Sunday, October 30, 2011

Ways to save energy that you don’t already know

http://uk.finance.yahoo.com/news/Ways-save-energy-know-yahoofinanceuk-707945769.html

Another cold winter could spell problems for UK homes, with energy prices rising by more than 18%. Here are some lesser-known ways to save…

15:41, Friday 28 October 2011
The cost of gas, electricity and other fuels rose 18.3% on the year in September, according to Office for National Statistic figures. With another unusually cold winter predicted by some, that's sending a chill down my back.
You've probably already read many well-documented ways to cut down on the amount of energy you use, such as only boiling the water you need and avoiding the tumble dryer. I've even looked at whether you can save cash by not washing your bed sheets.
But there are other ways to save energy in the home, even if they only make a small difference. It all adds up after all. So I've been looking for more unusual ways to cut back — I hope some of these are new for you too.
Use the microwave
There's evidence to suggest that using a microwave to heat small amounts of food uses less energy than the oven.
Go offline
Consider switching your broadband modem router off at night and when you're out of the house. Admittedly, leaving it on constantly for an entire year costs just £7 — but then, this is a list of small ways to save!
Dust your fridge
Bizarre but true. According to British Gas, if you let dust gather on the condenser coils at the back of your bridge it can raise its energy consumption.
Free your radiators
Leaving clothes on radiators to dry might help you avoid the tumble dryer, but it also puts your boiler under extra strain. Hang your laundry on a clothes horse in a warm room instead or outside when the weather's good.
Go vertical with your veg
You can cook several different foods on the same ring if you use a steamer and stack them up.
Shift your sofa
Is your furniture absorbing the heat from your radiator? Move your sofa so that it's not blocking your radiators, if you can, so the heat can spread throughout the room. Similarly, a shelf just above the radiator can deflect heat into the room instead of towards the ceiling.
Cover your keyholes
If you have an old-fashioned large keyhole then the draft can be bad. A cheap keyhole cover from a DIY shop will make a huge difference.
Power off at the plug
Since 2010, electronic products sold in the EU are not allowed to have a standby power greater than 1W, so they aren't as much of an issue as they have been. But the Energy Saving Trust claims the average UK home still wastes £35 a year powering gadgets left on in standby mode, so it's still worth turning your appliances off at the wall.
Deal with draughts
If you have rattling window or door frames then cheap draught-excluder strips can save you as much as £25 a year, according to the consumer association Which?
Don't leave chargers plugged in
This is true for everything with a power cable and a battery. Chargers frequently have lights on them or feel warm — that means they're using power — so as soon as you've finished charging your phone, toothbrush or laptop, unplug the charger - rather than simply leaving the item charging overnight or taking the lead from it when the battery says it's full.
Buy the best gadgets
Choosing the most energy efficiency appliances can save you real money, even if they cost a little more to start with. For example, according to Which?, the most efficient fridge freezer can result in annual savings of £75.
Leave home
It's a bit tongue-in-cheek but getting out of the house can really cut your heating costs, according to the comparison website uSwitch. It ran a survey that showed 13% of respondents visit family, friends and even the library to avoid heating their own home. With heating accounting for 42% of the average energy bill, it's certainly worth turning the heating down or off when you do go out.
Prune your preheating
Don't leave the oven preheating for longer than necessary. It might be convenient, but it's a complete waste of energy.
Pocket money for going greener
Some of these tips won't save you that much cash and it's tempting to decide they're not worth it. But they all help change your mindset, so you're much more aware of the energy you use. They will cut down on our combined environmental impact and that has to be worth a small amount of inconvenience.

Friday, October 14, 2011

Barter Gereja dengan Kolam

http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/10/13/42262/Barter-Gereja-dengan-Kolam-
Oleh: M. Aji Surya


DEMI sebuah kepercayaan, sebuah katedral berganti rupa menjadi kolam renang. Inilah bagian dari sejarah Rusia. Pelajaran bagi umat Manusia.

Menyusuri sungai Moskow dengan boat atau mengendarai mobil, gereja berwarna putih itu kelihatan sangatlah megahnya. Nangkring di salah satu bukit dan berlokasi di tepian sungai, sejajar dengan pusat budaya Kremlin. Kubah bawang bombai di tengah-tengahnya yang berwarna keemasan tampak akrab dikelilingi oleh kubah-kubah menengah dengan warna yang sama. Sekilas tampak seperti masjid atau malah Taj Mahal. Dari beberapa kilometer, mata pelancong tetap masih bisa mengaguminya. Maklumlah, gedung itu adalah gereja ortodoks terbaik dan terbesar di dunia.

Begitu mendekat, kekaguman pelancong sontak akan bertambah. Gereja kaum Kristen Ortodoks ini luasnya sekitar empat kali lapangan bola. Bangunannya masih kelihatan relatif baru meski nuansa lamanya masih tetap kental. Bahan bangunan yang terdiri dari batu, marmer, keramik, perunggu serta baja pilihan masih kelihatan mengkilap. Bahkan, persis di depan gereja terdapat sebuah jembatan pejalan kaki yang membelah sungai dengan arsitektur yang sangat modern. Perpaduan antara arsitek abad 19 dan 21.

Dari jembatan ini, bisa menikmati katedral tanpa penghalang sedikitpun. Kemegahan gereja langsung menyusup ke dua bola mata. Kalau mata kita digeser ke kanan sedikit, maka tampaklah keagungan Kremlin yang elok. Kita tarik sedikit mata kita ke bawah, aliran sungai Moskwa akan menghadirkan sensasi tersendiri dengan kapal-kapal pesiarnya yang penuh dengan penumpang. Sementara dari kejauhan, aneka bangunan menjulang kota Moskwa menghiasi pemandangan.

Memasuki Katedral, mata langsung melihat sebuah kemewahan. Nyaris semua ornamen dan lukisan dalam warna keemasan. Dinding-dindingnya dilukisi simbol-simbol Kristen Ortodoks dan para tokohnya. Mulai almarhum pimpinan gereja yang dianggap suci hingga Bunda Maria dan Yesus. Di hampir semua sisi terpampang lukisan orang-orang suci yang sangat hidup dan selalu menjadi perhatian para pengunjung. Mereka tidak segan menciumi dan memberikan penghormatan tertinggi.

Di langit-langit kubah bagian dalam, tampak lukisan seorang bapak dengan anak kecil yang dikelilingi para bidadari dan malaikat yang bersayap. Meskipun lukisan menghadap ke bawah, namun terasa bisa akrab berkomunikasi dengan pengunjung yang berada di bawahnya. Hanya seorang master yang bisa menorehkan gambar-gambar yang demikian hidup.

Meskipun bagunan ini bongsor, namun secara umum hanya terdiri dari dua lantai saja. Lantai pertama dipakai untuk acara yang bersifat umum, seperti pemberkatan pengantin dan aneka pertemuan, sedangkan lantai kedua khusus peribadatan. Semua peralatan yang terpampang disini masih kelihatan mengkilat dan eksklusif. Kebersihan selalu terjaga dan suasana sejuk terus bisa dirasakan.

Selain kubahnya yang sama dengan masjid di tempat kita, pengunjung wanitanya rata-rata berkerudung. Rupanya tradisi lama ortodoks masih sangat kuat di Rusia. Semua wanita yang memasuki gereja setengah diwajibkan untuk menggunakan kerudung putih dengan motif bordiran ataupun bernuansa bunga berwarna kalem. Mereka berdoa saat masuk gereja, di depan gambar orang suci, dan ketika meninggalkan gereja.

Itulah sekelumit gambaran gereja yang bernama Khram Khrista Spasitelya, Cathedral of Christ the Saviour atau Katedral Kristus Sang Penyelamat yang baru selesai pembagunannya pada tahun 2000 yang lalu. Karena pengucapannya memang agak sulit, orang Indonesia lebih suka menyebutnya Gereja Putih!

Meskipun saat ini tergolong megah, berwibawa dan terawat, namun katedral ini sempat berlinang air mata, dihancurkan seiring dengan perkembangan doktrin pemerintah Uni Soviet yang anti agama. Masa kelam tanpa agama lebih dari 70 tahun telah membawa Rusia tanpa kepercayaan terhadap Tuhan. Gereja dan masjid dimalfungsikan, buku agama dihabisi dan penyebaran agama sama sekali dilarang. Semua ternyata berakhir sia-sia.

Kepercayaan vs Ambisi

Ide pembangunan Khram Khrista Spasitelya bermula di awal abad 19. Ketika akhirnya Nopoleon dengan 600.000 tentaranya angkat kaki dari tanah Rusia, Tsar Alexander I menandatangani sebuah manifesto (25 Desember 1812) yang isinya tekad membangun katedral sebagai rasa syukur atas nikmat Tuhan. Selain itu, gereja ini dimaksudkan juga sebagai monumen penghormatan atas jasa-jasa dan pengorbanan rakyat Rusia yang selalu gagah gempita mengusir penjajah. Meski rancangan bangunan telah dibuat, namun ajal lebih dahulu menjemput sang Tsar.

Oleh penggantinya, Nicholas I, rancangan Alexander I yang bernuansa neoklasik dibatalkan. Ia kemudian memilih kreasi seorang arsitek dari St. Petersburg, Konstantin Thon, yang mengambil model Haga Sophia di Konstantinopel, Turki. Design bercorak neo-bizantium ini disetujui pada tahun 1832 dan lokasi pembangunan ditetapkan di sebuah bukit dekat Kremlin (1837). Baru dua tahun kemudian peletakan batu pertama dilakukan.

Beberapa pelukis terkemuka seperti Ivan Kramskoi, Vasily Surikov dan Vasily Vereshchagin dikerahkan. Bagian dalam katedral terdiri dari dua lantai yang diisi dengan berbagai benda yang terbuat dari batu granit, marmer pilihan dan batu mulia lainnya. Lantai pertama, didedikasikan sebagai tempat mengenang enyahnya Napoleon. Dindingnya yang terbuat dari lebih 1000 meter marmer carra bianca berisi nama-nama komandan, resimen dan tentara yang gugur dalam Perang Heroik tahun 1812. Sedangkan lantai kedua berisi altar yang hanya dipakai untuk peribadatan. 

Pembangunan katedral ini sangat rumit sehingga memakan waktu sangat lama, 41 tahun. Dinding dan bangunan bagian bawah perlu waktu penyelesaian 2 tahun tanpa henti. Pemasangan kubah yang unik itu selesai 8 tahun kemudian (1849). Semua atap baru beres tahun 1862, sedangkan bagian eksteriornya baru terlihat nyata keindahannya menjelang tahun 1880. Akhirnya, katedral diresmikan pada saat Alexander III naik tahta, 26 Mei 1883.

Setelah revolusi Bolshevic berlangsung, atau lebih tepatnya pasca kematian Lenin, tempat katedral berdiri telah dipilih oleh Pemerintahan Soviet sebagai lokasi monumen peringatan ajaran sosialis yang diberi nama Palace of the Soviets. Gedung ini rencananya akan menjadi salah satu pencakar langit paling modern di dunia dengan patung Lenin yang mengangkat tangan di puncaknya.

Pada 5 Desember 1931, atas perintah seorang menteri masa Pemerintahan Stalin, katedral agung itu mulai dihancurkan. Kubahnya mulai dicopot dan ditarik ramai-ramai secara paksa. Lalu semua dindingnya dipasangi dinamit untuk diledakkan. Saat itu, para penduduk menonton dari balik jendela sambil komat kamit melantunkan doa agar terjadi kegagalan dalam upaya penghancuran gedung. Blaaar blaaar! Bangunan tetap utuh. Tegak dan gagah. Menurut penuturan saksi mata, dinamit pertama yang dipasang tersebut tidak mampu menggoyahkan bangunan katedral. Hanya debu saja yang berhamburan.

Setelah dilakukan peledakan beberapa kali, gedung katedral itu akhirnya tersungkur menyerah. Namun, lagi-lagi keperkasaannya masih tampak. Saking banyak material kelas wahid di dalamnya, maka pembersihan reruntuhan gedung memerlukan waktu satu tahun. Banyak marmernya yang kemudian dipakai untuk pembangunan metro bawah tanah. Sedangkan marmer dalam diameter yang besar sampai saat ini masih disimpan di Donskoy Monastery sebagai kenang-kenangan.

Apesnya, pembangunan pencakar langit dengan puncak patung Lenin yang sudah digadang-gadang itu terkendala oleh dana yang terbatas, meluapnya sungai Moskwa yang berada di sampingnya serta meletusnya peperangan. Bahkan, karena kebutuhan perang maka besi baja yang telah disiapkan kemudian dialihka untuk membuat tank dan alat perang lainnya. Akhirul kalam, presiden Nikita Khrushchev membatalkan rencana pembangunan Palace of the Soviets dan menjadikan lokasi emas itu sebuah kolam renang terbuka terbesar di dunia dengan nama Moskva Pool.

Menjelang ambruknya rejim Soviet dan mulai munculnya tanda-tanda kemenangan perestroika dan glasnost, pimpinan gereja ortodoks Rusia mendapatkan izin untuk kembali membangun Cathedral of Christ the Saviour. Pada tahun 1992, pengumpulan dana pembangunan dimulai dengan melibatkan masyarakat umum. Lebih dari sejuta rakyat Moskwa merogoh koceknya demi terbangunnya kembali katedral agung. Pada tahun 1994 pembangunan dimulai dan kolam renang resmi dihancurkan.

Menurut rencana, pembangunan kembali Cathedral of Christ the Saviour ini meniru 100 persen keaslian bangunan sebelumnya. Namun dalam perkembangannya, sang arsitek Zurab Tsereteli melakukan beberapa inovasi, antara lain dengan mengganti beberapa ornamen marmer dengan perunggu. Setelah enam tahun, bangunan baru Cathedral of Christ the Saviour bisa diresmikan pada 19 Agustus 2000. Untuk melengkapi katedral, dibagunlah jembatan diatas sungai Moskwa yang modern nan unik yang berakhir di depan katedral.

Kini, semua orang Rusia mengenang kejadian metamorposa gereja putih tersebut dengan  perasaan campur aduk. Pada saat berkunjung ke gedung megah itu, bukan hanya rasa syukur yang dirasakan, melainkan juga ingatan tentang adanya suatu masa dimana terdapat monopoli kebenaran oleh pemerintah yang berakhir dengan sebuah kebangkrutan. 


(Penulis adalah diplomat Indonesia di Rusia, ajimoscovic@gmail.com)