Friday, October 27, 2006

Dhani Ahmad Menebarkan Benih-benih Cinta

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0610/27/lebaran/3052043.htm

Jumat, 27 Oktober 2006

Perdamaian
Dhani Ahmad Menebarkan Benih-benih Cinta

Cara berpakaian setiap manusia saja beda, apalagi keyakinannya. Bagaimana mungkin semua itu bisa diseragamkan? Kata-kata ini meluncur dari mulut pemusik Dhani Ahmad Prasetyo (34), yang akrab dikenal sebagai Dhani Manaf atau Ahmad Dhani. Menurut dia, Allah SWT menurunkan banyak agama agar manusia dapat memilih mana yang cocok. "Sesuai dengan anatomi spiritual masing-masing," ucapnya sambil melempar senyum. Saat ditemui Kompas di rumahnya di kawasan Pondok Indah, Rabu (18/10) pekan lalu, Dhani tengah bersantai. Pada layar komputernya yang terbuka tampak halaman utama website Myspace Music. "Masih jetlag dari Amerika nih," ujarnya sambil melangkah ke luar ruangan hendak berganti kaus oblong.
Musisi yang gemar mempromosikan toleransi itu memang baru saja pulang dari Amerika Serikat (AS). Ia mewakili Lib for All Foundation— yayasan yang bergiat dalam mendorong tumbuhnya toleransi antarumat beragama yang didirikan KH Abdurrahman Wahid—mengikuti simposium yang digelar Departemen Pertahanan AS. Di hadapan para jenderal AS di Colorado Springs, Dhani berpidato tentang Islam dan toleransi. Pidato yang memperoleh standing ovation itu ternyata membutuhkan persiapan yang tidak enteng. "Kata ’embryonic’, misalnya, saya harus melatih mengucapnya sehari penuh," kata Dhani.

Sejak lima tahun lalu Dhani mulai gemar berkontemplasi. Mengingat Tuhan dilakukannya tidak hanya pada bulan Ramadhan, tetapi hampir setiap saat. Tasawuf dan sufisme digalinya. Tasawuflah yang mengajarkannya untuk menghormati tiap agama dan kepercayaan manusia dari dalam hati. "Bukan sekadar di mulut," ucapnya.

Pluralisme
Grup Dewa sendiri bernyanyi untuk pluralisme dan toleransi. Baginya, yang penting adalah melaksanakan aktivitas sosial yang mendorong generasi muda untuk lebih menghargai agama dan kepercayaan lain. Bagi Dhani, toleransi itu harus dilakukan dari hati terdalam. "Misalnya, dengan menghargai banyaknya persepsi terhadap agama Islam itu sendiri," tuturnya.
Lewat penampilan di televisi, ia berharap anak-anak muda dapat tertularkan semangat pluralisme yang dibawa Dewa. Pengaruh televisi yang kuat akan meraih banyak penonton, tidak hanya para Baladewa—sebutan bagi penggemar Dewa. "Saya tidak bisa memaksakan sesuatu, paling tidak hanya menularkan," katanya.

Dengan lagu-lagu semacam Laskar Cinta, ia memasukkan pandangannya. Pesannya pun sesungguhnya sederhana, hanya Tuhan yang berhak menyatakan manusia kafir atau bukan. Bukan manusia yang menghukum manusia lain. Liriknya bahkan terinspirasi oleh surat Al Baqarah Ayat 62, yang menegaskan bahwa mereka yang benar-benar beriman kepada Tuhan, apa pun agamanya, akan menerima pahala. "Doktrin pluralismenya sangat kuat," kata Dhani mengacu pada ayat tersebut.

Konser di Poso
Jika ada kesempatan, Dhani juga ingin berkonser di Poso, wilayah yang pernah dilanda konflik sosial di Sulawesi Tengah. Sayangnya, hingga saat ini izin dari kepolisian belum juga diperolehnya. Terkait dengan krisis di Poso, ia merasa hal itu menunjukkan bangsa yang belum dewasa. "Hanya anak kecil yang bertikai," ujar suami Maia Estianty itu. Jika Indonesia sudah dewasa, pasti pertikaian itu akan hilang dengan sendirinya. Sekarang Indonesia sudah berada di jalan yang tepat.

Tahun depan Dhani berencana mengeluarkan album solo dan tur ke AS yang disponsori Lib for All Foundation. "Kita tunjukkan bahwa dalam agama Islam itu ada kelembutan," ujar Dhani.
Maka pengagum gitaris Queen, Bryan May, itu pun melantunkan lirik-lirik Laskar Cinta: Sebarkanlah benih-benih cinta. Musnahkanlah virus-virus benci. Bukankah kita harus saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling bercerai-berai dan berperang angkat senjata. (AB7)

No comments: