Brotosari Rahayu
Rame terus deh, seruuu…..
Seliweran dimana2 termasuk video di WAG, dimana2 pokoke yang bilang kalau pelayanan kesehatan cari kesempatan di era covid-19 ini. Mbuh deh, itu urusan polisi, lagian kan bisa lapor ke Kemenkes biar ga mangkel😫
Seliweran dimana2 termasuk video di WAG, dimana2 pokoke yang bilang kalau pelayanan kesehatan cari kesempatan di era covid-19 ini. Mbuh deh, itu urusan polisi, lagian kan bisa lapor ke Kemenkes biar ga mangkel😫
Tapi bisa gak seh pemeriksaan PCR di 1 tempat hasilnya (+) di lain tempat troz jaadi (-)?. Jawabnya ya bisa bangetz2. Diurut ya kemungkinan yang bikin misleg😎
Dasar sekali adalah masalah infrastruktur yaitu persyaratan laboratorium dengan tingkat keamanan BSL-2(Biosafety Level-2) untuk memproses spesimen. Ini mutlak diperlukan untuk keamanan analist & dokter yang bekerja mengingat penularan covid-19 tinggi. Karena tidak semua kota di Indonesia bisa memeriksa PCR, cara penyimpanan & transpor spesimen juga jadi faktor yang perlu diperhatikan & sering kali menyebabkan hasil yang negatif.
Saya tidak tahu jumlah analyst & dokter di Indonesia yang bergelut di bidang ini. Yang saya tahu bidang ini termasuk langka karena peminatnya juga tidak banyak, saya mendengar keluhan yang sama di beberapa rumah sakit, jadi apa ini bisa menjadikan sedikit gambaran betapa pusingnya mereka bekerja menghadapi pandemi ini. Masalah mobile PCR bisa cepat diadakan, tapi bagaimana dengan SDM?. Ini gak kayak bikin candi sewu yang bisa dikebut semalem kan.
Soal lain adalah pengambilan sampel, lokasi pengambilan, sampel yang terkontaminasi yang bisa mempengaruhi hasil. Saya jadi inget kalau pengambilan spesimen TBC dulu-duluuuu itu sering diulang karena pasien tidak bisa batuk, dahak yang dibutuhkan tidak bisa keluar, jadi sampel ya cuma berisi ludah saja. Akibatnya harus diulang lagi, ini sering lo, tapi gak jadi rame kayak covid19 ini, malah pada gak tau kan ya, hehehe.
So anggap aja masalah teknis diatas tidak ada, sekarang liat grafik dibawah yang diambil dari sampling penelitian. Kita ambil contoh grafik ke2 yaitu pasien covid-19 dengan gejala ringan s/d berat. Pasien ini bisa menularkan mulai dari hari terpapar(kotak kuning) sampai sekitar hari ke 21(kotak hijau), lihat tanda panah merah besar. Kalau dia menularkan berarti ada virus di dalam tubuh yang bisa ditularkan & berarti juga jika diperiksa hasil PCR akan positif. PCR itu melihat ada tidaknya fragmen virus.
Dengan berjalannya waktu antibodi terbentuk makin banyak(kotak hijau) sehingga virus kalah & makin hilang dari tubuh. Menurut penelitian antibodi ini bisa bertahan sampai 3 bulan.
Nah perhatikan lagi grafik, jika pasien diperiksa, ambil contoh hari ke 15 paska terpapar & hasil PCR (+), kemudian karena tidak percaya periksa lagi 10 hari kemudian yaitu pada hari ke 25, yahhh ketebak kan kalau hasil PCR pasti (-), artinya antibodi tubuh sudah menang melawan virus, mabor deh virusnya.
Nah perhatikan lagi grafik, jika pasien diperiksa, ambil contoh hari ke 15 paska terpapar & hasil PCR (+), kemudian karena tidak percaya periksa lagi 10 hari kemudian yaitu pada hari ke 25, yahhh ketebak kan kalau hasil PCR pasti (-), artinya antibodi tubuh sudah menang melawan virus, mabor deh virusnya.
Jadi pemilihan waktu pemeriksaan itu penting banget. Masalah waktu ini gak gampang, kalau di grafik kita bisa gampang aja menggambar saat paparan itu sebagai hari ke 0(nol), pada kenyataannya kita bingung kapan kita terpapar. Nah ini juga bikin perkara jadi ruwet.
Satu lagi, grafik ini diambil dari sampel kecil, perlu sampel lebih banyak, seharusnya semua negara juga membuat penelitian sehingga bisa saling mengkonfirmasi. Hasilnya ada kemungkinan hari-hari ini bisa bergeser, sehingga waktu adanya virus di dalam tubuh yang bisa menularkan juga bisa bergeser, sehingga hasil PCR yang bisa (+/-) juga bergeser…..tambah mumet kan, salam🤗😍
Sumber:
Banyak Hasil Tes yang Tidak Akurat, Begini Kompleksnya Pemeriksaan Sampel Pasien Covid-19
https://www.beritasatu.com/…/619851-banyak-hasil-tes-yang-t…
Charting the challenges behind the testing of COVID-19 in developing countries: Nepal as a case study
https://www.sciencedirect.com/…/artic…/pii/S2590053620300471
Banyak Hasil Tes yang Tidak Akurat, Begini Kompleksnya Pemeriksaan Sampel Pasien Covid-19
https://www.beritasatu.com/…/619851-banyak-hasil-tes-yang-t…
Charting the challenges behind the testing of COVID-19 in developing countries: Nepal as a case study
https://www.sciencedirect.com/…/artic…/pii/S2590053620300471
No comments:
Post a Comment