Thursday, March 06, 2014

Beras Cerdas

Mau tahu 'beras cerdas' dari Jember?

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/04/095344668/Mau-tahu-beras-cerdas-dari-Jember

TEMPO.COJember - Seorang dosen dan peneliti Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (Unej), Ir. Achmad Subagio, MAgr. Ph.D, berhasil menciptakan beras tiruan dari ubi kayu atau ketela. Dalam waktu dekat, beras tiruan itu akan diujicobakan kepada masyarakat di sejumlah kabupaten di Jawa Timur. "Kami bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jawa Timur," kata Subagio, Senin, 04 Juli 2011.

Beras tiruan pengganti beras asli itu, kata dia, secara resmi akan diluncurkan kepada publik pada saat peringatan Hari Pangan Sedunia bulan Oktober mendatang. Beras analog (analogue rice/mimetic rice) buatan Bagio itu, diberi nama 'Beras Cerdas'.

Doktor lulusan Osaka Prefecture University-Jepang itu mengungkapkan beras tiruan buatannya itu memiliki 'lima kecerdasan'. Pertama, cerdas dalam bahan baku, beras tiruan itu dibikin dari tepung lokal, berbahan lokal yakni Mocaf dan bahan alami lain yang bisa diperoleh atau ada di daerah di Indonesia, seperti sayuran. Kedua, cerdas dalam proses pembuatan. "Saya jamin, seperti halnya Mocaf, teknologi pembuatannya, simpel, bisa diproduksi massal oleh industri besar dan kecil seperti usaha kecil dan menengah (UKM)," katanya.

Ketiga, cerdas dalam cara memasaknya dan mempersiapkan, artinya produk itu bisa dimasak secara sederhana seperti memasak beras atau mie instan yang cukup menggunakan dengan 'rice cooker' atau panci masak. Keempat, beras itu juga cerdas dalam pemanfaatan kesehatan, dan kelima, cerdas untuk tujuan pembangunan nutrisi, eknomi dan kesejahteraan rakyat.

Untuk dua 'kecerdasan' yang terakhir itu, kata Subagio, terbukti dari hasil penelitian dan percobaannya yang saat ini sudah mencapai 95 persen. "Kita melihat peluang lain, bahwa mocaf jadi beras cerdas, itu ternyata bisa 'dimainkan',"katanya.

Artinya, beras bikinannya itu bisa dikombinasikan dengan bahan lain agar bisa sesuai atau disesuaikan dengan selera, juga kebutuhan konsumsi karbohidrat secara umum dan kebutuhan khusus. Misalnya untuk kebutuhan khusus masayarakat yang rawan gizi atau mengalami gizi buruk, beras tiruan itu ditambah dengan sumber protein, yodium dan zat besi. "Begitu juga untuk penderita kolesterol atau diabetes, autis serta ibu hamil dan menyusui, dengan mudah ditambahkan unsur yang dibutuhkan, dan diambilkan dari bahan lokal juga. "Untuk ibu hamil dan menyusui, misalnya kita tambahkan sayur katu, dan sayuran lain yang banyak mengandung asam folat," katanya memberi contoh.

Soal kandungan dan prosesnya, Subagio kembali meyakinkan bahwa semuanya terjamin higienis, organik alias alami. Karenanya, dia berani menyatakan bahwa beras cerdas itu memiliki kandungan gizi lebih daripada beras. Selain kandungan karbohidrat dari tepung mocaf, juga beras, ditambah bahan-bahan alami lain, yang mengandung protein, antioksidan, vitamin dan mineral. "Jelas begitu (lebih). Apalagi, 25 sampai 30 persen beras cerdas ini bahannya juga dari beras padi,"katanya.

Sejauh ini uji coba secara laborat, mahasiswa dan dosen menyatakan tidak ada masalah dengan cita rasa beras tiruan itu. Cita rasanya khas, tidak ada aroma dan rasa ubi kayu atau ketela. Dan yang penting, mampu mengenyangkan seperti habis mengkonsumsi nasi dari beras.

Saat Tempo mencicipi beras cerdas yang sudah matang, rasanya mirip seperti mengkonsumsi nasi ketan. Terasa sedikit 'lengket' di gigi saat mengunyah. Namun tetap gurih dan terasa hambar seperti makan nasi putih atau nasi jagung tanpa lauk. Ketika uap makanan itu diendus, sama sekali tak tercium aroma ketela atau singkong.

Bentuk 'beras cerdas' itu, sejauh ini diakui memang belum 100 persen sama persis dengan beras dari gabah yang telah digiling atau dikelupas kulitnya. Secara fisik, beras timan itu mirip pelet yang biasa dijadikan pakan ternak atau ikan."Kami sedang menunggu penyelesaian alat yang dibuat rekan dari Universitas Brawijaya, agar bentuknya nanti mirip atau menyamai beras asli,"kata Subagio.

Setelah nanti diproduksi secara massal, berapa harga beras tiruan itu? Dosen dan peneliti senior Fakultas Pertanian Unej itu, menjamin setara dengan harga beras. Setelah menghitung komponen mocaf, beras, dan ongkos produksi, beras cerdas untuk konsumsi umum, katanya, bisa dilepas dengan harga sekitar Rp 6 ribu per kilogram, atau setara dengan beras jenis medium. Namun untuk kebutuhan khusus, bisa lebih dari itu, misalnya untuk penderita autis, dan diabetes," katanya.

Subagio optimistis, gagasan yang akan diwujudkan bersama DKP Jawa Timur itu, akan bisa diproduksi dan diterima masyarakat luas.

Mahbub Djunaidy


Beras Cerdas dari Singkong

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/02/02350796/Beras.Cerdas.dari.Singkong

Walau di sekitar rumahnya banyak tertanam singkong, Jatima (46) alias B Saiful, warga Dusun Sembilangan, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengaku belum pernah merasakan nikmatnya makan nasi dari beras cerdas. Padahal, bahan baku beras cerdas berasal dari singkong, tetapi rasanya menyerupai nasi dari olahan padi.
Jatima dan 50 orang lebih warga Desa Panduman, pekan lalu, bersama Kepala Desa Panduman Hj Murtini, Rektor Universitas Jember Moh Hasan, dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Ahmad Subagio, serta Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jawa Timur Apriyanto mengakui rasa nasi dari beras cerdas sangat enak. Warga yang merasakan nasi itu pun tak mengira, bahan baku beras tersebut dari singkong.
Sebagian besar warga beranggapan beras cerdas seperti nasi tiwul atau rasa gaplek. Namun, ternyata rasanya lebih enak daripada nasi dari padi beras untuk keluarga miskin (raskin). ”Jauh bedanya jika dibandingkan dengan beras pembagian. Rasa nasi dari beras cerdas ini tak kalah dari rasa nasi beras pulen,” kata Jatima.
Saat itu, mereka merasakan menu nasi cerdas dengan berbagai lauk yang disediakan di Balai Desa Panduman, seperti ikan asin goreng, orem-orem, sambal terasi, kerupuk, rempeyek, dan pepes tongkol. ”Lebih enak lagi kalau nasi cerdas dibuat nasi goreng dan diberi sosis. Lebih nikmat daripada nasi goreng dengan bahan baku beras,” kata Murtini. Kepala Desa Panduman itu pun tidak segan-segan mengundang warganya belajar memasak beras cerdas dengan aneka resep.
Teknologi cerdas
Beras cerdas adalah beras restrukturisasi dari beragam bahan baku, alami, dan asli Indonesia. Beras ini diproses dengan teknologi yang cerdas sehingga lebih bergizi dan lezat. Ahmad Subagio mengatakan, beras cerdas memiliki beberapa konsep. Pertama, cerdas dalam bahan baku karena beras itu dikonstruksikan dari tepung lokal modified cassava flour (mocaf) atau tepung singkong. Bahan baku juga bisa disesuaikan dengan kekayaan pangan daerah.
Kedua, cerdas dalam proses karena beras itu diproses dengan teknologi yang bertingkat dari rendah hingga tinggi. Jadi, bisa diproduksi dengan peralatan yang bisa dibuat sendiri oleh warga. Ketiga, cerdas dalam cara masak karena dapat dimasak dengan cara sederhana, seperti kebiasaan orang Indonesia dalam mengolah beras. Keempat, cerdas dalam pemanfaatan bagi kesehatan. Bahan baku yang cerdas itu bisa disesuaikan untuk target spesifik kesehatan tertentu, seperti mengatasi malanutrisi.
”Beras cerdas yang dimasak secara tradisional menghasilkan nasi dengan rasa, aroma, warna, dan ketampakan yang lebih disukai daripada yang dimasak dengan rice cooker,” kata Ahmad Subagio.
Beras cerdas ditemukan tim peneliti di Universitas Jember saat mengolah mocaf tahun 2004. Penelitian lanjutan membuktikanmocaf bisa digunakan sebagai bahan sumber pangan pokok, yaitu beras cerdas. Caranya dengan mencampurkan mocaf, jagung, protein susu, dan bahan tambahan untuk meningkatkan kandungan protein dan sifat fungsionalnya. Saat ini, bekerja sama dengan BKP pusat, Kementerian Pertanian dan BKP Jawa Timur mendirikan empat pabrik model, masing-masing berkapasitas dua ton per hari di Kabupaten Jember, Ponorogo, dan Blitar, Jawa Timur.
Beras cerdas diperkenalkan kepada warga di Jawa Timur melalui program peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan sasaran keluarga miskin. Di Kecamatan Jelbuk dan Sumber Baru, Jember, setiap keluarga sasaran menerima bantuan BKP sebanyak 10 kilogram beras cerdas. Ini bukan pengganti raskin.
Mewakili warganya, Murtini mengaku keberatan jika harga beras cerdas Rp 7.000 per kilogram (kg). ”Apabila harga beras cerdas Rp 5.000/kg, mungkin rakyat kami banyak yang membeli,” kata dia lagi.
Ahmad Subagio mengakui, harga beras cerdas bagi warga pedesaan memang masih berat. Masalahnya pada bahan baku. Tepung singkong sekarang mencapai Rp 4.000/kg. Setelah diproses, harga pokok beras cerdas menjadi Rp 6.500/kg. ”Harga singkong sudah tinggi karena pemerintah tak mendorong masyarakat menanam singkong. Apalagi kini Indonesia mengimpor singkong pula,” keluhnya. (syamsul hadi)

Beras Cerdas

http://ariewidayanti.blogspot.com/2013/04/beras-cerdas.html

Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan Sosialisasi Beras Cerdas dari Managemen sebuah perusahaan BUMN, yang bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Jawa Timur. Langsung saja muncul tanya di benak saya. Beras Cerdas ? apa pula ini. Apakah beras varian baru, yang kalau dikonsumsi bisa meningkatkan kecerdasan? Atau apa? Penasaran mode on..

Berbekal rasa itu, saya pun menghadiri  acara tersebut keesokan harinya. Dan...setelah penjabaran  oleh Bapak Achmad Subagio, PhD - penemu komposisi beras cerdas- saya pun jadi ngeh. O....gitu toh maksudnya...
Begini sodara-sodara.. Sebenarnya acara ini adalah follow up dari Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan -topik ini sudah saya publish dengan judul Jangan Makan Nasi! - . 
Nah, sebagai salah satu upaya untuk menyediakan bahan alternatif pengganti beras, maka pemerintah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Melalui serangkaian penelitian dan eksperimen, akhirnya ditemukan sebuah komposisi yang dinamakan BERAS CERDAS.
Beras cerdas ternyata bukanlah sebuah varian baru dari padi. Ini adalah beras analog alias beras "jadi-jadian". What?.. Ya, bukan beras betulan. Makin penasaran kan?

Jadi..sebenarnya "beras" ini dibuat dari perpaduan beberapa komponen  yang mampu memenuhi kebutuhan gizi kita. Seperti tepung cassava , tepung beras modifikasi, sayuran, minyak sawit, dan beberapa bahan lain. Bahan-bahan tersebut di mix dan dicetak hingga berbentuk mirip butiran beras. 
Lantas mengapa diberi embel-embel nama "cerdas"?
Jawabannya, karena : 
cerdas bahan baku 
Komposisi utamanya adalah tepung cassava yang berasal dari singkong. Singkong merupakan tumbuhan asli Indonesia yang mudah ditanam, di hampir semua daerah di Indonesia. Minim biaya perawatan pula..

cerdas proses
Diproses dengan teknologi yang mudah dan murah, sehingga dapat diproduksi dengan peralatan yang sederhana.

cerdas cara memasak
Cara memasaknya praktis. Cukup disiram air panas, tunggu sampai air terserap. Kemudian kukus selama 10 menit. Mateng deh..

ini nih penampakan si beras cerdas

Selain cerdas-cerdas di atas, masih ada beberapa kelebihan beras ini :
  • Kandungan protein, serat, vitamin dan mineralnya lebih tinggi
  • Bebas gluten
  • Kadar gula lebih rendah
  • Terdiri dari 5 varian. Yaitu : reguler, Fortifikasi (bisa ditambahkan zat-zat tertentu yang dibutuhkan), untuk anak masa pertumbuhan, penderita kolesterol dan diabet.
  • Bisa diolah menjadi aneka makanan seperti beras biasa. Misalnya, nasi uduk, nasi goreng, dsb.
Menarik  kan?... Trus gimana dengan rasanya? 
Dengan semangat empat lima, sayapun mencicipi nasi cerdas yang disajikan bersama sayur lodeh rebung, oseng jambal pedas, tahu tempe bacem, plus otak-otak bandeng. Hhmmm..nyam nyam...
Teksturnya pulen seperti nasi biasa. Rasanya ... ada sedikit aroma dan rasa khas olahan singkong. Agak-agak apek gitu. But..so far masih ok kok. Cuma, mungkin kalo untuk lidah anak-anak, kayaknya butuh pembiasaan yang lebih lama.

Anyway..salut deh sama tim yang membidani lahirnya beras cerdas ini. Semoga bisa menjadi sumber pangan alternatif. 
Ayo!!! siapa mau coba?

No comments: