Wednesday, March 07, 2012

Mengapa 50% Bencana Terjadi di Pulau Jawa

http://fokus.vivanews.com/news/read/294293-pulau-jawa-ladang-bencana--mengapa-

Pada tahun 2011, dari 2.066 bencana 827 di antaranya [ 40 persen ] terjadi di Jawa

RABU, 7 MARET 2012, 06:25 WIB





VIVAnews - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, bencana di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa. Rata-rata dari tahun 2002 hingga sekarang, lebih 50% kejadian bencana terjadi di Jawa.


Pada tahun 2011, dari 2.066 kejadian bencana, sekitar 827 bencana (40%) terjadi di Jawa. Diproyeksikan tren bencana dan dampaknya di masa mendatang  makin besar.


"Tentu saja menjadi tantangan pembangunan karena bencana dapat menjadi faktor penghambat pembangunan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang disiarkan 6 Maret 2012. "Bencana menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang berakibat kerugian finansial karena bencana membutuhkan pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan ekonomi kembali normal."


Bencana memiliki dampak negative-sum game. Suatu wilayah yang terkena bencana mengalami kemunduran ekonomi. Sementara wilayah yang tidak terkena bencana tidak mengalami kemajuan ekonomi.


Menurut BNPB, ada beberapa faktor mengapa Jawa makin rentan terhadap bencana. Disparitas pembangunan ekonomi antar daerah di Jawa dan luar Jawa perbedaannya demikian besar. Disparitas ini dapat dilihat dari indikator makro pulau, yakni kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa terhadap nasional, yaitu dengan minyak dan gas (60,12%) dan tanpa minyak dan gas (64,78%). Sisanya, 40% tersebar di luar Jawa.


"Ini menyebabkan urbanisasi terus meningkat. Sekitar 129 juta jiwa atau 59% penduduk Indonesia tinggal di Jawa. Akibatnya terjadi ekstraktif pembangunan yang menyebabkan kerusakan lingkungan," kata Sutopo.


Tutupan hutan diperkirakan hanya 13% dari luas Jawa. Jauh dari idealnya 30%. Kecenderungan tersebut akan mengancam daya dukung lingkungan, sehingga dalam jangka panjang diperkirakan akan memicu terjadinya tiga macam krisis, yaitu krisis air, pangan dan energi.


"Terbukti, daya dukung lingkungan Jawa sudah terlampaui saat ini. Akibatnya watak hidrologi sungai-sungai di Jawa telah berubah dan mudah terjadi banjir dan kekeringan. Analisis risiko bencana menjadi faktor penting dalam perencanaan pembangunan."
• VIVAnews 

No comments: