Sunday, May 15, 2011

Abas: Berdayakan Penganggur di Sektor Perkayuan

http://sutarko.blogspot.com/2011/05/abas-berdayakan-penganggur-di-sektor.html
AGUSTINUS HANDOKO

Tutupnya belasan industri besar sektor perkayuan setelah penertiban pembalakan ilegal kayu di Kalimantan Barat berdampak pada terpuruknya perekonomian para mantan pekerjanya. Melalui budibudaya hortikultura yang dipeloporinya, Abas (51) memberi cakrawala baru mengenai peluang ekonomi bagi para penganggur sektor kayu di Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.


Interaksi Abas dengan para mantan pekerja kayu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya dia prihatin dengan pasokan sayuran di Pontianak dan sebagian besar Kalimantan Barat yang masih mengandalkan Jawa. "Saya cari lokasi , dapat di Desa Korek, Kecamatan Sungai Ambawang," ujarnya.

Abas yang memilih keluar dari pekerjaannya sebagai konsultan di sebuah perusahaan di Sungai Ambawang pada tahun 2005 lalu memilih mencoba budidaya hortikultura. Sambil belajar otodidak dari sumber-sumber tertulis mengenai cara budidaya hortikultura, tentang berbagai jenis sayuran, Abas mencari lokasi yang potensial.


Abas memaklumi pencurian berbagai jenis sayuran yang ditanamnya di lahan seluas lebih kurang setengah hektar. Warga sekitar ketika itu memang lebih banyak menganggur sejak pabrik-pabrik pengolahan kayu tempat mereka bekerja gulung tikar.


"Saya tidak marah," katanya. Namun, Abas memiliki teknik untuk mengambil hati warga. Sebelum diambil, Abas memanennya terlebih dahulu dan membagikannya kepada mereka. Langkah tersebut membuat warga senang dan malah saling mengingatkan agar tidak mencuri lagi.


Orang-orang sekitar inilah kemudian menjadi generasi pertama kalangan penganggur dari sektor kayu yang ingin belajar budidaya sayuran kepada Abas. "Begitu saya berhasil dalam satu musim tanam sayur, banyak tetangga sekitar yang ingin belajar," kata Abas.

Lahan menganggur

Ada belasan penganggur sektor kayu yang menjadi generasi pertama petani sayur didikan Abas di Sungai Ambawang. Setelah lumayan mahir membudidayakan sayur di lahan milik Abas, mereka kemudian membudidayakan sendiri. "Awalnya, sambil menanam di lahan sendiri, mereka masih saya minta kerja setengah hari di lahan saya supaya masih bisa konsultasi," ujar Abas.


Jenis sayuran yang paling cocok di budidayakan di Sungai Ambawang adalah cabai, kacang panjang, tomat, dan terung. Dari awalnya penanaman di lahan sekitar 100 meter persegi, para mantan pekerja kayu tersebut kemudian memperluas kawasan tanam. Ada yang sampai setengah hektar, bahkan satu hektar.


Masalah baru "anak didik" Abas ialah soal modal seiring dengan makin luasnya lahan olah. Maklum, di Desa Korek yang dilintasi jalan trans-kalimantan itu masih banyak lahan menganggur.


Rupanya, gaung kemandirian sebagian penganggur sektor perkayuan di Desa Korek tersebut terdengar oleh penyuluh pertanian Kabupaten Pontianak. Ketiak itu Sungai Ambawang masih masuk wilayah Kabupaten Pontianak, sebelum kemudian menjadi salah satu kecamatan di kabupaten Kubu Raya yang mekar dari Pontianak pada tahun 2007.


Penyuluh pertanian yang menyambangi Abas lalu menawarkan ide untuk membentuk kelompok tani. "Saya setuju dengan jaminan kelompok tani itu tidak untuk kepentingan tertentu, murni untuk membina petani. Kami lalu membuat kelompok tani," kata Abas.


Ada beberapa kelompok tani yang kemudian bergabung di gabungan Kelompok Tani Sumber Makmur yang berpusat di tempat Abas. Gabungan kelomok tani ini mendapat dana stimulan sebesar Rp 100 juta disertai pendampingan intensif dari penyuluh pertanian. Bantuan itu dipakai untuk budidaya intensif di lahan yang dikelola bersama para anggota gapoktan.

Bantuan Rp 100 juta yang bergulir tahun 2008 hanya perlu waktu satu semester untuk berkembang menjadi Rp 160 juta. Meski demikian, bantuan yang Rp 100 juta tersebut tetap dimanfaat kan untuk budidaya intensif, sementara kapitalisasi modal sebesar Rp 60 juta digunakan untuk memodali sejumlah petani yang kekurangan modal.

Keberhasilan petani pemula di Sungai Ambawang tersebut akhirnya menarik perhatian Badan Penyuluh Pertanian Kementerian Pertanian. Pada tahun yang sama Badan Penyuluh Pertanian menunjuk gapoktan tersebut menjadi Pusat Pelatihan Pedesaan Swadaya (P4S) yang kemudian mendapat dana hibah kerja sama Jepang-Indonesia.


Dana hibah untuk P4S Mitra Mandiri Desa Korek tersebut dipakai untuk mendirikan asrama dan ruang belajar yang lengkap."Para petani pemula sangat antusias karena memang belum pernah mengikuti model pelatihan seperti itu," cerita Abas.

Sudah ratusan

P4S Mitra mandiri awalnya menampung 60 orang yang ingin belajar dan memperdalam pertanian sayur-mayur. Hingga tahun 2011 ini sudah ratusan orang yang belajar di P4S yang dipimpin Abas.


Kini kondisi yang cukup mencolok di Desa Korek adalah terus berkurangnya jumlah penganggur, indikatornya, Abas mengaku sangat sult mendapatkan tenaga kerja untuk mengurus kebun sayurnya yang seluas tiga hektar. "Dulu banyak orang ingin kerja. Sekarang mereka sudah punya lahan sendiri. bahkan, banyak yang lebih berhasil dari saya. Saya justru senang, saya puas melihat mereka berhasil," tutur Abas.


Sambil mengurus kebun, Abas mendirikan toko pertanian di sekitar lahannya. Tak hanya menjual, dia juga memberi bimbingan dan bukti di lahannya jika ada pembeli yang bertanya. Kadang kala, stok benih yang disiapkan untuk kebun direlakan untuk dibeli masyarakat yang melihat keberhasilan komoditas di kebun milik Abas.


Abas juga tidak membatasi pembelian bagi para petani yang mampu. Ia mengijinkan sejumlah petani berutang, bahkan kini totalnya mencapai puluhan juta rupiah. namun, dengan syarat, mengikuti nasihatnya. "Kalau mereka gagal panen, saya juga yang rugi karena utang sulit dibayar. Para petani umumnya mendengarkan penjelasan saya dan rata-rata berhasil," ujar Abas.


Keberhasilan Abas memberdayakan para penganggur dari sektor kayu itu juga dijadikan model pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Kubu Raya. Mulai Maret 2011 Abas menjadi duta untuk setiap kecamatan di Kubu Raya.


Selain berhasil menggerakkan roda perekonomian masyarakat, upaya yang dipelopori Abas tersebut juga membuat pasokan sayuran di Pontianak stabil. maklum, pasokan dari Jawa sering terhambat cuaca. Kini berbagai jenis sayuran sudah lebih mudah diperoleh di Pontianak.

Dikutip dari KOMPAS, SENIN, 2 MEI 2011



ABAS

Lahir : Demak, Jawa Tengah, 31 Desember 1960
Istri : Suryani (31)
Anak :
1. Yan Bastian (27)
2. Erik Bastian (24)
3. Hanifah (16)
4. Ayu Asyani (4)
Pendidikan :
1. SD Negeri 1 Demak
2. SMP Negeri 1 Slawi, Tegal
3. SMA Negeri 1 Tegal

No comments: