Friday, February 12, 2016

BELAJAR BIJAK

https://www.facebook.com/icebergs.in.the.rain

Raka Ibrahim
Raka Ibrahim 

Saya senang dengan dialog dan diskusi yang berseliweran di mana-mana terkait LGBT. Serius, saya senang. Biasa berdebat dan merespon pro kontra itu sehat. Namun ada beberapa hal yang kudu diingat - agar obrolan dan utamanya pola pikir kita tidak jeblok-jeblok amat.
1. Hanya karena saya mendukung agar teman-teman LGBT diperlakukan secara manusiawi, tidak berarti saya sendiri gay. Mereka manusia yang meminta diperlakukan secara manusiawi - orientasi seksual saya pribadi tidak ada hubungannya dengan dukungan saya pada permintaan sederhana tersebut.
Tidak perlu jadi pohon untuk mendukung penyelamatan lingkungan. Tidak perlu jadi perempuan untuk menentang kekerasan pada perempuan. Tidak perlu menjadi hewan untuk mengkritik perlakuan keji pada hewan. Anda cuma perlu punya hati.
2. LGBT rentan penyakit seperti HIV & AIDS, iya. Namun, bukan cuma mereka yang rentan. Data Kementerian Kesehatan pada 2014 (kebetulan 2015 belum keluar) menunjukkan bahwa kasus HIV & AIDS tertinggi terjadi pada pasien HETEROSEKSUAL yang SUDAH MENIKAH. Resiko penularan HIV & AIDS tertinggi juga ada pada pasien yang hetero dan menikah.
Kalau tertarik, sila PM saya. Nanti saya email datanya.
3. Belakangan ini ada ajakan untuk memboikot Starbucks karena CEO gerai kopi ini menyuruh orang yang menentang LGBT rights untuk angkat kaki dari Starbucks. Pun, LINE dikritik habis-habisan dan diboikot seorang ulama kondang karena dianggap mempromosikan LGBT rights.
Tolong pintar sedikit. Facebook juga mendukung LGBT rights - ingat filter dan tagar ‪#‎LoveWins‬?. Begitupun Google. CEO dari Apple gay. Komputer yang kamu pakai ditemukan oleh seseorang yang gay. Kalau kamu mau memboikot semua produk yang mendukung atau berkelindan dengan LGBT rights, sila berkomunikasi pakai sinyal asap dan pentungan. Sana hidup di kebun binatang.
4. Bahwa LGBT dosa, dilarang agama, dan sebagainya, itu urusan lain. Mohon dipisahkan dengan teori bahwa LGBT adalah penyakit, abnormal, dan gangguan kejiwaan.
Homoseksualitas sudah ditarik dari daftar gangguan kejiwaan oleh PPDGJ sejak tahun 1993. WHO juga sejak tahun 1990. Bahwa ada dokter gemblung yang bawa-bawa agama dan dikutip sama media enggak jelas ujug-ujug bilang itu gangguan jiwa, itu urusan mereka. Yang bego adalah orang-orang yang percaya.
5. Seksualitas itu cair. Pernah dengar Gingerbread Man? Sila di-Google. Pernah dengar skala Kinsey? Sila di-Google.
Seseorang bisa tampak melambai, padahal ia hetero. Pun, ia bisa terlihat sangat maskulin, padahal ia gay. Seseorang bisa saja pacaran dengan sesama jenis, kemudian berikutnya dengan lawan jenis. Ini wajar. Urusan hati dan selangkangan itu fleksibel, kembali ke masing-masing orang.
Tapi, bukan berarti orang bisa 'diluruskan'. Bukan berarti LGBT lantas bisa 'disembuhkan.' Kamu, misalnya, seorang heteroseksual. Mau kamu diruqyah berapa puluh kali, digebukin pakai rotan entah berapa ratus kali, dan disumpah serapahi berapa milyar kali pun, tetap enggak akan bisa demen sama sesama jenis kan? Kalau hatimu tidak nyaman, ya enggak akan bisa. Jadi biarkanlah orang nyaman dengan dirinya sendiri.
6. Mendukung LGBT rights tidak berarti mendukung pedofilia. Tidak berarti mendadak seorang pria bisa menikahi anjingnya.
Tolong diingat, ada konsep yang bernama 'consent'. Bahasa Indonesianya, persetujuan. Gini: kamu, seseorang yang dewasa dan mampu bertanggung jawab atas keputusanmu sendiri, menyepakati sesuatu dengan orang lain yang juga dewasa dan mampu bertanggung jawab.
Nah. Kamu kan enggak goblok. Tahu, kan, kalau seorang anak enggak bisa memberi persetujuan tersebut dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri di mata hukum? Tahu, kan, kalau anjing juga enggak bisa melakukan itu? Terus, ngapain kamu banding-bandingin?
BONUS: "Saya takut sama LGBT. Nanti, saya di-'tusbol!'"
Jangan sok cantik. Kamu hetero, kan? Nah, apakah lantas semua orang lawan jenis yang kamu temui di jalan bakal kamu gagahi? Enggak, kan? Kamu bisa menahan diri. Kamu bisa bersikap bijak. Lebih penting lagi, kamu pun punya selera. Enggak semuanya bakal membuat gairah kamu menggelegak.
Ya, sama saja untuk teman kita yang LGBT. Belum tentu dia naksir sama kamu. Wong wajah kamu kutilan, jerawatan begitu. Gaji aja masih di bawah UMR. Enggak usah senga.
Semoga kita bisa belajar berdiskusi dengan lebih dewasa dan lebih sehat. 

No comments: