira Jokowi lengket dengan bidak-bidaknya bagai hubungan mafioso Sisilia. Jokowi bagaimana Luhut, Jokowi kompak dengan JK, dan seterusnya.

Kasus "Papa Minta Saham" semestinya menegaskan posisi permainan Jokowi yang tidak membentuk jaringan mafia baru di pemerintahan, tentang bagaimana Riza Chalid, dan Setya Novanto sebagaimana dalam rekaman pertemuan dengan bos Freeport Indonesia, bingung seribu neraka akan keras kepalanya Jokowi sehingga mereka berharap pada nama di sekeliling Jokowi.

Tapi Jokowi memiliki siapa? Kasus bocornya rekaman tersebut, malah bisa membuat Jokowi memiliki alasan kuat membuat barikade dari kawan kawan di sekelilingnya.  Rekaman tersebut memperlihatkan polah politisi yang rakus kepentingan, termasuk yang di lingkaran istana. Dan Jokowi membiarkannya dilahap publik untuk menelanjangi bahwa dirinya berdiri independen, tidak membentuk klik politik dengan orang orang dekatnya. Sehingga dirinya bisa dengan mudah mengganti mereka yang merasa SKSD, sok kenal dan sok dekat.

Langkah Catur Keempat : Lawan Kalap
Modal pecatur hebat lainnya adalah permainannya yang juga mengandalkan efek tidak terukur. Vladimir Kramnik seorang pecatur Russia menyebut momentum "no man's land"atau kedua pemain sama sama melangkah kosong adalah keindahan catur. Dalam kondisi tidak terduga maka pecatur hebat bisa memainkan apa yang tersisa di meja sementara lawan tengah kalap dan kebingungan kehabisan teori.

Di pemerintahan, teori teori politisi brengsek selalu sama, dekati pengusaha mainkan kekuasaan, dan pundi pundi kekayaan mengalir. Kerjasama penguasa dan kekuasaan itu menghasilkan habitus terprediksi. Polanya selalu sama, perhitungannya selalu itu itu saja. Seorang presiden memiliki jurus menghadapi tipikal politisi makelar tersebut di sekelilingnya, yakni dengan langkah transparansi. Politik dijadikan terbuka, lobby lobby dipaksakan bisa diakses masyarakat banyak.

Menelanjangi praktik hubungan politisi dan pengusaha sejatinya berbahaya, namun terkadang nafsu akan kekayaan, akan membuat para politisi dan pengusaha kotor panik, bermain asal asalan, karena mereka merasa waktu mereka menipis, mereka harus menyiapkan energi keuangan agar terpilih kembali dalam kontestansi politik pemilu selanjutnya. Pengusaha pun di kejar setoran untuk memantapkan posisi lobby kekuasaan.

Jokowi sayangnya tidak memberikan mereka waktu. Pengusaha dimanjakan dengan paket paket ekonomi bebas fiskal, izin izin dipermudah, persaingan usaha di buka luas, sehingga tidak ada artinya pengusaha menyuap politisi demi high bidding dan kursi paling depan. Pada akhirnya mereka tersudut oleh kenyataan pemerintahan mulai di tata rapih, klik klik politik dalam konsensi SDA dihabisi pelan pelan, impor sapi, penangkapan ikan, penerbangan, perhubungan, didekati dengan cara lebih bersih, bahkan dunia pajak melahirkan sosok pahlawan pertama, yang berani mundur saat target tidak tercapai.

Saat politisi kantungnya mulai mengering, hal yang terlihat adalah langkah kalap, para politisi habis-habisan merapat, yang malah memperlihatkan pada publik posisi mereka yang tidak tulus memperjuangkan konstituennya, melainkan hanya cari selamat sendiri. Ungkapan galak Ruhut Sitompul kepada Fadly Zon di Televisi bahwa dirinya sebagai wakil rakyat tidak sudi bertemu pengusaha memperlihatkan dengan banal, bahwa ada politisi pengejar rente dan ada politisi penolaknya.

Segala keterbukaan sebagai buah konsistensi pemerintahan, walau memperlihatkan politisi rente di sekeliling istana, juga memperlihatkan politisi rente di kalangan lawan politik yang lebih banyak lagi. Langkah keterbukaan ini penulis yakini bisa membawa Jokowi kembali sebagai presiden Indonesia pada pemilu presiden 2019 mendatang.

Lalu, dengan cara apa lawan politiknya menyerang Jokowi, dalam kondisi skakmat untuk mereka di segala penjuru?***Red

Wednesday, December 02, 2015

A letter to our daughter

https://www.facebook.com/notes/mark-zuckerberg/a-letter-to-our-daughter/10153375081581634

Mark Zuckerberg



Dear Max,

Your mother and I don't yet have the words to describe the hope you give us for the future. Your new life is full of promise, and we hope you will be happy and healthy so you can explore it fully. You've already given us a reason to reflect on the world we hope you live in.

Like all parents, we want you to grow up in a world better than ours today.
While headlines often focus on what's wrong, in many ways the world is getting better. Health is improving. Poverty is shrinking. Knowledge is growing. People are connecting. Technological progress in every field means your life should be dramatically better than ours today.

We will do our part to make this happen, not only because we love you, but also because we have a moral responsibility to all children in the next generation.
We believe all lives have equal value, and that includes the many more people who will live in future generations than live today. Our society has an obligation to invest now to improve the lives of all those coming into this world, not just those already here.

But right now, we don't always collectively direct our resources at the biggest opportunities and problems your generation will face.

Consider disease. Today we spend about 50 times more as a society treating people who are sick than we invest in research so you won't get sick in the first place.

Medicine has only been a real science for less than 100 years, and we've already seen complete cures for some diseases and good progress for others. As technology accelerates, we have a real shot at preventing, curing or managing all or most of the rest in the next 100 years.

Today, most people die from five things -- heart disease, cancer, stroke, neurodegenerative and infectious diseases -- and we can make faster progress on these and other problems.

Once we recognize that your generation and your children's generation may not have to suffer from disease, we collectively have a responsibility to tilt our investments a bit more towards the future to make this reality. Your mother and I want to do our part.
Curing disease will take time. Over short periods of five or ten years, it may not seem like we're making much of a difference. But over the long term, seeds planted now will grow, and one day, you or your children will see what we can only imagine: a world without suffering from disease.

There are so many opportunities just like this. If society focuses more of its energy on these great challenges, we will leave your generation a much better world.
• • •
Our hopes for your generation focus on two ideas: advancing human potential and promoting equality.

Advancing human potential is about pushing the boundaries on how great a human life can be.
Can you learn and experience 100 times more than we do today?
Can our generation cure disease so you live much longer and healthier lives?
Can we connect the world so you have access to every idea, person and opportunity?
Can we harness more clean energy so you can invent things we can't conceive of today while protecting the environment?
Can we cultivate entrepreneurship so you can build any business and solve any challenge to grow peace and prosperity?

Promoting equality is about making sure everyone has access to these opportunities -- regardless of the nation, families or circumstances they are born into.
Our society must do this not only for justice or charity, but for the greatness of human progress.
Today we are robbed of the potential so many have to offer. The only way to achieve our full potential is to channel the talents, ideas and contributions of every person in the world.
Can our generation eliminate poverty and hunger?
Can we provide everyone with basic healthcare?
Can we build inclusive and welcoming communities?
Can we nurture peaceful and understanding relationships between people of all nations?
Can we truly empower everyone -- women, children, underrepresented minorities, immigrants and the unconnected?
If our generation makes the right investments, the answer to each of these questions can be yes -- and hopefully within your lifetime.
• • •
This mission -- advancing human potential and promoting equality -- will require a new approach for all working towards these goals.

We must make long term investments over 25, 50 or even 100 years. The greatest challenges require very long time horizons and cannot be solved by short term thinking.

We must engage directly with the people we serve. We can't empower people if we don't understand the needs and desires of their communities.

We must build technology to make change. Many institutions invest money in these challenges, but most progress comes from productivity gains through innovation.

We must participate in policy and advocacy to shape debates. Many institutions are unwilling to do this, but progress must be supported by movements to be sustainable.

We must back the strongest and most independent leaders in each field. Partnering with experts is more effective for the mission than trying to lead efforts ourselves.

We must take risks today to learn lessons for tomorrow. We're early in our learning and many things we try won't work, but we'll listen and learn and keep improving.
• • •
Our experience with personalized learning, internet access, and community education and health has shaped our philosophy.

Our generation grew up in classrooms where we all learned the same things at the same pace regardless of our interests or needs.

Your generation will set goals for what you want to become -- like an engineer, health worker, writer or community leader. You'll have technology that understands how you learn best and where you need to focus. You'll advance quickly in subjects that interest you most, and get as much help as you need in your most challenging areas. You'll explore topics that aren't even offered in schools today. Your teachers will also have better tools and data to help you achieve your goals.

Even better, students around the world will be able to use personalized learning tools over the internet, even if they don't live near good schools. Of course it will take more than technology to give everyone a fair start in life, but personalized learning can be one scalable way to give all children a better education and more equal opportunity.

We're starting to build this technology now, and the results are already promising. Not only do students perform better on tests, but they gain the skills and confidence to learn anything they want. And this journey is just beginning. The technology and teaching will rapidly improve every year you're in school.

Your mother and I have both taught students and we've seen what it takes to make this work. It will take working with the strongest leaders in education to help schools around the world adopt personalized learning. It will take engaging with communities, which is why we're starting in our San Francisco Bay Area community. 

It will take building new technology and trying new ideas. And it will take making mistakes and learning many lessons before achieving these goals.

But once we understand the world we can create for your generation, we have a responsibility as a society to focus our investments on the future to make this reality.
Together, we can do this. And when we do, personalized learning will not only help students in good schools, it will help provide more equal opportunity to anyone with an internet connection.
• • •
Many of the greatest opportunities for your generation will come from giving everyone access to the internet.

People often think of the internet as just for entertainment or communication. But for the majority of people in the world, the internet can be a lifeline.

It provides education if you don't live near a good school. It provides health information on how to avoid diseases or raise healthy children if you don't live near a doctor. It provides financial services if you don't live near a bank. It provides access to jobs and opportunities if you don't live in a good economy.

The internet is so important that for every 10 people who gain internet access, about one person is lifted out of poverty and about one new job is created.

Yet still more than half of the world's population -- more than 4 billion people -- don't have access to the internet.

If our generation connects them, we can lift hundreds of millions of people out of poverty. We can also help hundreds of millions of children get an education and save millions of lives by helping people avoid disease.

This is another long term effort that can be advanced by technology and partnership. 

It will take inventing new technology to make the internet more affordable and bring access to unconnected areas. It will take partnering with governments, non-profits and companies. It will take engaging with communities to understand what they need. Good people will have different views on the best path forward, and we will try many efforts before we succeed.

But together we can succeed and create a more equal world.
• • •
Technology can't solve problems by itself. Building a better world starts with building strong and healthy communities.

Children have the best opportunities when they can learn. And they learn best when they're healthy.

Health starts early -- with loving family, good nutrition and a safe, stable environment.

Children who face traumatic experiences early in life often develop less healthy minds and bodies. Studies show physical changes in brain development leading to lower cognitive ability.

Your mother is a doctor and educator, and she has seen this firsthand.

If you have an unhealthy childhood, it's difficult to reach your full potential.

If you have to wonder whether you'll have food or rent, or worry about abuse or crime, then it's difficult to reach your full potential.

If you fear you'll go to prison rather than college because of the color of your skin, or that your family will be deported because of your legal status, or that you may be a victim of violence because of your religion, sexual orientation or gender identity, then it's difficult to reach your full potential.

We need institutions that understand these issues are all connected. That's the philosophy of the new type of school your mother is building.

By partnering with schools, health centers, parent groups and local governments, and by ensuring all children are well fed and cared for starting young, we can start to treat these inequities as connected. Only then can we collectively start to give everyone an equal opportunity.

It will take many years to fully develop this model. But it's another example of how advancing human potential and promoting equality are tightly linked. If we want either, we must first build inclusive and healthy communities.
• • •
For your generation to live in a better world, there is so much more our generation can do.

Today your mother and I are committing to spend our lives doing our small part to help solve these challenges. I will continue to serve as Facebook's CEO for many, many years to come, but these issues are too important to wait until you or we are older to begin this work. By starting at a young age, we hope to see compounding benefits throughout our lives.

As you begin the next generation of the Chan Zuckerberg family, we also begin the Chan Zuckerberg Initiative to join people across the world to advance human potential and promote equality for all children in the next generation. Our initial areas of focus will be personalized learning, curing disease, connecting people and building strong communities.

We will give 99% of our Facebook shares -- currently about $45 billion -- during our lives to advance this mission. We know this is a small contribution compared to all the resources and talents of those already working on these issues. But we want to do what we can, working alongside many others.

We'll share more details in the coming months once we settle into our new family rhythm and return from our maternity and paternity leaves. We understand you'll have many questions about why and how we're doing this.

As we become parents and enter this next chapter of our lives, we want to share our deep appreciation for everyone who makes this possible.

We can do this work only because we have a strong global community behind us. Building Facebook has created resources to improve the world for the next generation. Every member of the Facebook community is playing a part in this work.

We can make progress towards these opportunities only by standing on the shoulders of experts -- our mentors, partners and many incredible people whose contributions built these fields.

And we can only focus on serving this community and this mission because we are surrounded by loving family, supportive friends and amazing colleagues. We hope you will have such deep and inspiring relationships in your life too.

Max, we love you and feel a great responsibility to leave the world a better place for you and all children. We wish you a life filled with the same love, hope and joy you give us. We can't wait to see what you bring to this world.

Love,



Mom and Dad