by Rovicky
Gunung yang satu ini sering juga disebut dengan Gunung Kelud ataupun Gunung Kelut. Gunung ini secara administratif terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Puncaknya berada pada ketinggian 1717 (meter dpal) . Puncak kawah gunung ini, terletak di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
“Wah betul Pakdhe, jelasin yang rinci ya. Kalau kita ngga kenal kita ngga bisa tahu perilakunya sehingga kita akan mampu menghindari “keinjek kaki waktu dia menjoget”, ya ?” .
“Ngga usah rinci Thole, mengko malah lupa”.
Mengenali perilaku gunung api mirip mengenali binatang peliharaan kita (pet). Oleh sebab itu jaman dahulu ada penunggu atau pawang. Seperti adanya mBah Maridjan di Gunung Merapi itu. Tapi aku tidak tahu siapa penunggu Gunung Kelud ini. Wah ternyata kata Si Ambu namanya mBah Ronggo.
Letusan Gunung Kelud
Gunung ini tercatat sebagai gunung yang sangat aktif. Menurut penelitianSmithsonianselama seratus tahun terakhir ini sudah tercatat letusan hampir 40 kali.
Letusan terbesar dalam catatan sejarah sejak seribu tahun lalu terjadi pada tahun 1586 dimana waktu itu terjadi hampir semua karakter erupsi [ Central vent eruption, Crater lake eruption, Explosive eruption, Fatalities, Damage (land, property, etc.) dan Mudflow(s) (lahars)]. Menurut buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia jumlah korban diperkirakan mencapai 10 000 orang. Bayangkan saja pada tahun itu tentunya jumlahpenduduk masih sangat sedikit, tapi mampu menelan jumlah korban sangat banyak. Letusan tahun 1856 itu diperkirakan memiliki kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Kira-kira setara letusan Pinnatubo tahun 1991.
Sebagai bayangan kekuatan letusan :
- Tambora, Indonesia 1815: VEI=7, 92,000 meninggal
- Santorini, Greece 1628 B.C.: VEI=6, unknown meninggal
- Krakatau, Indonesia 1883: VEI=6, 36,400 meninggal
- Santa Maria, Guatemala 1902: VEI=6, 6,000 meninggal
- Mount St. Helens, USA 1980: VEI=5, 57 meninggal
- Vesuvius, Italy 79: VEI=5, 3,360 meninggal
- Pinatubo, Philippines 1991: VEI=5, 932 meninggal (lihat gambar)
Letusan krakatau yang VEI=6 itu setara dengan 150-175 megatons of TNT, atau ekivalen dengan 7,500-8,750 bom atom Hiroshima (satu bom Hiroshima kira-kira termal energinya 20 kilotons).
“Pakdhe jadi sakjane kalau semua bom atom di dunia ini meletus bareng-bareng dunia tetep aman ya dhe ?”
“Hush, kalau bom atom ada radiasinya yang mematikan. Bukan hanya getaran dan panasnya saja.”
“Hush, kalau bom atom ada radiasinya yang mematikan. Bukan hanya getaran dan panasnya saja.”
Kalau melihat trend letusan Gunung Kelud dalam grafik diatas, sepertinya rata-rata hanya 3 untuk 500 tahun terakhir ini (lihat gambar). Namun karena keunikannya, maka ahli-ahli Volkanologi tidak mampu menebak letusan ini seperti menebak letusan Gunung Merapi tahun lalu.
Keunikan Gunung Kelud.
Salah satu keunikan gunung api ini adalah adanya danau kawah. Konon dalamnya lebih dari 600 meteran dan mampu menyimpan air sampai 40 juta m3. Bayangkan kalau air sebanyak ini dipakai untuk menggelontor pasir-pasir lepas disekitarnya. Mempertimbangkan bahayanya kalau sampai 40 juta m3 air tersebut terbawa oleh letusan dahsyat, maka pada tahun 1907 pemerintah Belanda membuat sistem trowongan dan berhasil mengurangi air danau kawah sebanyak 4,3 juta m3. Pada tahun 1923, menyusul runtuhnya dinding trowongan , maka dibuatkan lagi 7 trowongan yang berhasil mengurangi jumlah air sampai menjadi 1,8 juta m3. Klicksaja gambar profil gunung diatas
“Keunikan gunung ini seperti melihat keunikan individu. Manusia memiliki kesamaan karakter untuk setiap bangsa. Misal orang Jawa itu kalem, Orang Batak itu keras. Namun selalu saja masing-masing ada yang tidak memiliki sifat general ini”
“Lah hiya Pakdhe aja criwis ngga anteng kayak wong Jowo”
“Lah hiya Pakdhe aja criwis ngga anteng kayak wong Jowo”
“Gunung-gunung api di Jawa mirip jenisnya strato-volkano, atau gunung yang berlapis-lapis dan berbentuk kerucut. Tetapi akan sangat berbeda dengan gunung api di Hawai yang magmanya sangat encer, dan relatif mendatar. Dapat dilihat juga antara Gunung Merapi dengan Gunung Kelud berbeda, kan ?. Seperti orang Jawa ada yang mancung dan ada yang pesek kayak kamu, Thole” .
“Halllah Pakdhe. Oooh, makanya masing-masing gunung biasanya punya pawang ya Pakdhe?”
Pawang Gunung Kelud bernama Mbah Ronggo
Kediri (ANTARA News)- Juru kunci Gunung Kelud, Mbah Ronggo, tampaknya ingin mengikuti jejak Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Mbah Ronggo yang aslinya bernama Parjito hingga kini masih enggan mengungsi dari rumahnya di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Kab Kadiri, Jatim, sekalipun sudah “dirayu” oleh Kapolres Kediri, AKBP Eky Hari Festianto. “Kami sudah meminta Mbah Ronggo untuk segera mengungsi ke tempat yang sudah disediakan,” kata Kapolres Kediri usai menemui Mbah Ronggo di rumahnya, Kamis (18/10).
Karena adanya danau air ini, maka pengamatan pada kedalaman magma sangat sulit. Salah dua gejala yang diamati adalah kenaikan suhu kawah, dan mnunculnya gelembung. Yang kedua dapat juga menggunakan alat perekam getaran gempa volkanik, untuk menuntun dimana kira-kira puncak aliran lava saat ini. Karena kesulitan inilah, maka Pak Surono kepala PVMBG (pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi) yang bertanggung jawab soal kegunung apian ini tidak mudah untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk menghindarkan diri.
Peta Daerah Rawan Bencana.
Dari websitenya PVMBG (pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi) dapat diketahui daerah bahaya yang sudah pernah dipetakan sebelumnya. Dengan menggunakan Google Earth maka peta rawan ini dapat di-tampal (overlay), sehingga dapat dilihat bagaimana kira-kira dampak terhadap penduduk sekitarnya.
Menurut peta rawan bencana ini, arah pergerakan lahar dari Gunung Kelud ini diperkirakan ke arah barat. Yang agak menghawatirkan adalah daerah sepanjang warna biru (rawan aliran lahar) ini merupakan daerah yang padat penduduknya. Dengan Google earth akan mudah diketahui bahwa hampir sepanjang warna biru ini merupakan pemukiman penduduk.
Menurut, Pak Miko, seorang kawan di IAGI menuliskan bahwa Wilayah G. Kelud dibagi atas beberapa daerah yaitu Daerah Terlarang ( radius 5 km dari kawah dengan luas 91 km2 ) dengan ancaman hujan bom dan rempah-rempah batuan, awan panas, lahar letusan dan lahar hujan. Data tahun 1972 menunjukkan hunian 50 orang. Kemudian Daerah Bahaya I ( radius 10 km dari kawah dengan luas 223 km2 ) dengan ancaman hujan bom dan rempah-rempah batuan. Daerah ini dihuni oleh 136.500 orang ( data tahun 1972 ). Selanjutnya Daerah Bahaya II yang ancamannya lahar sekunder. Daerah ini meliputi bantaran sungai-sungai lahar yang luasnya 56 km2 dan dihuni oleh 178.000 orang.
Mempertimbangkan besarnya jumlah penduduk yang menempati Daerah Bahaya I (136.500 orang , data tahun 1972 !!! ), maka bisa dibayangkan betapa sulitnya PVMBG dalam mengambil keputusan tentang status G. Kelud. Taruhannya sungguh berat , di satu sisi menyangkut begitu banyaknya keselamatan jiwa manusia dan di sisi lain menyangkut juga biaya evakuasi yang miliaran rupiah ( kalau 100.000 orang saja yang diungsikan dan perlu biaya Rp 10.000 / hari maka diperlukan dana minimal Rp 1 milyar/ hari !!! ) . Kita tentunya yakin bahwa apa yang telah diputuskan oleh para pakar di PVMBG pastilah merupakan keputusan terbaik karena didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah yang cukup akurat . Walaupun demikian, sebagai umat beragama, kita tentunya percaya bahwa apapun keputusan kita, Tuhan jualah yang akhirnya menentukan.
Perhatikan bulan purnama nanti.
Kalau melihat adanya hubungan antara bulan dengan aktifitas volkanisme seperti yang pernah ditulis sebelumny a tentang Efek bulan terhadap pasang-surut, gempa dan gunung api, maka perlu diperhatikan pada waktu bulan purnama (yang paling dekat tanggal 27-28 Oktober) dan pada waktu bulan mati setelahnya. Tentunya ini bukan sebuah ramalan looh ya. Hanya untuk berjaga-jaga saja. Karena mengingat biaya mengungsi juga tidak sedikit. Jadi yang paling tepat seperti yang dilakukan PVMBG yaitu pengamatan dimana (kedalaman) magma itu berada, serta teramati dari suhu kawah yang meningkat tajam yang menunjukkan bawah magma sudah mendekati danau kawah.
Salam WASPADA !
No comments:
Post a Comment