Tuesday, October 30, 2012

Mengapa di Indonesia Freemason Didiskriditkan dan Dihujat?

http://sejarah.kompasiana.com/2012/01/28/mengapa-di-indonesia-freemason-didiskriditkan-dan-dihujat/
Julia Maria Van Tiel


Catatan:
Sebelum membaca silahkan membaca tulisan-tulisan sebelum ini :

Bila kita berselancar di dunia maya tentang Freemason dalam bahasa Indonesia, kita dapat menemui beribuan artikel yang menghujat Freemason. Isi hujatan bermacam-macam mulai dari agen rahasia Yahudi berbahaya, hingga kelompok dajjal jahiliah yang harus ditumpas. Tetapi kita  sangat jarang bahkan tidak akan menemui yang menjelaskan apa sesungguhnya Freemason, bahkan membelanya. Bahkan buku sejarah Freemason di Indonesia yang ditulis Th. Steven justru digunakan sebagai bukti hitamnya Indonesia yang pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh Freemason. Kelompok anti masonik memang marak di Indonesia.

Beberapa buku yang bernuansa anti masonik di tanah air antara lain yaitu: Sorotan Terhadap Freemason ( LPPA Muhamadyah, 1978); Ancaman Global Freemasonry(Harun Yahya); Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia (Herry Nurdi dengan kata pengantar Uztads Abu Bakar Ba’asyir, Cakrawala Pub, 2005); Kebangkitan Freemason dan Zionis Di Indonesia (Herry Nurdi, pengantar Uztads Abu Bakar Baaásyir, Cakrawala Pub); Freemasonry melanda dunia Islam (AD El Marzdedeq, Penerbit Gema Syahdida); Tipu Daya Freemason di Asean (Abdullah Pattani, Digital Online Edition Soelfan-Agung 2008, http://www.scribd.com/doc/15746117/Abdullah-Pattani-Freemasonry-di-Asia-Tenggara); Rahasia Gerakan Freemason dan Rotary Club (Muhammad Famin Amin, Pustaka Al Kautsar, 1993http://www.scribd.com/doc/13725775/Rahasia-Gerakan-Freemasonry-Dan-Rotary-Club); Pater Beek, Freemason dan CIA (M.Sembodo, Penerbit Galan, 2008); Dajjal dan Simbol Setan (Toto Asmara, Gema Insani Pres, 1998); Doktrin Zionisme dan Idiologi Pancasila: menguak tabir poltik founding fathers Republik Indonesia (M Thalib, Awwas, Irfan S, Wihdah Press, 1999); Zionisme: gerakan menaklukkan dunia(ZA Maulani, Daseta, 2002); 33 Kunci Menguak Symbol (terjemahan dari 33 Keys Unlocking The Lost Symbol: Thomas Beyer,Jr, Penerbit Bentang, 2010); Kartini Mati Dibunuh: membongkar hubungan Kartini dengan Freemason (Efatino Febriana, Penerbit Navila Idea Yogyakarta, 2011); Kabut Kabut Freemasonry (Yayasan Al-Huda, 2002).

Selain buku-buku yang dijual bebas di pasaran, kita masih bisa melihat pembicaraan seputar Freemason di negeri kita Indonesia melalui berbagai forum diskusi maupun blog. Kebanyakan memang mempunyai gambaran sebagaimana yang tertera dalam buku-buku anti masonik di atas.


Beberapa contoh cara penyampaian anti masonik bisa kita lihat sebagaimana di bawah ini.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu, Gerakan Freemasonry,adalah musuh-musuh Islam yang berusaha menghancurkan Islam dengan segala daya dan dana, serta dengan 1001 macam tipudaya.Ketika mereka mendapatkan kekuatan, misalnya ada salah seorang anggotanya yang menjadi pemimpin sebuah negara, maka mereka memaksa umat Islam untuk menanggalkan keIslamannya (Pattani, 2008).


Gerakan ini adalah organisasi Yahudi Internasional yang tidak ada hubungannya dengan tukang batu yang dahulu memang ada pada abad-abad pertengahan. Ia juga tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembangunan kapal atau katedral besar seperti dugaan banyak orang. Yang sebenarnya, kiprah gerakan ini adalah bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak tatanan politik, ekonomi, dan sosial di negeri-negeri yang mereka tempati.Mereka memang hobi merusak bangsa dan pemerintahan “Goyim”(Non-Yahudi). Tujuan akhir gerakan ini adalah membangun kembali Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha (Al-Quds) yang sekarang diduduki Israel, mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionisme Internasional, seperti yang ingin diterapkan dalam protokolat, sebuah rencana busuk pemuka Yahudi (Pattani, 2008)


Bahkan penerimaan akan adanya negara Israel dan mengajak orang untuk bersatu dengan musuh, yaitu kaum Zionis.Langkah yang sekarang dilakukan ialah menghancurkan Mesir demi untuk mewujudkan rencana Freemasonry dan tujuan Zionisme Internasional.Para pendukung Rotary, di dalam buku “Hakikat Rotary” Kerusakan politik yang sedang kita alami, kehancuran ekonomi yang kita saksikan dan kemerosotan sosial yang kita alami serta rusaknya kebudayaan serta pemikiran yang sedang kita rasakan, seluruhnya ini tumbuh dan merajalela pada saat suburnya perkumpulan-perkumpulan Rotary. Aktivitas mereka yang paling mencolok ialah upaya untuk mewujudkan perdamaian mengatakan, “Sebagian anggota perkumpulan ini ada yang telah menjadi anggota selama empat puluh tahun lebih. Tetapi ternyata mereka sampai kini tidak menemukan sedikit pun hubungan antara Rotary dan Freemasonry. 

Pernyataan seperti ini tidaklah berarti meniadakan adanya tujuan tujuan-tujuan Rotary yang tidak sah dan langkah-langkah rahasia yang berbahaya. Dan seandainya apa yang mereka nyatakan itu benar, bahwa mereka sampai kini tidak menemukan adanya hubungan tersebut, namun tidak berarti bahwa Rotary tidak mempunyai tujuan-tujuan rahasia dan langkah-langkah yang berbahaya (Famin Amin, 1993).

Tetapi organisasi Freemason ini selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial di negara-negara yang ditempatinya. Juga berusaha merusak bangsa dan pemerintahan non-Yahudi (Goyim, pent.)Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan haikal Sulaiman yang terletak di masjidil Aqsha, daerahAl-Quds yang diduduki Israel, mengibarkan bendera Israel serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol paracendekiawan Zionis (Famin Amin, 1993).


Di dunia Arab, Freemason bahkan difatwa haram.

The College of Islamic Jurisprudence considers Freemasonry one of the most dangerously destructive organisations to Islam and to Muslims.

The full text of the Fatwa is as follows:
College of Islamic Jurisprudence, Makkah, 15th July 1978 - concerning: Freemasonry
“The College of Islamic Jurisprudence, in its session convened at Makkah on 15th July 1978, examined the issue of Freemasonry, of those affiliated with it and the legal Islamic judgment on it, after adequate study of this dangerous organisation, and the boy of literature on it, inclusive of the College’s own published documents, books, and newspaper and journal articles.
From the totality of writings and texts which the College examined, the following was evinced:
  1. Freemasonry is a clandestine organisation, which hides as well as reveals it operations as it sees fit. Its true principles are guarded from all but its most venerated masters, who have, by virtue of their consecration at Freemasonry’s highest order degrees, proven worth of this honour.

  2. It establishes the relation of its members one to another, in all places of the earth, as is the alleged human brotherhood among all entrants in its organisation, without discrimination as to race, religion, and creed. Such overt misrepresentation of “fraternity” is simple-minded, at best.

  3. It attracts persons whose affiliation is practicable for the organisation; its allure is largely of a personally lucrative nature for the individuals sought. The high-minded principles of this recruitment entail; pledged assistance to any Freemasonic brother the world over; firm support of any Freemasonic candidacy to public office; and unconditional loyalty in all Freemasonic endeavors, even in those where the individual must compromise his sense of honour, justice, truth and right.Such lofty appeals often amass considerable financial contributions.

  4. Admission to Freemasonry is based on the celebration of the new member’s affiliation through symbolic and awe-inspiring ceremonies which serve to frighten the initiate if he is at variance with the instructions; the more threatening orders are issued successively with rank.

  5. Gullible members are left free in the exercise of their religious beliefs; if they do not choose to benefit from the directives of guidance and the assignment of task appropriate to their status ( they remain in lower degrees.
    As to the heretics, rank is calibrated in relation to individual experience and mastery, as well as demonstrated readiness to serve Freemasonry’s purposes, principles, and plans.

  6. It has political aims, and in most political and military upheavals, it has a visible, as well as an invisible, role.

  7. Its original organisational roots are Jewish; its secret global high administration, Jewish; and its activity, Zionist.

  8. In its secret real aims, it is against all religions: in general it seeks to destroy Islam for its Muslim adherents.

  9. It strives to select its membership from among positions of influence - financial, political, social or scientific status ( and to draw to its ranks kings, presidents and ministers, as tools to be manipulated in the forging of its dogma.

  10. It has branches which adopt other names to thus misrepresent and divert attention away from activities which encounter resistance to the name of Freemasonry. Among the most conspicuous branches operating under pseudonym are the Lions and Rotary Clubs; many, under multiple guise, similarly contradict the fundamentals of Islam.
It has become evident to the College of Islamic Jurisprudence the strong relation of Freemasonry to world Zionist Jewry. Thus it has been able to dominate many officials in the Arab countries concerning the question of Palestine, and to interfere in the Palestine question on behalf of the Jews and world Zionism.

Therefore, and for the detailed data on Freemasonry’s activity, its considerable danger, its wicked dressing and its cunning aims, the College of Islamic Jurisprudence considers Freemasonry one of the most dangerously destructive organisations to Islam and to Muslims
Whoever would associate himself with it while in knowledge of its true nature and aims, would be a non-believer in Islam and uncounted among its adherents.”
Source: Fatwa reproduced in “Freemasonry”, by Muhammad Safwat al-Saqqa Amini and Sa’di Abu Habib.http://www.themasonictrowel.com/Articles/Freemasonry/religion_files/muslim_view_of_freemasonry.htm


Sejarah Freemasonry di Nusantara

Freemasonry atau Vrijmetselarij secara aktif di Nederlands-Indië dan Indonesia tahun 1762 -1962.  Lodge Freemason pertama dengan nama “La Choisie” dibangun tahun 1762 di Batavia oleh Jacobus Cornelis Mattheus Radermacher (1741-1783) seorang pedagang VOC. Anggota Lodge Freemason ini hanyalah kelompok pedagang VOC.  Ayah Jacobus Cornelis, Joan Cornelis Radermacher, adalah seorang Grand Master dari Grand Lodge Nederland di Den Haag. Tahun 1778, Radermacher membangun Lodge “La Vertueuse” juga di Batavia. Lodge baru ini menghususkan diri pada seni dan ilmu pengetahuan, yang anggotanya juga hanya dari kelompok VOC. Di akhir abad ke 18 keanggotaan Lodge terbuka bagi para ambtenaar dimana asisten gubernur jenderal dan juga gubernur jenderal Nederlands Indië menjadi anggota Freemason.

Namun pada tahun 1810 gubernur jenderal Deandels menganggap bahwa para anggota Lodge Freemason lebih berpihak pada Eropa, sehingga Lodge Freemason oleh Deandels dibekukan, arsip-arsipnya disita, dan orang-orangnya dimasukkan ke dalam tahanan. Baru pada saat gubernur jenderal berikutnya, para tahanan itu dikeluarkan dan Lodge Freemason boleh berdiri kembali. Dari sini kemudian Lodge Freemason terbuka juga bagi kelompok pribumi dan pedagang China. Semua raja-raja, pangeran, dan bangsawan di nusantara juga menjadi Freemason. Raden Saleh merupakan orang Jawa pertama yang menjadi anggota Freemason.

Perubahan dimulai dengan pembangunan pendidikan

Dengan masuknya filosofi Freemason yaitu sekulerisme, kesetaraan, dan kemanusiaan,  anggota Freemason mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk membangun sekolah-sekolah di nusantara. Sekolah berbasis sekulerisme yaitu yang memisahkan antara pemahaman saintifik rasional dan agama. Pendidikan berbasis saintifik menjadi dasar pendidikan yang utama, dan agama merupakan tanggung jawab keluarga. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda ini lebih banyak diisi oleh anak-anak dari para ambtenaren, bangsawan, pamong desa, pedagang, dan petinggi lainnya. Di tingkat pedesaan didirikan sekolah rakyat ongko loro (dua tahun) dan ongko telu (tiga tahun). Sedang yang ingin melanjutkan harus ke kota.   Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang sudah dibangun oleh kelompok agama Islam, yaitu pesantren-pesantren yang lebih berbasis agama.


Di area politik,  Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Surohadihusodo, merupakan organisasi nasional pertama yang berkembang dengan cepat ke segala kota. Mula-mula didukung oleh mahasiswa-mahasiswa Jawa di Jakarta, lalu berkembang didukung oleh para priyayi dan para elit bangsawan lainnya.  Pendiri-pendiri Budi Utomo yang merupakan anggota Freemason, mengadopsi sistem sekuler politik Barat dan menekankan pada humanisme sekuler. Guna meningkatkan ekonomi dan budaya, Budi Utomo mempunyai perhatian dalam dunia pembangunan pendidikan. Berdirinya budi Utomo tanggal 20 Mei hingga sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pemikiran Budi Utomo ini kemudian mewarnai garis politik yang berpaham pada sekulerisme – yang kemudian sering disebut sebagai para nasionalis.


Namun peran Budi Utomo tidak dapat mulus begitu saja, organisasi yang cepat berkembang dalam beberapa tahun sudah beranggotakan lebih dari 10.000 anggota itu, mendapat tentangan dan dipapras oleh Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto, hingga perannya merosot.  Sekalipun demikian, semangat sekulernya masih terus menyala di kalangan para nasionalis.


Pertentangan kedua kelompok antara agama dan nasionalis ini kemudian yang mewarnai kesepakatan bahwa Indonesia adalah negara Pancasila , bukan negara sekuler dan bukan negara agama. Namun bagaimanapun kedua kelompok itu antara sekuler dan agama masih terus tarik menarik hingga saat ini, yang makin hari makin panas dengan munculnya pemikiran-pemikiran yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama serta menuding politik Barat (sekuler) sebagai penyesatan bahkan diharamkan.


Tetapi mengapa hingga kini kita tidak pernah menemukan pembelaan pihak Freemason akan dirinya yang selalu mendapatkan hujatan di Indonesia? Hal itu karena organisasi Freemason sudah ditutup tahun 1962 oleh Sukarno karena Freemason adalah organisasi anti tirani, anti dogma, rasional dan berkebabasan berpikir, jelas bisa mengoyahkan kediktatoran Sukarno itu sendiri. Hal lain adalah, Freemason adalah organisasi yang menjunjung status quo, yaitu bersikap tidak radikal terhadap berbagai masalah.


Namun yang menjadi masalah sekarang dengan tidak adanya pelurusan dari pihak Freemasonnya itu sendiri, menyebabkan masyarakat kita bisa menelan begitu saja teori konspirasi dari para anti masonik tanpa ada yang mengkoreksinya. Kecuali jika memang kita sadar, bahwa ada hal-hal yang tidak logis pada informasi itu, yang sebetulnya hanyalah perseteruan antara sekulerisme yang diusung Freemason VS agama.


http://nl.wikipedia.org/wiki/Vrijmetselarij_in_Nederlands-Indi%C3%AB

http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/2197/2958

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/83471/Budi-Utomo

Sunday, October 21, 2012

Proses Pembentukan Karakter Pada Anak

http://www.ciputraentrepreneurship.com/mobile-21006-proses-pembentukan-karakter-pada-anak.html

Suatu hari seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong, eh ternyata di dalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya begitu sulitnya, kemudian si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu itu dan berpikir cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting dan membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dr sana. Alangkah senang dan leganya si anak laki laki tersebut.Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana. Tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya?

Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yang mana pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan didalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang, tetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut maka sayapnya tidak dapat mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap.

Itulah potret singkat tentang pembentukan karakter, akan terasa jelas dengan memahami contoh kupu-kupu tersebut. Seringkali orangtua dan guru, lupa akan hal ini. Bisa saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Memandulkan kreativitasnya, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya justru menjadi kuat dan berkarakter.

Ada satu anekdot yang sering saya sampaikan pada rekan saya, ataupun peserta seminar. Enak mana makan mie instant dengan mie goreng seafood? Umumnya mereka yang suka mie pasti tahu jika mie goreng seafood jauh lebih enak dari mie goreng instant yang hanya bisa dimasak tidak kurang dari 3 menit. Apa yang membedakan enak atau tidaknya dari masakan mie tersebut? Prosesnya!

Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru (jika memprioritaskan hal ini) untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas (ucapan dan tindakan sama) terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter.

Pada awal pembentukan karakter banyak orangtua dan guru bertanya tentang bagaimana mendisiplinkan anak. Ada 6 proses disiplin yang kami bagikan melalui ebook gratis 6 Cara Mendisiplinkan Anak, bagi anda yang belum memiliki ebook ini silahkan di download gratis disini.

Nah, apakah disiplin saja cukup? Bagaimana dengan proses membentuk karakter yang lain? Pada 06 Agustus 2012, kami akan menerbitkan buku 7 Hari Membentuk Karakter Anak. Di buku ini akan diungkap hal-hal yang sangat jarang diketahui oleh para orangtua dan guru, tentang bagaimana mendidik anak agar tumbuh bahagia dan berkarakter. Disamping itu bukan hanya anak tetapi buku ini juga memberikan pengarahan bagi orangtua dan guru agar sadar membentuk karakter mereka secara mandiri.

Kembali ke pembentukan karakter, ingat segala sesuatu butuh proses. Mau jadi jelek pun butuh proses. Anak yang nakal itu juga anak yang disiplin lho. Tidak percaya? Dia disiplin untuk bersikap nakal. Dia tidak mau mandi tepat waktu, bangun pagi selalu telat, selalu konsisten untuk tidak mengerjakan tugas dan wajib tidak menggunakan seragam lengkap.

Ada satu kunci untuk menanamkan kebiasaan, ada hukumnya dan hukum itu bernama hukum 21 hari, dalam pembentukan karakter erat kaitannya dengan menciptakan kebiasaan yang baru yang positif. Dan kebiasaan akan tertanam kuat dalam pikiran manusia setelah diulang setiap hari selama 21 hari. Misalnya Anda biasakan anak sehabis bangun tidur untuk membersihkan tempat tidurnya, mungkin Anda akan selalu mengingatkan dan mengawasi dengan kasih sayang (wajib, dengan kasih sayang) selama 21 hari. Tetapi setelah lewat 21 hari maka kebiasaan itu akan terbentuk dengan otomatis. Nah, kini kebiasaan positif apa yang hendak anda tanamkan kepada anak, pasangan dan diri Anda? Anda sudah tahu caranya dan tinggal melakukan saja. Sukses dalam karakter yang terus diperbarui. (*pendidikankarakter.com)

Friday, October 19, 2012

KEPRIBADIAN MENURUT GAMBAR POHON

http://cy-m00tz.blogspot.com/2008/12/kepribadian-menurut-gambar-pohon.html

Anda mungkin pernah diminta gambar pohon saat ikut tes psikologi. Para ahli psikolog sejak lama menggunakan analisis gambar untuk mengetahui pemikiran, hasrat dan opini yang membuat seseorang berperilaku dengan cara tertentu. kini anda juga bisa menggunakanya untuk kepentingan yang sama. Menemukan sisi terpendam dari kepribadian anda bisa membuat lebih bahagia. Coba buat gambar pohon dan temukan penjelasannya tentang anda.

Bagian atas pohon membulat

Anda melihat situasi secara keseluruhan
Anda tertarik pada detail. Anda menghargai orang, tempat, dan hal-hal untuk kesan keseluruhan yang mereka ciptakan. Anda juga cenderung menyimpan penilaian anda sampai mendapatkan semua fakta.


Kiat lebih bahagia:
Orang-orang kemungkinan menyalahgunakan kedermawanan anda. Jadi, sebelum menyetujui sebuah permintaan, tanya pada diri sendiri apakah anda benar-benar bisa memberikan waktu atau mengerahkan upaya.

Gambar pohon berbentuk segitiga atau pohon cemara

Anda berorientasi pada detail
Anda gigih dan bekerja keras untuk meraih prestasi tinggi. Anda tahu, hal-hal kecil itu pentng, sama seperti gambar pohon anda yang berbentuk segitiga dan menyerupai tangga ke puncak, anda juga menapaki tangga sukses


Kiat lebih bahagia:
Karena anda selalu melihat ke massa depan, anda mungkin tidak melihat sudah berapa jauh anda melangkah. Ambil waktu 10 menit untuk mengucapkan selamat kepada diri sendiri untuk segala sesuatu yang sudah anda raih.

Gambar hewan di sekitar pohon

Anda pengasuh dan pemelihara
Gambar hewan di atau sekitar pohon mengungkapkan anda memikirkan orang lain disamping diri sendiri. Anda berhati dermawan yang selalu membuat orang lain merasa senang.


Kiat lebih bahagia:
Anda meningkatkan ego orang lain tapi menolak pujian yang diberikan kepada anda. Terima kata-kata baik dan simpan di dalam hati. Dan anda akan menemukan, anda bisa memberi lebih kepada orang lain.

Gambar pohon berbunga atau berbuah

Anda bekerja keras meraih prestasi tinggi
Buah atau bunga melambangkan buah dari hasil kerja anda. Gambar pohon seperti ini mengungkapkan, anda bangga dengan prestasi atau pencapaian anda. Gambar pohon ini juga mengatakan anda otimistik, bahwa peluang-peluang akan terus bermekaran untuk anda di masa depan.


Kiat lebih bahagia:
Segala sesuatu yang anda sentuh mendatangkan keuntungan. Tapi anda sering menunggu peluan-peluang untuk menemukan anda. untuk melipatgandakan sukses anda, coba cari prospek terpendam.

Pohon dengan banyak cabang

Anda ekstrovert
Cabang pohon melambangkan hubungan anda dengan dunia luar. Banyak cabang menandakan anda punya jaringan besar, teman dan sanak famili. Itu seba6bnya, anda senang jika orang tua dan sanak famili datang kerumah tanpa memberitahu terlebih dahulu.


Kiat ebih bahagia:
Anda cenderung meniadakan waktu untu sendiri, padahal meluangkan waktu beberapa jam seminggu bisa mengisi ulang energi dan membantu anda lebih bisa menemani teman atau keluarga.


Tak ada cabang atau sedikat cabang

Anda individualis
Anda mandiri dan bahagia dengan hanya sedikit teman. Anda hangat dan perhatian ketika bersama mereka, tapi anda juga senang jika sendiri.


Kiat lebih bahagia:
Anda tak suka meminta dan memaksa sehingga anda ragu menghubungi orang lain di saat perlu bantuan. Padahal dengan memberi mereka kesempatan untuk membantu anda disaat anda sulit bisa membuat anda jadi lebih dekat dengan mereka.

Gambar pohon dengan akar

Anda sangat bertanggung jawab
Anda orang yang realistis, menggunakan akal sehat dalam menjalani hidup yang punya hubungan kuat dengan keluarga, rumah dan bahkan dengan karier anda. Anda sangat puas dengan tempat anda bekerja saat ini. Anda senang dengan hidup anda dan tidak mengubah apa pun untuk anda.


Kiat lebih bahagia:
Anda sering anggap remeh perbaikan kecil yang dapat membuat lingkungan anda menjadi lebih menyenangkan. Misalnya bantal baru, atau bihlam yang lebih terang unuk lampu baca. Jadi, cobalah periksa sekali sebulan.

Gambar pohon tanpa akar

Anda mandiri dan beban
Anda melakukan apa yang anda inginkan ketimbang mengikuti apa yang dilakukan orang lain. Anda fleksibel dan spontan, tipe orang yang pandai bergaul dan mersa senang dimana pun anda berada. Anda menyukai perubahan dan tantangan dan selalu mencari hal-hal yang menggairahkan berikutnya.


Kiat lebih bahagia:
Anda lebih pandai dalam memulai ketimbang menyelasaikannya. Jadi, tetapkan tujuan yang mudah diraih dan wujudkan.

Gambar pohon berdaun rindang

Anda ahli mengerjakan berbagai tugas sekaligus
Dedaunan melambangkan ide-ide. banyak daun menandakan anda senangmenangani beberapa proyek secara sekaligus. Dedaunan juga menunjukkan estetikaitu penting untuk anda. Anda senang jika bisa menampilkan diri anda yang terbaik.


Kiat lebih bahagia:
Anda cenderung terlalumencemaskan apa yang dipikirkan orang lain. Saat berhadapan dengan keputusan, coba ikuti kata hati anda karena bisa memberikan arah yang tepat dan membuat anda merasa lebih senang.

Gambar pohon dengan sedikit atau tanpa daun

Anda antusias pada bidang atau aktivitas tertentu
Jika gambar pohon anda hanya punya sedikit daun, anda berkemungkinan lebih besar hanya punya sedikit minat atau kesukaan, tapi mengerjakannya secara antusias. Anda tahu keunggulan atau keistimewaan anda dan senang mengembangkan bakat ini sampai sebesar-besarnya.


Kiat lebih bahagia:
Anda sangat rendah hati sehingga menutupi bakat-bakat anda. coba tampilan dan anda akan mendapat tanggapan positif.

Monday, October 08, 2012

US Protestants lose majority status: Report

http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/09/us-protestants-lose-majority-status-report.html
Rachel Zoll, The Associated Press, New York | World | Tue, October 09 2012, 1:30 PM


For the first time in its history, the United States does not have a Protestant majority, according to a new study. One reason: The number of Americans with no religious affiliation is on the rise.
The percentage of Protestant adults in the U.S. has reached a low of 48 percent, the first time that Pew Forum on Religion & Public Life has reported with certainty that the number has fallen below 50 percent. The drop has long been anticipated and comes at a time when no Protestants are on the U.S. Supreme Court and the Republicans have their first presidential ticket with no Protestant nominees.
Among the reasons for the change are the growth in nondenominational Christians who can no longer be categorized as Protestant, and a spike in the number of American adults who say they have no religion. The Pew study, released Tuesday, found that about 20 percent of Americans say they have no religious affiliation, an increase from 15 percent in the last five years.
Scholars have long debated whether people who say they no longer belong to a religious group should be considered secular. While the category as defined by Pew researchers includes atheists, it also encompasses majorities of people who say they believe in God, and a notable minority who pray daily or consider themselves "spiritual" but not "religious." Still, Pew found overall that most of the unaffiliated aren't actively seeking another religious home, indicating that their ties with organized religion are permanently broken.
Growth among those with no religion has been a major preoccupation of American faith leaders who worry that the United States, a highly religious country, would go the way of Western Europe, where church attendance has plummeted. Pope Benedict XVI has partly dedicated his pontificate to combating secularism in the West. This week in Rome, he is convening a three-week synod, or assembly, of bishops from around the world aimed at bringing back Roman Catholics who have left the church.
The trend also has political implications. American voters who describe themselves as having no religion vote overwhelmingly for Democrats. Pew found Americans with no religion support abortion rights and gay marriage at a much higher-rate than the U.S. public at large. These "nones" are an increasing segment of voters who are registered as Democrats or lean toward the party, growing from 17 percent to 24 percent over the last five years. The religiously unaffiliated are becoming as important a constituency to Democrats as evangelicals are to Republicans, Pew said.
The Pew analysis, conducted with PBS' "Religion & Ethics Newsweekly," is based on several surveys, including a poll of nearly 3,000 adults conducted June 28-July 9, 2012. The finding on the Protestant majority is based on responses from a larger group of more than 17,000 people and has a margin of error of plus or minus 0.9 percentage points, Pew researchers said. Pew said it had also previously calculated a drop slightly below 50 percent among U.S. Protestants, but those findings had fallen within the margin of error; the General Social Survey, which is conducted by the University of Chicago's National Opinion Research Center, reported for 2010 that the percentage of U.S. Protestants was around 46.7 percent.
Researchers have been struggling for decades to find a definitive reason for the steady rise in those with no religion.' The spread of secularism in Western Europe was often viewed as a byproduct of growing wealth in the region. Yet among industrialized nations, the United States stood out for its deep religiosity in the face of increasing wealth.
Now, religion scholars say the decreased religiosity in the United States could reflect a change in how Americans describe their religious lives. In 2007, 60 percent of people who said they seldom or never attend religious services still identified themselves as part of a particular religious tradition. In 2012, that statistic fell to 50 percent, according to the Pew report.
"Part of what's going on here is that the stigma associated with not being part of any religious community has declined," said John Green, a specialist in religion and politics at the University of Akron, who advised Pew on the survey. "In some parts of the country, there is still a stigma. But overall, it's not the way it used to be."
The Pew study has found the growth in unaffiliated Americans spans a broad range of groups: men and women, college graduates and those without a college degree, people earning less than $30,000 annually and those earning $75,000 or more. However, along ethnic lines, the largest jump in "nones" has been among whites. One-fifth of whites describe themselves as having no religion.
More growth in "nones" is expected. One-third of adults under age 30 have no religious affiliation, compared to 9 percent of people 65 and older. Pew researchers wrote that "young adults today are much more likely to be unaffiliated than previous generations were at a similar stage in their lives," and aren't expected to become more religiously active as they age.