(kali ini disajikan dalam judul berbeda oleh seorang pencinta kopi ; bang Denny Siregar yang tulisannya selalu inspiratif)
REVOLUSI MENTAL
"A thousand friends and zero enemy"
Ungkapan ini dulu sering diulang2 SBY saat menjabat Presiden.
SBY ingin menjadi sahabat yang baik bagi semua negara dan tidak ingin bermusuhan dengan mereka semua. Tapi apa lacur, negara2 yang dianggap sahabat oleh SBY itu mencuri ikan di perairan kita yang kaya, pesawat mereka memasuki udara kita seenaknya dan menyadap semua pembicaraan.
Indonesia menjadi seorang sahabat yang lemah. Meskipun kepala diinjak, kita harus terus tersenyum karena kita butuh sahabat, bukan sahabat yang butuh kita.
Jokowi membalikkan semua prinsip itu kala ia menjadi Presiden. Baginya, sahabat adalah yang menghargai kita dan menghormati hak-hak kita, bukan seenaknya saja.
Maka digempurlah kapal2 asing pencuri ikan, ditutuplah ruang udara dari pesawat asing dan - tanpa mengenal negara mana - para bandar narkoba di sikat di depan regu tembak. Jokowi tidak mencari musuh, ia ingin mengembalikan konsep persahabatan ke arah yang benar, persahabatan tanpa dilandasi keinginan memanipulasi.
Para sahabat yang terbiasa dengan gaya SBY, sontak kaget. Mereka tidak siap dengan gaya baru ini. Maka kita lihat, Brazil menarik dubesnya, Perancis mengancam2 bahkan Australia terus menteror dengan apa yang mereka punya bahkan disaat terakhir. Tapi ada juga yang sadar seperti Taiwan dan Filipiina, yang sowan ke Indonesia untuk meminta izin memancing karena negara mereka kekurangan stok ikan.
Kita memasuki fase baru dalam kehormatan. Kita memaksakan prinsip "duduk sama rendah, berdiri sama tinggi" kepada negara2 yang mengaku2 sahabat.
Inilah salah satu perwujudan dari revolusi mental. Revolusi mental bukan hanya mengatur kembali perilaku yang rusak menjadi lebih baik, tetapi juga menaikkan kebanggaan diri yang sekian lama lemah karena tidak berdaya dan tidak punya harapan.
Nasionalisme kebangsaan dibangkitkan tidak dengan menaikkan bendera setiap tanggal 17 Agustus, tapi mengajak bangsa ini untuk menyadari bahwa negara kita ini besar, tidak seharusnya takut dan sungkan menghadapi intervensi apapun dari luar.
Itulah kenapa disamping keberanian bersuara di dunia internasional, pemerintahan sekarang gencar membangun infrastruktur dimana2.
Jokowi mengajak kita membangun kapal besar yang sudah lama runtuh dan lapuk. Tidak seharusnya kita mendatangi negara-negara itu dengan sampan kecil dan memelas persahabatan.
Jika kapal kita besar, kapal mereka yang besar pun akan datang dan menawarkan persahabatan dengan sendirinya. Dan sesama kapal besar akan saling menghormati dan tidak mendahului.
Perhatikan langkah pemerintahan ini bagian per bagian dan satukan, maka akan terlihat bahwa kita sedang menyusun sebuah gambar besar. Jangan terjebak di isu2 remeh yang membuat kita seperti sekelompok ayam yang berisik menunggu makanan basi yang dibuang.
Secangkir kopi berkualitas tidak bisa langsung terhidang. Kita harus memulai prosesnya dari memetik, menumbuk sampai memanaskan airnya pada titik yang diinginkan.
Ada saatnya nanti kita duduk di pinggir taman dan menikmati rasanya menghampiri lidah sesudah bekerja berat mencuci piring kotor yang berserakan.
✺ all are good friends with mutual respect ,
but not necessarily mutually threaten.
we respect your rules ,
✺ you also have to respect our rules
but not necessarily mutually threaten.
we respect your rules ,
✺ you also have to respect our rules
No comments:
Post a Comment