Saturday, May 29, 2010

Laporan “Perang Israel-Palestina” di Chicago

http://politik.kompasiana.com/2010/03/29/laporan-perang-israel-palestina-di-chicago/
Markus Budiraharjo

www.israel-stop.com

Bukan rahasia lagi, pertikaian Israel dan Palestina memang melebar sampai melewati batas-batas negara manapun. Pertikaian bersejarah antara dua “negara” ini memang sarat dengan isu politik, ekonomi dan kultural, serta keagamaan. Minggu, 27 Maret 2010 pertikaian Israel vs Palestina terjadi di satu titik historis di Chicago, bernama Water Tower. Orang-orang tidak menggunakan senjata berapi, atau batu, untuk bentuk benda-benda membahayakan lain. Mereka melakukannya dengan santun: para penggiat yang terdiri dari orang-orang tua tersebut berdiri di bawah hembusan angin dingin 4 derajat Celcius dari Danau Michigan, sambil memegang beragam poster dan membagi-bagikan leaflet.

Leaflet pertama yang aku baca merupakan satu potongan berita dari Israelnationalnews.com. Ditulis oleh Tzvi Ben Gedalyahu, tulisan pendek berjudul the Myth of the Gaza Blockade itu memberi informasi sekilas tentang informasi yang menyesatkan dari pihak Otoritas Palestina. Pada awal Desember tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Palestina mengklaim bahwa ada 3.000 orang Arab yang meninggalkan Gaza dengan tujuan untuk mendapatkan pengobatan, hanya dalam tiga bulan terakhir. Orang-orang Arab tersebut terpaksa harus pergi dari Gaza karena pihak Israel menutup kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan bantuan medis dari Israel. Penulis mengingatkan pembaca tentang kebohongan Otoritas Palestina tersebut: hanya 214 orang yang pergi ke Jordania, dan 563 ke Mesir. Orang-orang lain dirawat di beragam wilayah di Israel. Mereka masih mendapatkan bantuan dan pelayanan dari Israel. Lebih lanjut, tulisan itu juga menulis tentang ratusan ton bantuan kemanusiaan untuk masyarakat yang tinggal di Gaza dari Israel. Pada waktu tulisan tersebut ditulis, Israel pun mengirimkan 10.000 dosis vaksinasi flu babi. ISRAEL MERUPAKAN NEGARA YANG BAIK HATI. Itu kesimpulan sekilas dari tulisan pendek tersebut.
Setelah membaca sekilas, saya menyeberangi E. Pearson St., menuju ke Water Tower. Di sebelah sana, ada lebih banyak tulisan poster yang dipasang. Sekilas, belum sempat saya pahami pesan apa yang mereka usung. Namun, berbagai poster membawa nada yang sangat berbeda.
NO MORE US TAX $$$ TO ISRAELI OCCUPATION
tidak boleh lagi ada uang pajak untuk mendukung pendudukan Israel

END THE SIEGE OF GAZA

hentikan blokade Gaza

STEALING LAND IS NOT MY JUDAISM
hentikan blokade Gaza
STEALING LAND IS NOT MY JUDAISM
mencuri tanah tidak diajarkan dalam Yudaisme
CONDEM GAZA GENOCIDE
kutuk genosida Gaza
PALESTINE: PEACE NOT APARTHEID
Palestina: Kedamaian bukan apartheid

THE SHAMEFUL LEGACY OF APARTHEID WALL

keabsahan memalukan dari tembok apartheid
ISRAELI OCCUPATION OF PALESTINE: 60,000 MORE HOMELESS; 22,00 HOMES DEMOLISHED
pendudukan Israel atas Palestina: 60.000 orang kehilangan rumah; 22.000 rumah dihancurkan
SAY NO TO BARBARISM! STOP THE BRUTAL SIEGE OF GAZA
katakan tidak pada barbarisme! Hentikan blokade Gaza
ALL LAND IS HOLY. ALL PEOPLE ARE CHOSEN. HELP US END THE ISRAELI OCCUPATION.
semua tanah suci adanya. semua orang terpilih adanya. bantulah kami mengakhiri pendudukan Israel.
STARVING PALESTINIANS IS NOT MY JUDAISM
membuat orang-orang Palestina kelaparan tidak diajarkan oleh Yudaisme.
END ISTRAEL APARTHEID!
hentikan apartheid Israel!
****
Tiba-tiba saya merasa disadarkan! Saya berada di antara dua kubu yang saling berhadapan dan saling menyerang. Di sebelah kiri, berdiri orang-orang yang mendukung pendudukan Israel atas Palestina. Di sebelah kanan, orang-orang yang berjuang keras untuk mengatakan pada publik bahwa Israel salah. Tampaknya, keduanya pun dari kelompok Yahudi. Kelompok sebelah kanan jauh lebih terorganisir. Tulisan-tulisan mereka lebih banyak. Poster-poster yang mereka bawa lebih bervariasi. Mereka menghadirkan data-data. Mereka berasal dari kelompok Jewish Voice for Peace.

Bagaimana sikap pemerintah Obama sendiri menyikapi dua macam arus macam ini? Presiden Obama mendapat cercaan dari Kongres ketika dia bersikap keras terhadap PM Israel, Netanyahu. Tahun lalu, ketika Wapres Joe Biden berkunjung ke Israel, dia harus menanggung malu. Pesan yang dia bawa dari pemerintahan Obama jelas: misi perdamaian Palestina - Israel diutamakan. Ini berarti bahwa Israel sudah semestinya mengurangi nafsu untuk membangun lebih banyak rumah di tanah Palestina. Namun yang terjadi justru sebaliknya! Hegemoni Israel atas Palestina tidak pernah menyurut, sekalipun mendapat tekanan dari Amerika sekalipun. Kunjungan Netanyahu ke Washington pertengahan minggu lalu jauh dari kesan hangat. Tidak ada protokoler resmi, atau acara foto-foto dengan Presiden Obama - mengesankan betapa Obama tidak mau didikte oleh negara sahabat yang satu ini.

"Engineering" di Tengah Euforia Pilkada

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/26/16381634/Engineering.di.Tengah.Euforia.Pilkada.

Senin, 26 April 2010 | 16:38 WIB

Oleh Muhlisin

"Rekayasa" semula adalah sebuah istilah yang bersifat netral. Istilah ini diperkenalkan para ahli bahasa sebagai pengganti "engineering" yang semakin kerap dipakai dalam "era pembangunan". Mungkin disebabkan oleh berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi selama Orde Baru, istilah ini pun mengalami semacam transformasi nilai. "Rekayasa" tidak lagi memiliki nilai yang netral."

Berbagai penafsiran telah dikenakan kepada istilah yang semula "bermaksud baik" ini. Setiap kali kata rekayasa dipakai dalam peristiwa sosial politik, kesan yang selalu muncul adalah upaya manipulasi realitas demi kelangsungan kekuasaan.

Dalam konteks saat ini, kata "rekayasa" yang sudah tidak netral lagi dikenakan pada berbagai peristiwa politik terutama menjelang pilkada. Dengan berbagai wacana yang menggunakan kekuatan media baik cetak maupun elektronik untuk mewujudkan komunikasi politik parpol tidak lain adalah upaya "merekayasa" publik dengan berbagai jargon yang menjanjikan.

Sebagaimana fenomena yang berkembang dalam masyarakat saat ini. Mereka selalu dihadapkan pada gumpalan-gumpalan politik demagogis, bahkan politik penghasutan lewat kata-kata eufemisme yang membangkitkan emosi. Keadaan seperti ini tidak lain karena politik kita dipahami sebagai usaha mengendus dan mengintai kekuasaan semata-mata untuk diri dan kekuasaannya sendiri. Hal ini berimbas pada semakin memudarnya politik dari idealnya ilmu politik yang sesungguhnya. Politik hanya dikendalikan dengan sirkulasi uang dan materialisme semu.

Semestinya pemilu sebagai pesta demokrasi dijadikan sebagai ajang untuk memilih calon pemimpin terbaik dari yang terbaik. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa pemimpin yang ideal itu memiliki prinsip-prinsip: "the will of people is the only legitimate foundation of any government," demikian tulis Thomas Jafferson pada tahun 1801. Prinsip dan nilai utama demokrasi terletak pada kemampuan para pejabat yang terpilih untuk melaksanakan kehendak masyarakat. Pemimpin dengan demikian wajib mengetahui apa yang tengah dipikirkan orangorang yang mereka pimpin.

Jiwa politik seperti yang dikatakan oleh Thomas ini sebenarnya yang ingin dicapai oleh reformasi Indonesia di tahun 1998. Cita-cita yang ingin mengembalikan hakhak politik masyarakat yang selama 32 tahun pada masa Orba benarbenar dipangkas, kehadiran parpol sebagai salah satu instrumen penting bagi negara demokrasi dibuka selebar-lebarnya. Tidak lagi ada pembatas yang bersifat politis atas kehadiran sebuah parpol. Walhasil, parpol semakin membeludak hingga akhirnya rakyat kebingungan dalam menentukan pilihan.

Untuk itu, pilkada kali ini membutuhkan kecermatan dan adanya kewajiban bagi para pemilih untuk menggunakan akal sehat dalam memilih calon pemimpin daerah masing-masing karena ini adalah babak penentu untuk memilih kepala daerah yang idealnya setelah menjabat di pemerintahan mengerti dan mau memperjuangkan hak-hak rakyatnya.

Rekayasa politik

Dalam rangka membangun demokrasi, pilkada mempunyai kontribusi besar. Pilkada akan menumbuhkan political equality, local accountability, dan local response. Pilkada memperbesar kedaulatan rakyat yang bakal menentukan nasibnya sendiri. Namun, kenyataan di lapangan, pelaksanaan pilkada di berbagai daerah sering kali tidak selalu berjalan mulus juga tidak selalu mencapai hasil yang optimal bagi perkembangan demokrasi. Di dalamnya banyak terjadi "rekayasa politik" seperti money politic yang selalu merebak ke mana-mana, seolaholah memanfaatkan kondisi masyarakat yang sedang terpuruk dalam kemiskinan.

Selain itu, ada yang perlu digarisbawahi bahwa dalam pilkada ada hal-hal yang bernilai minus. Pertama, pilkada memungkinkan terjadinya penguatan posisi kepala daerah, yang bisa menumbuhkan otoritarianisme lokal. Kedua, hasil pilkada memperbesar konflik horizontal. Ketiga, memperbesar biaya politik. Keempat, memperbesar praktik kapitalisasi yang memancing tindak korupsi APBN. Kelima, memicu berkembangnya money politic. Keenam, kemampuan uang calon kepala daerah diutamakan dan kualitas calon kepala daerah dinomorduakan.

Hal ini tampak dengan tampilnya politik dinasti (rezim keluarga incumbent) juga beberapa artis yang masuk dalam bursa pilkada. Sebut saja di politik dinasti ada Haryati Sutrisno dan Nurlaila, keduanya istri Sutrisno, Bupati Kediri; Anna Sophana dan Daniel Mutaqien, keduanya adalah istri dan anak dari Irianto MS Syifudin, Bupati Indramayu. Di pihak artis yang mengandalkan pamornya ketimbang kepiawaian sebagai wakil rakyat ada Julia Perez, Vena Melinda, Ratih Sanggarwati, dan Maria Eva.

Tampilnya mereka dalam pilkada merupakan fenomena tersendiri dalam hiruk-pikuk demokrasi lokal. Masyarakat yang muak dengan para politisi busuk dan bosan dengan tampilnya muka-muka lama menjadi tertarik memilih calon dari kalangan selebriti. Tak heran jika kemudian para calon kepala daerah berlomba-lomba "merekayasa" publik dengan memanfaatkan media massa berkemasan populer untuk mendongkrak popularitas mereka. Inilah yang saya sebut sebagai "rekayasa politik" yang diimplementasi dalam permainan "politik panggung" atau sering kali disebut sebagai "politik dagang sapi".

MUH MUHLISIN Direktur pada Center for Religion and Culture Studies [CRCS]

Benarkah Yahudi Musuh Kita?

http://politik.kompasiana.com/2010/05/30/benarkah-yahudi-musuh-kita/


Negara ini terus menjadi negara yang kuat baik secara militer maupun pengaruhnya dalam percaturan politik dunia. Presiden Barrack Obama mungkin tidak pernah ada jika persamaan derajat manusia yang diinginkan oleh bangsa amerika itu terwujud walaupun harus mengorbankan nyawa Presiden Abraham Lincoln. Bangsa hitam amerika yang dianggap budak pada masa lalu kini banyak yang menjadi orang terpandang karena prestasi dan kesuksesannya, termasuk Barrack Obama yang keturunan kulit hitam. Perbedaan warna kulit itu sudah tidak ada, perbedaan ras juga demikian dan seorang wanita keturunan libanon dapat menjadi miss Amerika. Namun politik Amerika Serikat yang memihak israel itu menjadikan negara ini dianggap musuh besar oleh sebagian umat muslim, termasuk umat muslim Indonesia. Ada yang menyebut negeri ini negeri bedabah, antek yahudi zionist yang memberikan negara penuh keangkara murkaan. Tidak sedikit koment dan postingan kompasianer yang terlihat tidak menyukai negeri ini memberikan gambaran adanya rasa kebencian terhadap negara ini.

Dalam sebuah perjalanan tugas mendampingi seorang expatriat yang berkewarganegaraan Amerika serikat, sepanjang perjalanan yang menggunakan mobil kami isi dengan obrolan2 ringan terutama menyangkut apa yang kami saksikan sepanjang perjalanan. Saya melajukan kendaraan mengikuti kecepatan rata2 rata dalam kota yang tidak melebihi 60 km/jam. Didepan saya, dua anak kecil bergandengan tangan akan menyeberang jalan, mungkin karena ragu, mereka justru saling menarik satu sama lain. Saya hentikan mobil untuk memberikan kesempatan anak itu lewat, gubrak sepeda motor menabrak bagian belakang mobil saya, karena jalan searah, mobil sebelah saya mengerem mendadak ketika anak2 itu melewati mobil saya , gubrak lagi terdengar, mobil sebelah juga diseruduk dari belakang. Dua anak itu lolos dari maut dan sudah pergi entah kemana sementara kami terlibat cecok saling menyalahkan, tak mau ambil pusing, saya beri saja sejumlah uang untuk memperbaiki roda sepeda motornya yang bengkok. Teman saya orang Amerika itu bertanya, mengapa saya beri dia uang karena menurut dia pengendara sepeda motor itu tidak hati2. Jawab saya, mobil ini saya asuransikan, tapi saya tidak punya asuransi menghadapi orang bodoh. Bukan kami saja yang bertengkar, semua yang terlibat kecelakaan kecil itu saling bertengkar, segera kami tinggalkan keributan tersebut sambil tertawa terbahak2.

Melihat sepanjang jalan, terlihat kesenjangan sosial yang menyolok, dengan sendirinya terjadi strata sosial, yang dibawah akan melihat keatas tetapi yang atas belum tentu melihat kebawah. Ketika berada di jalan, strata itu seakan hilang, tidak ada garis yang dikuasai dan menguasai, semua berada pada posisi yang sama, anak itu belum tahu aturan menyeberang jalan, tidak ada yang membimbing, pengguna jalan merasa semua sama, akhirnya tidak ada yang mengalah, semua merasa benar. Tidak berbeda dengan negara amerika masa lalu, utara yang lebih makmur itu tidak menghendaki perubahan, selatan yang masih miskin setuju dengan perbudakan, akhirnya negara itu pecah. Yang makmur tidak mau pecah, kekuatan ekonomi akhirnya mengalahkan yang selatan. Bersatu dengan kekerasan senjata dan Abraham Lincoln yang pada waktu itu sebagai presiden amerika anti perbudakan berhasil mempersatukan negaranya dan menghapus perbudakan akhirnya terbunuh. Namun Presiden ini telah menorehkan sejarah kemanusiaan, menempatkan semua warganegaranya dalam posisi sederajat. Namun politik negeri ini membawa keperpihakan kepada negara yahudi dan amerika serikat dianggap pula sebagai musuh islam karena keberpihakannya itu.

Jika kita lihat latar belakang perseteruan bangsa palestina dan bangsa yahudi sudah ada sejak zaman islam belum lahir. Bangsa palestina yang akhirnya memeluk agama islam, sampai sebelum perang dunia kedua menjadi penguasa di wilayah yang sekarang menjadi negara israel. Sementara bangsa Yahudi menjadi bangsa yang teraniaya oleh politik Adolf Hitler membawa bangsa Yahudi kewilayah yang dikuasai Palestina yang diprotek oleh negara2 sekutu. Negara Protetorat Israel itu berdiri, sedikit demi sedikit mengusir bangsa pelestina kewilayah pengungsian. Pertempuran demi pertepuran dimenangkan oleh bangsa Yahudi yang didukung oleh Amerika Serikat sementara negara2 arab bersama bangsa Palestina yang didukung oleh Uni Soviet harus melepaskan wilayahnya untuk diduduki oleh Israel.

Perang tak mengenal belas kasihan, itu adalah sifat dasar manusia yang buas, membunuh adalah bagian dari cara mempertahankan diri. Politik itu membawa sentimen agama, sebuah keberhasilan lain dalam mencari dukungan yang akhirnya membawa bangsa kita kedalam suatu perasaan tidak suka dengan bangsa yahudi dan Amerika. Melihat sifat bangsa kita yang dapat dijumpai dijalanan seperti cerita peristiwa diatas, adalah sebagai gambaran dalam hubungan sosial sudah tercipta sikap individualistis yang mengental, anak kecil itu harus menghadapi maut karena belum mengerti aturan, yang mengerti aturan tidak mau mengalah karena aturan itu diartikan sesuai dengan versinya agar dirinya tidak bersalah. Satu bangsa berkelahi karena kepentingan diri sendiri, yang miskin tetap miskin yang kaya tidak tergerak hatinya menolong yang miskin. Dari politik negara yang bertikai, pencarian dukungan itu telah merubah pandangan bangsa kita, sangat perhatian dengan bangsa lain karena pandangan kesamaan agama. Pandangan itu telah mengarahkan pembelaan bangsa lain, melupakan bangsanya sendiri yang sesungguhnya membutuhkan perhatian. Memihak bangsa palestina, energi itu tersedot untuk membela bangsa lain yang pada akhirnya membawa dirinya bermasalah dilingkungan bangsanya sendiri. Konflik diantara bangsa ini karena keberhasilan menggugah perasaan bangsa ini telah menimbulkan banyak korban jiwa bangsanya sendiri.

Perasaan dan pendapat itu memang tidak dapat dibatasi, namun memaksakan kehendak adalah sebuah tindakan yang tidak kita harapkan. Norma yang dipegang teguh adalah sebagai bekal dan benteng moral agar kita dapat bersikap sebagaimana norma agama maupun universal. Ketika kita berubah menjadi manusia penilai, kita akan mendapat jawaban salah dan benar. Dorongan pandangan salah dan benar menjadikan orang yang sudah berubah menjadi penilai iti melakukan tindakan, membubarkan kongres waria, merazia miras, menganggap yang tidak sepaham adalah manusia sesat yang pada akhirnya hanya menimbulkan ketidak tenteraman. Penilaian itu selanjutnya diarahkan kepada pemerintah yang dinilai tidak tanggap, sebaliknya pemerintah menganggap bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama. Belajar dari perang saudara amerika, mungkin sudah saatnya kita membuka pikiran kita, musuh yang sesungguhnya bukanlah bangsa yahudi, bukan bangsa amerika tetapi musuh itu ada diri kita sendiri yaitu hawa nafsu, nafsu kemarahan yang tidak dapat dibendung.


Konsep Eco-Estate -proposal to Sumarecon

http://kolomlingkungan.blogspot.com/

Perencanaan Kawasan Yang Berwawasan Lingkungan: Eco-Estate

Pengertian

Eco-Estate adalah pembangunan kawasan permukiman, di mana telah dilakukan pengukuran yang terukur terhadap beberapa komponen pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, sehingga tercipta lingkungan yang sehat bagi masyarakat yang bermukim di kawasan permukiman tersebut.

Konsep eco-estate telah di implementasikan di negara-nagara maju di dunia , contoh paling dekat adalah negara Singapura yang mulai diikuti oleh negara jiran Malaysia dalam satu-dua dekade terakhir ini.

Negara Singapore telah membuktikan pembangunan kawasan permukiman yang ramah kepada lingkungan tanpa kehilangan julukan sebagai kota modern. Mereka telah mengubah kawasan yang dulunya merupakan kawasan rawa-rawa, pelabuhan niaga yang sesak, anak-anak sungai yang kotor, berubah menjadi kota yang saat ini telah tertata menjadi sebuah kawasan perkotaan dengan lingkungan yang asri, hijau dengan udara yang segar serta tersedianya hutan-hutan kota, sungai-sungai yang sehat, udara yang bersih dengan iklim mikro yang nyaman, serta lingkungan yang bersih dari sampah dan bebas banjir.

Intinya konsep pengembangan kota dan khususnya utilitas kota dengan menerapkan 3 R, reduce, reuse, recycle, yang berwawasan lingkungan. Ada delapan komponen eco-city (estate) yang harus diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan, yaitu komponen udara-iklim mikro, air minum, air limbah, sampah, banjir, energi dan lingkungan alami.

Beberapa contoh penerapan eco-estate (city) adalah daur ulang air limbah dan sampah menjadi sumber air baku/tanah dan energi. Sampah padat maupun air limbah domestik permukiman akan di recycle dengan menggunakan incinerator dan digunakan kembali untuk keperluan pengkayaan tanah (komposting) dan biodeversity tanaman.Untuk penanganan kelebihan energi air berupa banjir, dikelola sehingga menghindari terjadinya genangan air, bahkan dapat disimpan menjadi alternatif sumber air baku bagi air minum masyarakat.

Pengembangan hutan-hutan kota dengan menekankan kepada keaneka ragaman hayati (biodervisity), program kali bersih, penurunan tingkat polusi, kebersihan, keamanan, kenyamanan, sering dilakukan dengan semboyan "green city", "green and clean", " go green"," blue sky" yang kesemuanya berorientasi kepada pembangunan berwawasan lingkungan, dan ini semua menjadi tuntutan uptodate bagi masyarakat perkotaan yang sudah "sesak" dan jenuh hidup dengan kemacetan, banjir, pencemaran air dan udara.

Pengembangan kawasan hunian Eco-Kelapa Gading-Estate

Kondisi morfologi dan topografi, kawasan pengembangan baru di sebelah timur laut Kelapa Gading, sungguh tidak menguntungkan, merupakan dataran rendah rawa-rawa, tempat alamiah air menggenang untuk "menunggu"-retention area- mengalir ke arah hilir -laut-, dialiri anak sungai Cipinang yang menyempit di hulunya, air tanah yang tinggi dan sangat dipengaruhi pasang surut.

Namun bagi pengembang sekelas Sumarecon, bukanlah suatu hambatan, mengubah daerah morfolgi yang tidak menguntungkan tersebut menjadi hunian kelas satu di kota Jakarta. Sejarah pengembangan wilayah kota baru Kelapa Gading adalah bukti nyata ketangguhan pengembang dalam menjinakan alam yang sulit. Hampir semua orang terperangah melihat kemajuan dan pengembangan wilayah ini sekarang, yang tadinya dilirikpun tidak oleh masyarakat, apalagi oleh para pengembang. Bahkan dalam 2 (dua) dekade kebelakang, wilayah permukiman Kelapa Gading tidak tercantum sebagai wilayah pengembangan permukiman dan niaga di RUTRK -DKI Jaya.

Tantangan pengembangan kawasan dengan konsep pengembangan CBD sebagai jangkar (anker) pusat pertumbahan untuk menarik minat masyarakat pembeli rumah, sudah berlalu, hampir semua pengembang menerapkan pembangunan Mall dan pusat perbelanjaan sekelas Mega sebagai daya tarik dan alat marketing, rasanya tidak perlu para pengembang berlomba-lomba lagi membangun Mall sekelas Giga di Jakarta untuk menarik pembeli, selain wilayah Jabodetabek yang sudah penuh dengan CBD, bahkan pembangunan mall sudah melebar ke daerah pinggiran (frange area). Pertanyaannya apakah masih relefan menanamkan investasi yang besar di suatu wilayah untuk menaikkan harga lahan di wilayah tersebut? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Tentunya hal ini diperlukan study market terhadap selera para konsumen untuk mendapatkan kepastian jawabannya. Persoalannya saat ini tidak tersedia cukup data yang akurat/valid dan reliable untuk melakukan analisis kajian terhadap minat pembeli rumah di Jakarta.

Fenomena pengembangan kota-kota Metropolitan di dunia dengan konsep kembali ke alam, berwawasan lingkungan, mungkin bisa menjadi alternatif pilihan alat marketing baru untuk menarik minat pembeli potensial perumahan baru di Jakarta. Konsep pengamalan 3 R, pengelolaan utilitas kota yang baik serta efisien, keamanan, kenyamanan, akan menjadi ikon pilihan bagi konsep hunian terkini yang relatif murah dan menarik.

Peng-Itegrasi-an Utilitas

Pengelolaan banjir dengan pengaturan drainase lingkungan yang ter-integrasi dengan pengelolaan air limbah dan air minum, sangat mungkin dilakukan, bahkan sistem ini dapat dikembangkan dengan sistem pengelolaan sampah yang terpadu sebagai pengelolaan utilitas lingkungan yang terintegrasi. Manfaat dari pengembangan sistem utilitas secara terpadu akan menghasilkan energi yang berguna bagi kawasan tersebut, bahkan dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Bagan alir konsep ini adalah sbb:

1) Banjir; yang setiap tahun datang di wilayah dataran rendah (Kelapa Gading) dapat diterapkan system polder pada perencanaan drainasenya, sistim ini ialah dengan membuat tanggul, berupa "green belt" di seputar kawasan yang bila memungkinkan dikombinasikan dengan membangun "boundary drain" di bagian hulu kawasan yang fungsinya mengalirkan air yang datang dari luar kawasan (bagian Selatan) untuk dialirkan menuju hilir (utara kawasan). Sistem mikro darinase di bagian dalam kawasan (inner area), dialirkan ke kolam penampungan berupa danau/situ, yang kemudian dilakukan pemompaan dengan pengoperasian automatic level, bila mencapai ketinggian tertentu. Fungsi situ/danau di musim kemarau akan dapat berfungsi sebagai (a) impounding reservoar; penampungan sumber alternatif air baku bagi cadangan bagi supply air minum kawasan (b) sebagai cosmetic area-tempat rekreasi dan penghias lingkungan-estetika (c) sebagai media penurunan temperatur lingkungan- micro climate (d) kawasan paru2 kota, dengan menghijaukan seputar danau/situ tsb.

2) Air limbah domestik; besarnya debit air limbah domestik adalah 60% hingga 70% dari kebutuhan air yang digunakan oleh setiap rumah tangga, potensi ini relatif besar apabila kita menghitung rata-rata kebutuhan air per rumah tangga = 60 s/d 100 m3/bulan atau konsumsi per hari 3 m3/rumahtanga untuk kelas rumah tangga menengah. Artinya, bila dihitung jumlah hunian di kawasan ini akan terbangun (asumsi 60% terbagun x 50 ha x 0,7 (factor) dibagi 150 m2/rumah )= 1400 san rumah, maka akan terdapat 1.400 x 3 m3/hari = 5.200 m3/hari (~ 50 lt/detik) air yang dapat diolah dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal dengan sewerage system (pengaliran air limbah domestik dengan perpipaan), untuk dialirkan ke danau/situ drainase, sehingga menjamin kontinyuitas pengisian danau/situ di musim kemarau untuk tidak menjadi kering (menjadi sarang nyamuk, di kebanyakan danau buatan saat musim kemarau, karena kering -kurang supply air)

3) Air minum, biasanya supply air minum, didapatkan dari penyambungan perpipaan PDAM. Saat ini krisis kuantitas, kualitas, kontinuitas dan tekanan air PDAM, khususnya di wilayah Jakarta utara, menjadi persoalan bagi PAM Jaya dalam melayani kebutuhan air minum masyarakat. Kenyataan ini sudah menjadi problema masyarakat Jakarta, khususnya di musim kemarau. Mengandalkan PAM Jaya untuk mendapatkan sumber-sumber air baku baru,untuk pelayanan air minum kepada masyarakat, untuk saat ini, adalah sesuatu yang sulit diharapkan, oleh karena selain memerlukan investasi yang besar, juga karena kecenderungan krisis air baku yang meningkat setiap tahunnya, upaya penanggulangannya akan membutuhkan waktu cukup lama, apalagi saat ini PAM Jaya adalah debitur penunggak hutang terbesar dari PDAM2 di indonesia. Oleh karenanya, penyediaan air minum secara mandiri bagi suatu kawasan, merupakan hal yang diharapkan oleh Pemerintah, dalam hal ini pengembang bisa menjadikan potensi diatas (dengan dibangunnya waduk, sebagai impounding reservoar-) sebagai sumber air baku yang dapat di olah dengan IPA (Instalasi Pengolahan Air) dan dikelola secara mandiri. Peraturan serta perijinan dari Pemda DKI untuk pengelolaan air minum secara mandiri dalam hal ini, perlu dikaji terlebih dahulu.

4) Persampahan; Persoalan sampah di Jakarta saat ini terletak kepada masalah pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), problem yang mengemuka adalah tidak tersedianya lahan yang cukup untuk membuang dan mengolah sampah kota di TPA. Persoalan sampah bagi DKI Jakarta merupakan persoalan yang rumit dan akan semakin sulit pengelolaanya di era otonomi daerah saat ini. Pengelolaan sampah dengan program 3 R (reduce, reuse dan recycle) saat ini mulai dikampayekan dan digalakan oleh Pemerintah. Diyakini dengan sistem pengelolaan 3 R akan dapat dikurangi timbulan sampah hingga hampir 70% jumlah timbulan sampah rumah tangga. Konsep 3R ini secara terpadu dapat diterapkan kepada kawasan-kawasan baru yang akan dibangun oleh pengembang. Proses 3 R dimulai dari tingkat rumah tangga dengan proses pemilahan antara sampah organik dan non organik (dengan menyediakan bak sampah yang terpisah), proses pengumpulan dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk (dengan pemisah di baknya) pengangkut yang akan melayani secara "door" to door kesetiap rumah. Hasil pengumpulan sampah ini akan akan dikumpulkan di suatu tempat untuk dilakukan proses pemanfaatan kembali=reuse, untuk sampah organik akan diolah menjadi kompos, sedangkan sampah non organik dapat dijual, sisa sampah yang tidak termanfaatkan, dapat dikumpulkan untuk diangkut oleh truk Dinas Kebersihan ke TPA.

Manfaat

Konsep di atas, jelas dapat menjadi slah satu faktor "selling point" bagi pengembang, yang dapat 'menjual sebagai konsep kawasan eco-estate. Dalam hal ini akan terdapat 2 (dua) buyer; (1) adalah masyarakat yang ingin memiliki rumah, dengan keuntungan lingkungan yang ramah, bersih dan sehat (2) adalah Pemerintah daerah; konsep ini sangat mungkin dikerjasamakan dengan Pemda, melalui Dinas Tatakota, BPLHD dan PU DKI; dengan ikut berpartisipasi dalam program pelestarian lingkungan, dalam mengelola utilitas kota (air minum, air limbah, sampah, darinase dan program peresapan air tanah) yang pro lingkungan---perlu sosialisasi dan pendekatan intensip dengan pihak Pemda, melalui Kepala daerah ataupun dewan)

Selain hal diatas, tentu saja dengan pembangunan kawasan yang berwawasan lingkungan tsb. selain ikut mengurangi beban pemerintah daerah terhadap problem pelayanan umum, juga secara otomatis akan meningkatkan "citra" perusahaan dalam hal ini Sumarecon, sebagai salah satu pengembang yang pro-lingkungan, bahkan secara lebih luas konsep ini dapat diupayakan dukungan international melalui program-program negara donor, sebagai salah satu upaya pihak suasta berpartisipasi dalam program dunia - Global warming" dan "climate change"------perlu upaya sosialisasi politis ditingkat Nasional.