Saturday, May 29, 2010

Benarkah Yahudi Musuh Kita?

http://politik.kompasiana.com/2010/05/30/benarkah-yahudi-musuh-kita/


Negara ini terus menjadi negara yang kuat baik secara militer maupun pengaruhnya dalam percaturan politik dunia. Presiden Barrack Obama mungkin tidak pernah ada jika persamaan derajat manusia yang diinginkan oleh bangsa amerika itu terwujud walaupun harus mengorbankan nyawa Presiden Abraham Lincoln. Bangsa hitam amerika yang dianggap budak pada masa lalu kini banyak yang menjadi orang terpandang karena prestasi dan kesuksesannya, termasuk Barrack Obama yang keturunan kulit hitam. Perbedaan warna kulit itu sudah tidak ada, perbedaan ras juga demikian dan seorang wanita keturunan libanon dapat menjadi miss Amerika. Namun politik Amerika Serikat yang memihak israel itu menjadikan negara ini dianggap musuh besar oleh sebagian umat muslim, termasuk umat muslim Indonesia. Ada yang menyebut negeri ini negeri bedabah, antek yahudi zionist yang memberikan negara penuh keangkara murkaan. Tidak sedikit koment dan postingan kompasianer yang terlihat tidak menyukai negeri ini memberikan gambaran adanya rasa kebencian terhadap negara ini.

Dalam sebuah perjalanan tugas mendampingi seorang expatriat yang berkewarganegaraan Amerika serikat, sepanjang perjalanan yang menggunakan mobil kami isi dengan obrolan2 ringan terutama menyangkut apa yang kami saksikan sepanjang perjalanan. Saya melajukan kendaraan mengikuti kecepatan rata2 rata dalam kota yang tidak melebihi 60 km/jam. Didepan saya, dua anak kecil bergandengan tangan akan menyeberang jalan, mungkin karena ragu, mereka justru saling menarik satu sama lain. Saya hentikan mobil untuk memberikan kesempatan anak itu lewat, gubrak sepeda motor menabrak bagian belakang mobil saya, karena jalan searah, mobil sebelah saya mengerem mendadak ketika anak2 itu melewati mobil saya , gubrak lagi terdengar, mobil sebelah juga diseruduk dari belakang. Dua anak itu lolos dari maut dan sudah pergi entah kemana sementara kami terlibat cecok saling menyalahkan, tak mau ambil pusing, saya beri saja sejumlah uang untuk memperbaiki roda sepeda motornya yang bengkok. Teman saya orang Amerika itu bertanya, mengapa saya beri dia uang karena menurut dia pengendara sepeda motor itu tidak hati2. Jawab saya, mobil ini saya asuransikan, tapi saya tidak punya asuransi menghadapi orang bodoh. Bukan kami saja yang bertengkar, semua yang terlibat kecelakaan kecil itu saling bertengkar, segera kami tinggalkan keributan tersebut sambil tertawa terbahak2.

Melihat sepanjang jalan, terlihat kesenjangan sosial yang menyolok, dengan sendirinya terjadi strata sosial, yang dibawah akan melihat keatas tetapi yang atas belum tentu melihat kebawah. Ketika berada di jalan, strata itu seakan hilang, tidak ada garis yang dikuasai dan menguasai, semua berada pada posisi yang sama, anak itu belum tahu aturan menyeberang jalan, tidak ada yang membimbing, pengguna jalan merasa semua sama, akhirnya tidak ada yang mengalah, semua merasa benar. Tidak berbeda dengan negara amerika masa lalu, utara yang lebih makmur itu tidak menghendaki perubahan, selatan yang masih miskin setuju dengan perbudakan, akhirnya negara itu pecah. Yang makmur tidak mau pecah, kekuatan ekonomi akhirnya mengalahkan yang selatan. Bersatu dengan kekerasan senjata dan Abraham Lincoln yang pada waktu itu sebagai presiden amerika anti perbudakan berhasil mempersatukan negaranya dan menghapus perbudakan akhirnya terbunuh. Namun Presiden ini telah menorehkan sejarah kemanusiaan, menempatkan semua warganegaranya dalam posisi sederajat. Namun politik negeri ini membawa keperpihakan kepada negara yahudi dan amerika serikat dianggap pula sebagai musuh islam karena keberpihakannya itu.

Jika kita lihat latar belakang perseteruan bangsa palestina dan bangsa yahudi sudah ada sejak zaman islam belum lahir. Bangsa palestina yang akhirnya memeluk agama islam, sampai sebelum perang dunia kedua menjadi penguasa di wilayah yang sekarang menjadi negara israel. Sementara bangsa Yahudi menjadi bangsa yang teraniaya oleh politik Adolf Hitler membawa bangsa Yahudi kewilayah yang dikuasai Palestina yang diprotek oleh negara2 sekutu. Negara Protetorat Israel itu berdiri, sedikit demi sedikit mengusir bangsa pelestina kewilayah pengungsian. Pertempuran demi pertepuran dimenangkan oleh bangsa Yahudi yang didukung oleh Amerika Serikat sementara negara2 arab bersama bangsa Palestina yang didukung oleh Uni Soviet harus melepaskan wilayahnya untuk diduduki oleh Israel.

Perang tak mengenal belas kasihan, itu adalah sifat dasar manusia yang buas, membunuh adalah bagian dari cara mempertahankan diri. Politik itu membawa sentimen agama, sebuah keberhasilan lain dalam mencari dukungan yang akhirnya membawa bangsa kita kedalam suatu perasaan tidak suka dengan bangsa yahudi dan Amerika. Melihat sifat bangsa kita yang dapat dijumpai dijalanan seperti cerita peristiwa diatas, adalah sebagai gambaran dalam hubungan sosial sudah tercipta sikap individualistis yang mengental, anak kecil itu harus menghadapi maut karena belum mengerti aturan, yang mengerti aturan tidak mau mengalah karena aturan itu diartikan sesuai dengan versinya agar dirinya tidak bersalah. Satu bangsa berkelahi karena kepentingan diri sendiri, yang miskin tetap miskin yang kaya tidak tergerak hatinya menolong yang miskin. Dari politik negara yang bertikai, pencarian dukungan itu telah merubah pandangan bangsa kita, sangat perhatian dengan bangsa lain karena pandangan kesamaan agama. Pandangan itu telah mengarahkan pembelaan bangsa lain, melupakan bangsanya sendiri yang sesungguhnya membutuhkan perhatian. Memihak bangsa palestina, energi itu tersedot untuk membela bangsa lain yang pada akhirnya membawa dirinya bermasalah dilingkungan bangsanya sendiri. Konflik diantara bangsa ini karena keberhasilan menggugah perasaan bangsa ini telah menimbulkan banyak korban jiwa bangsanya sendiri.

Perasaan dan pendapat itu memang tidak dapat dibatasi, namun memaksakan kehendak adalah sebuah tindakan yang tidak kita harapkan. Norma yang dipegang teguh adalah sebagai bekal dan benteng moral agar kita dapat bersikap sebagaimana norma agama maupun universal. Ketika kita berubah menjadi manusia penilai, kita akan mendapat jawaban salah dan benar. Dorongan pandangan salah dan benar menjadikan orang yang sudah berubah menjadi penilai iti melakukan tindakan, membubarkan kongres waria, merazia miras, menganggap yang tidak sepaham adalah manusia sesat yang pada akhirnya hanya menimbulkan ketidak tenteraman. Penilaian itu selanjutnya diarahkan kepada pemerintah yang dinilai tidak tanggap, sebaliknya pemerintah menganggap bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama. Belajar dari perang saudara amerika, mungkin sudah saatnya kita membuka pikiran kita, musuh yang sesungguhnya bukanlah bangsa yahudi, bukan bangsa amerika tetapi musuh itu ada diri kita sendiri yaitu hawa nafsu, nafsu kemarahan yang tidak dapat dibendung.


No comments: