Thursday, February 09, 2012

STOP Minum Air Mineral Dalam Kemasan!

http://partogi.blogdetik.com/2012/02/07/stop-minum-air-mineral-dalam-kemasan/



Jika kita berjalan-jalan ke luar negeri, seringkali kita ditanya, “Where do you come from?” Ironisnya banyak sekali orang asing yang tidak tahu di mana letak negara kita tercinta, Indonesia. Namun ketika kita sebutkan salah satu pulau kecil di Indonesia, Bali, mereka pasti akan langsung tahu di mana letaknya. Selama puluhan tahun memang Pulau Bali sudah terkenal ke seluruh dunia akan keindahan alam dan pantainya bahkan dijuluki oleh wisatawan mancanegara sebagai Pulau Dewata. Begitu pula pengalaman yang saya dapatkan ketika saya bertemu rekan-rekan ASEAN Blogger dari 8 negara ASEAN yang lain. Mereka jauh lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia maupun kota Jakarta. Bali memang indah komentar mereka. Namun apakah benar sekarang Bali masih indah seperti dulu?
Bersama Blogger Filipina, Thailand, Kamboja, Malaysia, Singapura, Myanmar, Brunei Darussalam dan Indonesia
Berfoto bersama rekan-rekan ASEAN Blogger (ki-ka) dari Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Filipina dan Laos
Bali yang Sudah Tidak Terawat Lagi
Beberapa hari yang lalu saya terkejut melihat foto Pantai Kuta di salah satu koran nasional terbesar di Indonesia, Harian Kompas. Di foto tersebut terlihat jelas Pantai Kuta penuh sesak dengan berbagai macam sampah dan kotoran, jorok sekali. Terlihat jelas memang sampah yang mendominasi adalah sampah plastik dan botol terutama kemasan air mineral. Alangkah sedihnya saya melihat pantai yang dulu terkenal indah itu kini menjadi berantakan dan sangat tidak layak lagi sebagai tempat tujuan wisata kelas dunia. Luar biasa, sampah mulai dari botol minum air mineral hingga bungkus plastik deterjen bisa kita jumpai di sana. Anehnya, intansi terkait maupun warga Bali sekali pun tidak tanggap bergerak. Mau di bawa kemana Wisata Bali kita? Apakah akan kita biarkan ikon pariwisata Indonesia ini hancur lebur hanya karena ketidaktanggapan instansi pemerintah? Mengapa para turis lokal maupun asing membuang sampah seenaknya di Pantai Kuta? Apakah memang tidak ada larangan serta hukuman yang tegas bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab tersebut? Bahkan kondisi yang terus memburuk ini terus dibiarkan bertahun-tahun oleh pemerintah pusat serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kita. Mau dibawa ke mana Pulau Bali?
Mari Hentikan Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan!
Smapah Botol Plastik
Setelah membaca artikel VOA Indonesia pada tanggal 2 Februari 2012 kemarin, tentunya kita bisa mendapatkan beberapa “pencerahan”. Berikut artikel yang saya kutip dari website VOA:
Direktur Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ecoton, Prigi Arisandi mengutarakan, pemerintah harus berani melarang penggunaan botol plastik untuk air minum kemasan, karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Selain itu pemerintah harus menyediakan air bersih yang berkualitas bagi warga negaranya, sebagai wujud perlindungan negara terhadap rakyatnya.
“Di hampir semua negara bagian Amerika, di Kanada, di Uni Eropa, di sebagian Australia itu melarang memang, melarang pemakaian air minum dalam kemasan plastik, bahkan pemerintah kota mereka melarang pejabat-pejabat mereka menggunakan air minum dalam kemasan, karena melihat suatu bahaya tadi, bahaya bagi kesehatan manusia. Ada cartinogen dalam plastik itu yang kalau kita konsumsi itu mengancam kita. Kemudian yang kedua kita melihat dari kelalaian pemerintah gitu ya, ini kan sebenarnya air itu kan dikuasai oleh negara dan sebanyak-banyaknya digunakan untuk kemakmuran rakyat, nah ini kan tidak ada gitu, malah pihak ketiga, perusahaan-perusahaan multinasional yang menyediakan air bersih,” kata Prigi Arisandi.
Tampaknya Indonesia perlu belajar lebih banyak dari negara-negara di atas yang sudah terbukti berhasil mengurangi limbah botol plastik yang jumlahnya sudah mencapai angka yang sangat mengkhawtirkan, 500.000 ton per tahun! Tentunya dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, 240 juta jiwa, bisnis Air Minum Dalam Kemasan merupakan salah satu bisnis yang menguntungkan. Bayangkan saja, kini harga air mineral botol ukuran 1 liter harganya sudah mencapai Rp. 6.000! Harga ini tentu jauh lebih mahal dari bensin Premium yang masih Rp. 4.500. Fantastis! Namun sayangnya, kemasan botol plastik hanyalah botol sekali pakai! Berikut saya cantumkan detail konsumsi air mineral nasional kita dari artikel VOA yang tentunya akan sangat membelalakkan mata kita semua:
Nah salah satu yang berbahaya justru air kemasan, produksi air kemasan, konsumsi air kemasan dari tahun lalu terus meningkat. tahun 2011 itu produk konsumsi air kemasan bisa mencapai 17 milyar liter. Itu akan membutuhkan botol plastik sampai 500.000 ton per tahun. Nah tahun 2012 ini asosiasi produsen air kemasan itu produksinya mereka akan mencapai 19 milyar liter, padahal kita tahu botol plastik air kemasan itu kan botol yang sekali pakai.”

Sampah Bali Disorot Berbagai Media Massa Dunia
Secara lugas Majalah Time edisi 1 April 2011 dalam judul artikel Holiday in Hell menyebutkan berliburan ke Bali sama dengan berlibur ke neraka! Apakah memang sudah separah itukah Pulau Bali? Memang sudah! Artikel yang ditulis oleh jurnalis Andrew Marshall bahkan tidak diprotes sama sekali oleh Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Beliau justru dengan berbesar hati mengamini isi artikel tersebut dengan mengatakan, “Ya harus diakui kita kotor. Coba bandingkan wisata tujuan negara lain, yah kita jauh lah”. Dalam artikel tersebut ditulis bahwa selain Bali dipenuhi dengan sampah dimana-mana, Bali juga memiliki tingkat kemacetan yang sudah sangat parah. Bali sudah tidak nyaman lagi menjadi tujuan wisata. Tentunya artikel yang ditulis di sebuah majalah berskala internasional ini sangat memukul industri pariwisata kita. Bagaimana tidak? Majalah Time dibaca oleh jutaan pasang mata di seluruh belahan dunia. Tentunya publikasi yang buruk mengenai Bali akan berdampak langsung pada antusiasme turis asing untuk berlibur ke Bali. Bagaimana caranya Bali berbenah diri? Mengapa sudah 7 bulan berlalu namun tidak ada perubahan sama sekali terhadap kebersihan Pantai Kuta dan Pulau Bali? Apakah memang tidak ada anggaran yang tersedia untuk membersihkan sampah yang sudah menggunung tersebut?
Bali Harus Bangkit!
Dengan terpuruknya kebersihan Pulau Bali secara perlahan-lahan tapi pasti maka akan menurunkan minat para wisatawan asing maupun lokal untuk mengunjungi Pulau Dewata tersebut. Bagaimana caranya mengembalilan kebersihan Pulau Bali? Mau tidak mau tentu dengan mengganti Gubernur Bali! Menyedihkan sekali, sudah 10 bulan sejak pencanangan Program Bali Clean and Green oleh Gubernur Bali, I Made Mangu Pastika, namun tetap saja tidak ada perubahan sama sekali terhadap pembenahan sampah di Bali. Apakah Bali kita biarkan untuk terus terpuruk? Apakah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu akan diam saja melihat ikon wisata Indonesia hancur lebur di mata dunia? Tentu tidak! Bali harus bangkit! Bali harus dibenahi! Kita semua sebagai bangsa Indonesia harus bersatu untuk membenahi Bali. Jika para penduduk lokal sendiri sudah tidak peduli dengan kebersihan Pantai Kuta, maka terpaksa kita semua yang bukan penduduk Bali lah yang harus mulai bergerak. Everybody can be a changemaker! Mulailah dari hal yang kecil. Bagaimana caranya? Simak 4 langkah praktis dan mudah berikut:
1. Buanglah Sampah pada Tempatnya
Saat kita berkunjung ke Pulau Bali belajarlah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tentunya kekotoran Pulau Bali yang ada sekarang sebagian besar adalah karena ulah wisatawan domestik yang tidak memiliki sense of belonging terhadap Pulau Bali. Jarang sekali kita melihat para wisatawan asing membuang sampah sembarangan di Pulau Bali namun sebaliknya justru wisatawan dalam negeri lah yang terlihat paling banyak mengotori Bali! Sungguh ironis! Sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya, marilah kita bersama-sama untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di pantai dengan pasir putih yang indah. Tentunya pendidikan mengenai disiplin membuang sampah di tempat sampah sudah kita dapatkan sejak bangku SD namun mengapa seringkali tindakan ini tidak pernah kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Mulailah dari hal kecil, mulailah sekarang juga!
2. Pungutlah Sampah yang Kita Lalui
Milikilah Bali. Bali adalah milik kita semua. Bali adalah kebanggaan Indonesia. Bali jauh lebih terkenal dari Indonesia. Jadi apabila Bali sudah terkenal sebagai Tempat Berlibur Neraka tentu nantinya Indonesia akan dicap lebih buruk dari itu oleh orang-orang di luar sana. Marilah kita mulai mempraktekkan langkah yang kedua: pungutlah sampah yang kita lalui. Milikilah rasa kepedulian terhadap kebersihan Pulau Bali dengan memungut sampah yang kita lalui. Hal ini sebenarnya sangat sederhana, hanya makan waktu 1-2 detik dalam hidup kita namun jika setiap wisatawan domestik melakukan hal yang demikian tentu efeknya akan sangat masif! Mulailah dengan hal-hal yang bisa kita lakukan. Janganlah menunggu orang lain yang memungut sampah atau membersihkan sampah. Jadilah bagian dari solusi Bali Bersih!
3. Hentikan Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan Sekarang Juga!
Air MineralSalah satu penyebab larisnya penjualan air minum dalam kemasan di Indonesia adalah karena tidak adanya air minum semprot atau yang biasa disebut water fountain atau tap water di luar negeri. Air minum tersebut biasanya disediakan gratis di luar negeri sehingga para penduduk lokal maupun wisatawan bisa langsung memuaskan dahaganya ketika berjalan-jalan di taman maupun area publik lainnya. Tentu Indonesia sebagai “negara miskin” tampaknya belum menjadikan fasilitas publik ini sebagai salah satu prioritasnya. Pemerintah kita lebih suka menghamburkan uang negara untuk membeli kursi impor dari Jerman yang harganya mencapai 24 juta rupiah per unitnya. Namun tak ada gunanya mengharapkan pemerintah untuk membangun fasilitas water fountain tersebut. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk membawa air minum sendiri dari rumah. Ibu saya selalu mengingatkan saya untuk membawa air minum sendiri dari rumah setiap kali kami berbelanja ke mall atau bepergian ke luar rumah. Tentunya kebiasaan baik ini sangat efektif untuk mengurangi limbah plastik jika kita lakukan secara bersama-sama dan konsisten. Mari mulai dari diri kita sendiri, mulialah sekarang juga!
4. Bergabunglah dengan Komunitas Internasional I Love Bali
Komunitas I Love Bali yang digagas oleh para pencinta lingkungan ini tentunya ingin mengirimkan pesan tajam bahwa kita semua cinta Bali. Tidak hanya orang Indonesia namun ternyata banyak sekali orang asing yang cinta Bali dan secara sukarela bergabung dengan komunitas positif ini. Bergabunglah dengan bagian yang lebih besar untuk menyelamatkan Pulau Bali. Bali harus bangkit! Bali harus kembali bersih! Jangan biarkan Bali berubah menjadi Neraka Liburan! Bali harus kembali sebagai Surga Liburan, tempat kita melepaskan diri dari penatnya bekerja di kota besar.
Bali Nusa Dua Convention Center, Terbesar di Bali
Bali Sangat Menarik Bagi Investor Asing
Dengan tidak adanya regulasi yang jelas, Bali di sisi lain telah menjadi surga bagi para pebisnis. Jutaan dollar dikucurkan oleh para investor asing untuk membangun hotel dan resort mewah. Tidak sedikit hotel elite di Bali yang berani membandrol $20.000 untuk biaya menginap satu malam di kamar hotel mewah mereka. Bali sudah menjadi surga bagi para pebisnis hotel. Bahkan tidak sedikit pula pengusaha lokal kita yang mengucurkan investasi besar-besaran di Bali. Bali masih memiliki harapan di masa depan. Jangan biarkan harapan itu pupus. Dengan dibangunnya gedung konferensi terbesar di Bali, Bali Nusa Dua Convention Center, tentunya Bali sudah sangat siap untuk menggelar berbagai konferensi tingkat internasional. Tidak tanggung-tanggung, dengan kapasitas 5.000 orang, gedung pertemuan tersebut sudah dipakai untuk menggelar Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN & East Asia Summit pada November 2011 lalu. Konferensi prestisius ini juga dihadiri langsung oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Sungguh kita harus bangga pada Bali! Bali adalah aset bangsa Indonesia! Mari selamatkan Pulau Bali! I LOVE BALI…
Bali Nusa Dua Convention Center, Venue ASEAN & East Asia Summit 2011
Berlibur bersama Garuda
Jangan lupa jika ingin berlibur ke Pulau Bali, pesanlah tiket pesawat dari jauh-jauh hari agar lebih murah. Untuk maskapai penerbangan nasional, saya mempercayakan Garuda Indonesia. Berkat melakukan quantum leap, pada tahun 2011 lalu, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba yang sangat fantastis sebesar Rp. 725 milyar! Tentunya dengan semakin baiknya pelayanan maskapai nasional kita maka industri pariwisata kita juga akan semakin bertumbuh.

No comments: